Bayi Baru Lahir Bisa Terjangkit Asma Meski Tanpa Riwayat Keluarga, Ini Penjelasan Dokter Anak IDAI


Anggapan bahwa anak hanya bisa mengidap asma jika memiliki riwayat keluarga ternyata keliru. Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Wahyuni Indawati, menegaskan bahwa bayi baru lahir pun tetap memiliki risiko mengidap asma, meski kedua orang tuanya tidak memiliki riwayat penyakit tersebut.

“Memang betul 80 persen anak dengan asma punya dasar alergi. Tapi ada 20 persen lainnya yang tidak berasal dari mekanisme alergi,” ujar Wahyuni dalam temu media daring, Selasa (27/5/2025).

Artinya, meskipun anak tidak berasal dari keluarga dengan riwayat alergi atau asma, tetap ada kemungkinan ia menderita asma—terutama jika menunjukkan gejala khas yang sesuai kriteria.

Wahyuni menjelaskan bahwa bayi baru lahir bisa mengalami gejala asma sejak dini atau disebut early onset. Namun, mendiagnosis asma pada bayi jauh lebih kompleks dibandingkan anak yang lebih besar, karena bunyi napas mengi pada bayi bisa disebabkan oleh banyak kondisi lain.

“Mengi itu tidak hanya disebabkan asma. Misalnya pada bayi baru lahir, bisa karena kelainan bawaan seperti bronkomalasia, di mana saluran napas mudah menguncup, atau karena bayi prematur yang saluran napasnya masih kecil,” jelasnya.

Ia mengacu pada studi yang mengklasifikasikan mengi pada anak usia lima tahun pertama menjadi dua kelompok utama. Pertama, transient wheezing atau mengi sementara, seperti yang terjadi pada bayi prematur dan tidak berlanjut menjadi asma. Kedua, atopic wheezer—anak dengan riwayat alergi keluarga yang cenderung berkembang menjadi asma.

“Jadi, meskipun tidak ada riwayat keluarga, bukan berarti anak tidak punya bakat genetik. Tapi kita tidak bisa secara langsung membuktikan kerentanan genetik itu,” kata Wahyuni.

Ia menegaskan bahwa faktor lingkungan memainkan peran besar dalam memicu asma, terutama jika terjadi interaksi dengan kerentanan genetik yang tersembunyi.

“Infeksi RSV dan rinovirus di masa awal kehidupan berhubungan dengan munculnya asma saat anak memasuki usia sekolah. Begitu juga dengan paparan asap rokok di awal kehidupan yang bisa mengganggu perkembangan saluran napas dan meningkatkan risiko asma di kemudian hari,” pungkasnya.