Kondisi global yang tidak menentu berdampak juga bagi Indonesia, apalagi jika terjadi perang antarnegara, sebagaimana memanasnya hubungan Iran-Israel yang saling melontarkan rudal. Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mewanti-wanti imbasnya bagi lalu lintas perdagangan.
“Ekonomi global cenderung akan bermasalah pada aspek-aspek kejadian perang dagang, kejadian perang sesungguhnya antarnegara, yang itu merusak lalu lintas perdagangan yang penting buat kita,” kata Cak Imin, di Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (21/6/2025).
Cak Imin juga menuturkan, Indonesia masih bergantung kepada beberapa negara dalam semua aspek kehidupan. “Kita masih bergantung pada satu dua negara pada produksi kita,” ucap dia.
Di tengah meningkatnya konflik terbuka antara Iran dan Israel, militer Amerika Serikat secara signifikan memperkuat kehadiran udaranya di Eropa dengan mengirimkan puluhan pesawat pengisian bahan bakar ke wilayah tersebut.
Langkah ini dinilai sebagai sinyal kesiapan strategis AS untuk kemungkinan operasi militer berkelanjutan, seiring meningkatnya kekhawatiran akan meluasnya konflik di Timur Tengah.
Penguatan militer ini memperlihatkan bahwa Washington tengah mempersiapkan diri untuk menghadapi eskalasi yang lebih luas.
“Pengiriman mendadak lebih dari dua lusin pesawat tanker Angkatan Udara AS ke timur bukanlah hal biasa. Ini adalah sinyal kesiapan strategis yang jelas,” kata Eric Schouten dari Dyami Security Intelligence, dilansir Reuters, Selasa (17/6/2025).
Jika terus memanas, akan ganggu perekonomian global. Sebab letak Iran dan Israel yang merupakan jalur pelayaran ekspor dunia. Konflik di wilayah tersebut tentu memaksa negara-negara mencari jalur perdagangan lain yang kemungkinan menempuh jarak lebih jauh.
Dengan jarak yang lebih jauh, kebutuhan logistik akan semakin mahal sehingga harga jual juga secara otomatis akan meningkat. Hal ini dapat mengganggu rantai pasok dunia. Sebagai negara pengimpor minyak, meningkatnya harga minyak dunia berpengaruh terhadap bertambahnya pembiayaan yang harus dikeluarkan Indonesia.
Meski neraca perdagangan Indonesia saat ini masih surplus, adanya perang dapat mengakibatkan surplus perdagangan semakin kecil. Prof Rossanto menyebut bahwa jumlah ekspor Indonesia ke Timur Tengah memang kecil, tetapi permasalahan terletak pada posisinya sebagai jalur pelayaran.
“Sebetulnya ekspor kita ke Timur Tengah tidak begitu besar, tidak sampai lima persen dari jumlah ekspor kita. Tetapi, Timur Tengah itu jalur pelayaran ke Eropa, sehingga kalau ada masalah, otomatis biaya logistik ke Eropa semakin mahal. Kalau logistik mahal, otomatis ekspor kita menurun karena importir di Eropa akan mengalihkan ekspor ke negara lain yang lebih murah,” tutur Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) Rossanto Dwi Handoyo.