Inersia

11 Tahapan dan Makna Prosesi Panggih Kaesang dan Erina

MC pada pernikahan Kaesang dan Erina, Wigung Wratsangka saat Erina berganti pakaian dari sesi akad nikah menuju prosesi upacara adat Panggih, menjelaskan setiap runtutan acara yang akan dilewati oleh Kaesang dan Erina.

“Tradisi panggih adalah upacara pertemuan pengantin putra putri dalam budaya Jawa. Keraton Yogyakarta sebagai pusat budaya menjadi referensi dan acuan bagi masyarakat umum untuk menyelenggarakan prosesi upacara adat,” papar Wigung di Pendopo Agung Kedaton Ambarrukmo, Royal Ambarrukmo, Sabtu (10/12/2022).

Mungkin anda suka

Wigung juga menyebut dalam tradisi Panggih ini penuh berbagai makna dan menyimpan filosofi.

Lantas apa saja makna dari setiap proses Panggih tersebut? Yuk, simak beberapa prosesi atau rangkaian acara yang terdapat dalam upacara atau Tradisi Panggih ini:

1. Penyerahan Pisang Sanggan

Pada prosesi ini, Pisang Sanggan Pametuk terbuat dari pisang raja dilengkapi dengan benang berwarna putih.

Selain merupakan simbol bahan sandang, warna putih juga menjadi perlambang dari helai waktu demi waktu yang dilalui oleh setiap yang hidup menjadi selembar kehidupan.

“Dari lahir hidup dan kembali kepada sang Pencipta. Benang berwarna putih juga merupakan simbol bahwa kedua mempelai telah diikat dengan sebuah upacara yang suci dan sakral, akad nikah,” jelas Wigung.

Pembawa Sanggan pun berasal keluarga mempelai putri, yakni Erina. Karena dalam budaya Jawa, mantu adalah pihak wanita.



2. Kembar Mayang

“Kembar Mayang melengkapi perjalanan pengantin menuju area upacara adat panggih. Kembar Mayang pohon kalpataru adalah lambang pohon keabadian, keabadian cinta dan kasih sayang. Terdiri dari berbagai macam daun, daun alang-alang, ron alang-alang,” paparnya.

Kembar Mayang memberikan simbol doa dan harapan. Dengan janur yang berbentuk keris untuk melambangkan sifat kandel.

“Pamor sejati adalah yang dibimbing dalam ajaran budi pekerti yang luhur,” sambungnya.

3. Balangan Gantal atau Melempar Sirih

Terbuat dari daun sirih, dimana dalam acara ini pengantin pria melempar empat helai daun sirih, sedangkan pengantin wanita melempar tiga helai daun sirih.

“Menyatu dalam tujuh bilangan, pitu tuh, pitu tur, pitu was, pitu lus, pitu kon, lan pitu run. Pitu tur adalah harapan kita kepada kedua mempelai, agar mendapatkan petunjuk dalam setiap kesulitannya,” terangnya.

“Pitu tur bermakna nasehat, pitu lus lambang keikhlasan, pitu was manfaat, pitu run keturunan, sedangkan pitu kon adalah jerih payah untuk menggapai sebuah angan dan cita,” lanjut Wigung.

4. Ranupada

Pada proses ini, pengantin putri akan membasuh kaki sang suami dengan air bunga setaman. Prosesi ini melambangkan pengakuan seorang istri, bahwa suaminya adalah imam atau pemimpin bagi keluarga.

5. Upacara Mecah Tigan

“Upacara mecah tigan sebagai lambang doa semoga kedua mempelai dikaruniai anak dan keturunan, penyambung sejarah keluarga besarnya. Setelah junjung derajat, pengantin putra membimbing mempelai putri berdiri,” ujarnya.

6. Lampah Prada Sina

Pada prosesi ini nantinya pengantin wanita akan berjalan searah jarum jam, menuju ke samping kiri suami.

“Pengantin putri akan melakukan lampah prada sina, yaitu berjalan searah jarum jam menuju ke samping kiri suami. Selama upacara panggih diiringi dengan ladrah pengantin,” terang Wigung.

“Perjalanan kedua mempelai ke tempat upacara Propongan dengan tompo koyo gendar kelima akan diiringi dengan ladrah pengantin,” paparnya.

7. Upacara Bubak Kawah Rucat Degan

Pada prosesi ini Ibunda mempelai putri, Sofiatun Gudono menyuapi segelas air kelapa muda ke Kaesang, kemudian menyuapi Erina.

“Air kelapa muda dari dulu sebagai penawar racun dan bisa, tawar, towo, suker, sakit, lahir batin,” jelas Wigung.

8. Tampa Kaya

Dalam tradisi pengantin Surakarta disebut Kacar Kucur, menuangkan benih-benih pinilik, bibit-bibit yang berbobot. Pari jagung kedelai dengan jumlah jenis 25 macam.

“Semoga bibit-bibit berbobot tumbuh bersemi, berbunga, dan berbuah kebahagiaan untuk kedua mempelai dan keluarga besarnya,” ujarnya.

Dalam prosesi ini, mata uang yang kecil juga disertakan sebagai pengingat bahwa di dunia ini tidak pernah ada yang besar, tanpa dimulai dari yang kecil. Empon-empon yang berisikan jahe, kunyit, dan lempuyang juga menyertai Tampa Kaya.

“Semoga kedua mempelai dikaruniai kesehatan, panjang umur, dirgoyuspo tutuk momong tedak turun, itu lah maknanya. Dituang di pangkuan istri sebagai piwulang, tidak ada benih suami yang tidak diterima oleh istri,” pungkasnya.

9. Upacara Dahar Klimah

“Kaesang akan memberikan tiga kepal nasi kuning kepada istrinya, dan Erina akan menikmati dahar klimah satu per satu sebagai lambang istri yang mensyukuri nafkah dari suami, sandang, pangan dan papan. Dahar Klimah dalam bahasa Jawa memiliki arti patuh pada perintah,” kata Wigung.

10. Acara Penyambutan Besan

Pada prosesi ini menampilkan Sofiatun Gudono didampingi oleh Adam untuk menyambut kedatangan orang tua dari mempelai pria, Joko Widodo dan Iriana.

11. Sungkeman

Sungkeman menjadi prosesi terakhir dari rangkaian Tradisi Panggih. Dalam prosesinya, kedua mempelai baik Kaesang maupun Erina, duduk bersimpuh di hadapan orang tua Erina kemudian beralih pada orang tua Kaesang.

Kedua mempelai meminta doa usai sah menjadi sepasang suami istri. Tampak Sofiatun sampai menitikkan air mata saat menerima Kaesang yang bersimpuh di hadapannya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button