News

Bahas Kemacetan Bersama Pakar Usai Lebaran, Heru Sinyalkan Kembali Berlakukan WFH

Kemacetan Jakarta yang semakin parah beberapa waktu belakangan ini menjadikan Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono menjadi sasaran kritik, lantaran dianggap tidak bekerja maksimal mengatasi permasalahan klasik Ibu Kota.

Karenanya, Heru berencana mengumpulkan beberapa pengamat transportasi untuk membahas permasalahan kemacetan Jakarta. “Habis lebaran saya akan kumpulkan pengamat transportasi, Dinas Perhubungan DKI sama Polda untuk membahas ini,” kata Heru saat ditemui media di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin(10/4/2023).

Mungkin anda suka

Lebih lanjut, Heru menyebut pihaknya sudah mempunyai rencana untuk mengatasi kemacetan di Jakarta seperti mengatur shift jam kerja. “Kita sudah punya konsep mungkin antara lain membagi jam kerja gitu ya dan seterusnya,” tambah dia.

Sebelumnya, pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna mengatakan imbas pencabutan PPKM telah mengembalikan aktivitas kembali normal, arus lalu lintas pun kembali macet.

Ia menyarankan agar sistem work from home (WFH) kembali diberlakukan secara bergantian oleh Heru, agar kemacetan Jakarta bisa teratasi untuk jangka pendek. “Dibagi lah, minta lah DKI diatur, pegawai DKI atau kantor Kementerian, dinas, kerjanya (dipindahkan) dimana, WFH,” jelasnya kepada inilah.com, Minggu (9/4/2023).

Bila nantinya saran ini diberlakukan, Yayat menyoroti dua wilayah Ibu Kota yang harus menerapkan sistem WFH ini secara berkala. Kedua daerah itu adalah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Pasalnya, wilayah tersebut memang yang terpadat aktivitasnya. “Kemana sih kemacetan ini mengarah? Paling banyak ke Jakarta Selatan sama Jakarta Pusat, karena disitu perkantoran dan perdagangan dan jasa di tata ruangnya,” jelas dia

“Misalnya hari Senin, 50 persen pegawai boleh bekerja dari rumah ya kan. Hari Selasa 60 persen, batasnya 80 persen lah. Kalau memang lalu lintasnya tinggi, dibuat saja 50 persen,” tandasnya.

Heru Dibanjiri Kritik karena Kemacetan

Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna paham bahwa menyelesaikan kemacetan di Jakarta tidak bisa dilimpahkan sepenuhnya kepada Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. Namun setidaknya, ia mendorong adanya sebuah gebrakan dari Heru untuk mengurangi padatnya lalu lintas, salah satunya percepatan pembauran atau pengintegrasian angkutan.

Ia memandang selama enam bulan menjabat, Heru belum terlihat bergerak cepat dalam program pengintegrasian angkutan umum. “Nah jadi pertanyaannya yang harus dilakukan, ya bagaimana cara mempercepat integrasi antara angkutan umum gitu kan, untuk pekerja ya kan,” imbuh dia saat dihubungi inilah.com di Jakarta, Minggu (9/4/2023).

Selain percepatan integrasi, Yayat juga menilai Heru perlu untuk mengatur arus pengiriman barang dalam Ibu Kota. Menurutnya penting bila kendaraan angkutan logistik diatur jam kerjanya. “Kemudian angkutan logistiknya itu bisa tidak diatur yang pengiriman barang bisa dilakukan pada siang hari saja, kalau pagi dilarang lewat di jam-jam tertentu,” sambungnya.

Yayat juga meminta Heru mengebut pengerjaan LRT, agar segera beroperasi. Di matanya, moda yang satu ini bisa menjadi solusi bagi pekerja Ibu Kota yang tinggal di wilayah Bekasi dan Cibubur. Bahkan, ia menyarankan saat beroperasi nanti ada baiknya digratiskan terlebih dulu, agar menarik minat masyarakat menggunakannya.

Dia menegaskan langkah-langkah tersebut harus segera Heru realisasikan. Mengingat saat ini rasio jalan di Jakarta masih sekitar delapan persen dari total wilayah, tidak seimbang dengan pertumbuhan kendaraan sebanyak 12 persen.

Di samping itu, sistem ganjil genap juga sudah tidak efektif. Karena masyarakat mengakalinya dengan memiliki dua kendaraan pribadi, yang bisa digunakan secara bergantian. Lalu kemudian, kondisi ini diperparah dengan penerapan sistem tilang elektronik, dan ditiadakannya sistem tilang manual.

Sementara itu, kritikan juga dilontarkan relawan Anies Baswedan, Reiza Patters. Ia mengatakan peringkat DKI Jakarta sebagai kota termacet di dunia meningkat usai ditinggal Anies Baswedan. Menurutnya, peringkat Jakarta sebagai kota termacet di dunia sempat turun ke urutan 46 pada tahun 2021, saat Anies Baswedan masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Namun, indeks kemacetan DKI Jakarta pada tahun 2022 kembali naik ke peringkat 29 berdasarkan lembaga pemeringkat lalu lintas kota dunia, TomTom International BV. Menanggapi hal tersebut, Reiza menyebut Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono tidak bisa berbuat banyak dan peduli dengan kondisi Jakarta. “Heru planga plongo aja, dan nggak peduli sama kondisi DKI,” ujar Reiza, dikutip dari akun Twitter pribadi pada Jumat (7/4/2023).

Reiza bahkan menyindir Heru yang dianggap hanya mondar-mandir menghadiri acara seremonial penghargaan dan sebagainya tapi tidak benar-benar tahu apa yang harus diperbuat. Selain itu, program-program yang dibuat oleh Heru juga terkesan asal-asalan dalam pembuatannya dengan prinsip yang penting beda dari Anies.

Oleh karena itu, tak heran jika hasil kerja Heru dianggap tidak maksimal, salah satunya naiknya peringkat Jakarta sebagai kota termacet di dunia. “Mondar mandir seremonial, tapi nggak tahu harus ngapain. Asal mangap untuk asal beda dengan Anies. Ujungnya begini!” ujar Reiza.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button