Pameran seni rupa dan digital Art Sura 2025 resmi ditutup pada Minggu (29/6/2025) akhir pekan kemarin, setelah sukses berlangsung selama sembilan hari di Kota Surakarta. Gelaran yang menampilkan lebih dari 300 karya dari 172 seniman ini berhasil menarik lebih dari 10.000 pengunjung dan menegaskan visi untuk menjadikan Surakarta sebagai pusat seni rupa dan budaya di Indonesia.
Acara penutupan yang digelar di Gedung Kesenian, Taman Balekambang, dihadiri oleh Wali Kota Surakarta Respati Ardi, Direktur ART SURA Adrian Zakhary, serta para seniman dan pegiat seni.
Dalam sambutannya, Direktur ART SURA Adrian Zakhary menyatakan tujuan besar di balik perhelatan ini. “Melalui ART SURA, kami ingin menjadikan Surakarta sebagai episentrum seni rupa dan budaya Nusantara,” ujar Adrian pada acara penutupan dikutip dari siaran pers yang diterima inilah.com, Rabu (2/7).
Mengusung tema “Wedangan, Rindu, dan Kenangan”, Art Sura 2025 menyajikan beragam karya mulai dari lukisan, patung, art toys, fashion, hingga karya digital interaktif seperti Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), NFT, dan seni berbasis kecerdasan buatan (AI).
Wali Kota Surakarta, Respati Ardi, dalam monolog seninya menyampaikan komitmen pemerintah kota untuk menjaga momentum yang telah dibangun. Menurutnya, ART SURA bukan sekadar festival, melainkan upaya membangun ingatan bersama.
“Sembilan hari kita rayakan ini, tapi dampaknya ingin kami jaga jauh lebih lama. ART SURA adalah nafas seni rupa dan budaya yang lahir dari kota Surakarta,” kata Respati.
Pemerintah Kota Surakarta juga menegaskan komitmennya untuk memfasilitasi ekosistem seni. “Kami siap memfasilitasi seluruh elemen masyarakat, khususnya para seniman. Dalam waktu dekat, kita juga akan menghadirkan Museum Art of Science dan ekosistem ini dimulai dari ART SURA,” tambahnya.

Apresiasi terhadap gelaran ini juga datang dari berbagai tokoh nasional. Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha, yang hadir pada 26 Juni lalu, memuji langkah berani ART SURA dalam memberi panggung bagi seniman lokal dan generasi muda.
“Selamat kepada ART SURA, sebuah langkah yang berani dan luar biasa. Saya lihat juga kebanyakan anak muda ke sini karena mereka ingin mengerti, tahu, belajar, menikmati, dan mengapresiasi karya seni,” ungkap Giring.
Salah satu keunikan Art Sura 2025 adalah penerapan konsep desentralisasi pameran. Selain Taman Balekambang sebagai pusat, acara juga menggandeng beberapa lokasi lain seperti Museum Keris, Museum Radya Pustaka, Lokananta, dan Pura Mangkunegaran sebagai titik kunjung budaya.
Rangkaian acara ditutup dengan penampilan wayang kulit kontemporer oleh dalang muda Ki Amar Pradopo yang membawakan lakon “Gatotkaca”.
Art Sura 2025 merupakan bagian dari inisiatif yang lebih besar menuju La Palapa: Indonesia Art Summit, yang bertujuan mengangkat potensi seni dan budaya Indonesia ke panggung nasional dan dunia.