Hangout

5 Faktor Penyebab Flexing, Pamer di Media Sosial

Harta kekayaan pejabat yang dinilai tidak wajar kembali ramai diperbincangkan di dunia maya setelah viralnya video gaya hidup mewah yang diunggah oleh istri pejabat dan anaknya. Penyebab flexing ini membuat lebih dari dua pejabat yang diduga memiliki kekayaan dengan nilai fantastis

Masyarakat yang geram melihat kehidupan mewah yang dilakukan keluarga pejabat ini mulai membongkar kecurigaan korupsi yang dilakukan pejabat satu per satu. 

Pengertian Flexing

penyebab flexing
Fenomena pamer kekayaan semakin marak di Indonesia. (Dokumentasi: Ilustrasi Istockphoto).

Flexing adalah kalimat slang yang berarti “to show off” atau pamer. Berdasarkan dictionary.cambridge.org  sebuah perilaku seseorang untuk menunjukkan rasa bangga atau bahagia tentang suatu hal yang sudah mereka lakukan atau miliki.

Sejarah Singkat Budaya Flexing

Sejarah Singkat Budaya Flexing - inilah.com
Photo: Getty Images

Flexing sebenarnya adalah istilah umum yang digunakan dalam black cultures di tahun 1990-an. Penggunaan slang ini semakin populer saat Ice Cube menggunakan kata ini di dalam lagunya yang berjudul “It Was a Good Day” di tahun 1992.

Selang beberapa tahun, kata flex mulai dipopulerkan kembali oleh Rae Sremmurd melalui lagu yang berjudul “No Flex Zone” di tahun 2014. 

Zaman dulu, perilaku “pamer” ini hanya dilakukan oleh para selebriti dan musisi melalui music video yang terus menampilkan mobil dan motor mewah, jam tangan emas, tumpukan uang dan emas batangan, dan wanita-wanita cantik.

Sekarang semua sudah berubah sejak adanya media sosial. Platform yang awalnya dibuat hanya untuk menjalin hubungan dengan orang lain kini menjadi tempat ajang “pamer kekayaan”. 

Tidak lagi selebriti ternama yang melakukan hal ini, masyarakat biasa sampai pejabat kerap memamerkan kekayaan di media sosial, seperti memposting foto jalan-jalan di Eropa, belanja barang mewah, naik private jet, party, dan masih banyak lainnya.

Semua orang berlomba-lomba mendapat pengakuan dari orang lain. Sebenarnya, apa penyebab flexing di media sosial? Kenapa banyak orang rela menghabiskan uang untuk mendapat pengakuan?

“Di media sosial orang-orang sering membagikan versi terbaik berdasarkan apa yang pikir diinginkan oleh masyarakat,” seperti pandangan Erica Bailey, Social Scientist dari Columbia Business School kepada cnet.com.

“Adalah hal yang sangat penting bagi orang untuk memberi sinyal di mana mereka berada. Mereka seakan memberi sinyal bahwa actually, I’m up here meskipun sebenarnya tidak,” tambah Bailey.

Berdasarkan opini Bailey bisa disimpulkan bahwa penyebab flexing di media sosial adalah mendapat pengakuan. Selain ini, masih ada faktor lainnya yang mendorong orang-orang untuk memamerkan kekayaan, seperti:

1. Tekanan Sosial

Tekanan sosial yang tinggi membuat mereka pamer kekayaan - inilah.com
Photo: iStockPhoto

Tekanan sosial dari keluarga, kerabat kerja, dan teman dekat menjadi salah satu penyebab utama seseorang melakukan flexing.

Ironisnya, perilaku flexing ini tidak selalu ditampilkan di media sosial. Di acara reuni sekolah, perkumpulan keluarga, acara bisnis, mereka rela mendandani dirinya dengan pakaian-pakaian mewah dan mengendarai mobil mewah untuk mendapat pengakuan sudah sukses dari orang terdekat.

Terlebih lagi, sekarang sudah ada perubahan ajang pamer tempat kerja (flex work) yang di mana seseorang kerap membagikan foto-foto atau video suasana kantor mereka yang begitu nyaman dan terlihat sangat mewah.

