Algoritma E-Commerce RI Disebut Dikuasai WNA, 10 Ribu Paket Bisa Laku Sehari


Pendiri forum daring Kaskus, Andrew Darwis, mengeluarkan pernyataan tajam mengenai dominasi asing dalam sistem e-commerce Indonesia. Lewat akun media sosialnya, Darwis menyebut bahwa algoritma dan logistik platform belanja digital di Indonesia saat ini dikendalikan oleh warga negara asing (WNA) secara terpusat dari luar negeri.

“Algoritma e-commerce Indonesia sekarang dikendalikan oleh WNA. Dalam satu hari, mereka bisa bikin dua produk tembus FYP (For You Page) dan targetkan 10 ribu paket,” tulis Darwis saat mengomentari video berbahasa China melalui akun X @adarwis, Jumat (21/6). 

Ia juga menyoroti bagaimana pengendalian atas algoritma konten hingga sistem logistik dilakukan sepenuhnya dari luar Indonesia, menjadikan masyarakat lokal hanya sebagai target pasar semata.

Menanggapi hal ini, pengamat teknologi informasi dari ICT Institute, Heru Sutadi, menegaskan bahwa persoalan utama justru terletak pada ketertutupan algoritma platform digital.

“Semua platform, termasuk e-commerce, punya algoritma yang sampai saat ini tidak transparan,” ujar Heru kepada inilah.com. Ia menambahkan bahwa dengan perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), algoritma kini semakin canggih dalam menyasar perilaku pengguna, termasuk kebiasaan berbelanja.

Lebih lanjut, Heru menyebut bahwa tidak hanya platform asing, algoritma dari penyedia lokal pun bekerja dengan cara serupa, yakni mendorong perilaku konsumtif masyarakat.

“Masalahnya bukan pada siapa yang mengendalikan algoritma, tapi karena algoritmanya tidak transparan. Pemerintah pun belum memiliki upaya konkret untuk meminta transparansi dari para penyelenggara sistem elektronik,” katanya. 

Ia menilai lemahnya pengawasan ini membuka peluang terjadinya eksploitasi terhadap masyarakat, baik sebagai sasaran iklan maupun dalam menciptakan iklim persaingan yang tidak sehat.

Pernyataan Darwis dan kritik Heru ini menjadi sinyal peringatan penting bagi pemerintah agar tidak hanya fokus pada sisi pertumbuhan ekonomi digital, tetapi juga memikirkan aspek kedaulatan data dan perlindungan konsumen di tengah gelombang AI dan e-commerce global.