PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) bergerak cepat di bawah komando Direktur Utama baru, Dian Siswarini.
Dalam masa transisi kepemimpinannya, Telkom langsung mengakselerasi tujuh program prioritas yang ditargetkan rampung dalam 100 hari kerja pertama.
Vice President Corporate Communication Telkom Andri Herawan Sasoko menyatakan bahwa tujuh program prioritas ini dijalankan secara paralel demi mengejar target yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2025.
“Salah satunya adalah penguatan anak-anak usaha di luar Telkomsel agar secara bisnis mereka bisa bertumbuh lebih agresif,” ujarnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Jumat (20/6/2025).
Tak hanya fokus pada Telkomsel, Telkom juga memberi perhatian besar pada peningkatan pengalaman pelanggan (customer experience) di seluruh layanan, khususnya dalam menjawab tantangan era digital dan perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).
“Di tengah banyaknya produk dan layanan dalam grup Telkom, kami ingin memperkuat customer experience. Era AI menuntut transformasi yang menyeluruh, dan produk-produk kami harus selaras dengan arah bisnis yang telah ditentukan,” lanjutnya.
Efisiensi juga menjadi kata kunci. Telkom mempercepat implementasi manajemen TOTEX—gabungan antara belanja modal (Capex) dan biaya operasional (Opex)—guna mendorong profitabilitas. Langkah ini juga disebut sejalan dengan arahan pemerintah agar perusahaan BUMN menjalankan prinsip efisiensi secara menyeluruh.
“Efisiensi Capex dan Opex menjadi prioritas untuk mendorong profitabilitas. Ini adalah bagian dari strategi percepatan kami,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa seluruh inisiatif tersebut bertujuan mempercepat pencapaian target pendapatan dan akuisisi pelanggan yang telah dirancang sejak awal tahun.
“RKAP kami sudah jelas. Sekarang pertengahan tahun, artinya kita harus akselerasi lagi agar target tetap bisa tercapai,” ujarnya.
Dalam aspek tata kelola, Telkom menekankan pentingnya penerapan prinsip kehati-hatian (prudence) dan keseimbangan dalam menjalankan bisnis. Ia menggambarkan strategi ini sebagai permainan “gas dan rem” yang harus dijaga secara proporsional agar transformasi berjalan tanpa melanggar prinsip tata kelola yang baik.
Selain itu, reformasi budaya kerja juga digalakkan melalui internalisasi nilai-nilai keberanian (bravery), integritas, layanan prima (service excellence), dan kelincahan (agility). Perusahaan ingin mendorong budaya kerja yang adaptif dan responsif terhadap perubahan.
“Budaya agile adalah fondasi penting agar seluruh karyawan Telkom mampu menghadapi tantangan bisnis yang terus berkembang,” tuturnya.
Program terakhir dalam daftar prioritas Telkom adalah penyusunan blueprint menuju strategic holding. Meski belum dirinci secara terbuka, penyusunan ini diklaim akan dilakukan selaras dengan arahan pemegang saham dan regulator, termasuk Kementerian BUMN.
Sebelumnya, Direktur Utama Dian Siswarini secara resmi memaparkan tujuh program prioritas Telkom yang meliputi: penguatan bisnis Telkomsel, pengembangan bisnis non-Telkomsel, peningkatan customer experience, efisiensi berbasis TOTEX, tata kelola bisnis berbasis kapabilitas digital, reformasi budaya perusahaan, serta penyusunan strategi holding yang efektif.