Seperti peralatan kantor yang semuanya bermerek buah, fasilitas gym dan amenities, work life balance, leadership style, sampai fleksibilitas untuk bekerja dari rumah atau di tempat lain.

2. Masalah Kepribadian

A Punya masalah kepribadian - inilah.com
Photo: iStockPhoto

Mereka yang memiliki masalah kepribadian seperti narcissistic personality disorder (NPD) kerap menjadi salah satu pelaku yang melakukan flexing di media sosial.

Pasalnya, orang yang memiliki masalah narcissistic ini memang selalu merasa bahwa dirinya penting dan senang menjadi pusat perhatian banyak orang. Sebenarnya cara seperti inilah yang mereka anggap bisa mengatasi rasa tidak aman dengan apa yang mereka miliki saat ini.

3. Kesepian

Untuk menutupi rasa kesepian
Photo: iStockPhoto

Penyebab flexing yang ketiga adalah kesepian atau tidak memiliki teman dekat. Maka dari itu, mereka mencoba untuk menunjukkan apa yang mereka miliki di media sosial seperti private jet, mobil mewah, rumah mewah dengan elektronik canggih, pakaian dan aksesoris mewah, supaya orang lain dapat melihat dan memulai percakapan.

Mereka sangat sadar jika ada efek negatif dan positif dari postingan yang mereka unggah.

Efek negatif, mereka akan dibilang sombong, terlalu berlebihan, memiliki banyak haters, dan membuat banyak orang membandingkan kehidupan masing-masing.

Di lain sisi, flexing di media sosial juga bisa berdampak positif asalkan mereka mengunggah konten yang berbau dengan hobi, minat, dan talenta yang mereka miliki. 

Hasilnya, netizen yang memiliki hobi yang sama mulai mem-follow, memulai percakapan dan berbincang kepada dirinya. Dampaknya, dia semakin termotivasi untuk mengembangkan hobi dan potensi yang dimilikinya.

4. Menarik Perhatian Lawan Jenis

Flexing untuk menarik perhatian lawan jenis - inilah.com
Photo: iStockPhoto

Perilaku flexing sering digunakan seseorang untuk menarik perhatian lawan jenis atau orang yang disukai. Biasanya, tindakan ini bertujuan supaya keberadaannya terlihat sehingga orang yang disukai mulai melakukan percakapan kecil dengannya.

Salah satu bentuk flexing-nya tidak selalu menampilkan kemewahan. Bisa seperti membagikan foto aktivitas, hobi, game, atau musik yang disukai oleh lawan jenisnya.

5. Rasa Percaya Diri

Salah satu penyebab terbesar perilaku flexing adalah tidak merasa percaya diri sehingga mereka mencoba untuk membeli pakaian branded untuk mendapat pengakuan atau diterima di suatu kelompok.

Ironis tapi ini sangat nyata. Mungkin anda tidak berada di lingkungan yang toxic seperti ini, tapi lingkungan sekolah anak anda mungkin.

Fenomena ini sudah sempat dibahas oleh Martin Lindstrom melalui buku berjudul Brandwashed. Dia menyebut bahwa anak-anak menilai harga dirinya lebih rendah akan mengandalkan nama brand terkenal untuk menaikkan posisi statusnya.

Pasalnya, budaya flexing ini memang dipopulerkan oleh influencers ternama yang sering ditonton oleh anak-anak remaja. Dari sana mereka menilai bahwa nilai kesuksesan seseorang dilihat dari merek pakaian dan mobil mewah.

Beyonce flexing logo Gucci di fotonya - inilah.com
Photo: Instagram @Beyonce

Dampaknya, anak-anak remaja berlomba-lomba untuk memakai branded clothes yang mempresentasikan kesuksesan dirinya atau orang tuanya.

Fenomena tren pakaian mewah ini juga disinggung oleh Lindstrom di bukunya “Semakin besar logo di pakaian, semakin rendah tingkat percaya diri”.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button