Bayi Baru Lahir di Gaza Terancam karena Israel Terus Memblokir Pasokan Susu Formula


Puluhan bayi baru lahir di Jalur Gaza berada dalam risiko langsung akibat larangan berkelanjutan Israel atas pasokan medis penting, termasuk susu formula bayi. Fasilitas perawatan kesehatan di Gaza telah berulang kali mengeluarkan peringatan mendesak tentang bencana kesehatan yang akan terjadi.

Dokter anak dan kandungan Dr. Asaad al-Nawajaa, memperingatkan sebagian besar bayi tersebut dirawat di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis. Di rumah sakit itu, staf medis menghadapi kekurangan inkubator dan perlengkapan penting. “Kekurangan ini menimbulkan ancaman langsung terhadap nyawa bayi yang baru lahir dan semakin memperparah krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung,” katanya, Senin (23/6/2025)  

Ia menekankan bahwa pembatasan Israel terhadap masuknya makanan dan bantuan medis, khususnya susu formula bayi, telah memberikan dampak menghancurkan bagi bayi di bawah usia enam bulan, yang bergantung sepenuhnya pada susu formula untuk bertahan hidup. 

Kurangnya akses terhadap nutrisi penting ini meningkatkan kerentanan mereka terhadap penyakit seperti gastroenteritis dan infeksi pernapasan. Ia mendesak pengiriman segera susu formula bayi ke rumah sakit di seluruh Gaza untuk mencegah hilangnya nyawa lebih lanjut.

Fasilitas perawatan kesehatan di Gaza telah berulang kali mengeluarkan peringatan mendesak tentang bencana kesehatan yang akan terjadi, dengan menyebutkan habisnya semua jenis susu. Rumah Sakit Al-Rantisi, misalnya, telah kehabisan susu formula bayi, meskipun masih menerima puluhan anak setiap hari yang menderita kekurangan gizi dan gangguan pencernaan.

Krisis ini diperparah dengan malnutrisi ibu yang meluas. Ini menyebabkan banyak ibu tidak dapat menyusui. Menurut data resmi, setidaknya 60 kematian anak telah tercatat akibat kelaparan dan malnutrisi di berbagai kelompok usia.

Kesedihan menyelimuti Gaza seiring terus bertambahnya korban tewas dan meningkatnya kehancuran. Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, di antara para korban terdapat mereka yang paling tidak bersalah yakni 17.121 anak-anak, mulai usia 17 tahun hingga bayi baru lahir yang tewas sebelum sempat hidup sehari penuh, hingga 15 Juni 2025. 

Jumlah ibu tewas juga terus bertambah. Sebanyak 9.126 perempuan telah terbunuh sejak dimulainya agresi, banyak dari mereka melindungi anak-anaknya atau mencari perlindungan di tempat penampungan sementara yang telah menjadi perangkap kematian.