Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Nathan Kacaribu merespons data IMD World Competitiveness Center (WCC) terkait daya saing Indonesia 2025 turun ke peringkat 40, dari 69 negara.
Ini menjadi penurunan terdalam di antara negara Asia Tenggara. “Tergantung siapa yang menghitung kalau daya saing itu ya. Kalau daya saing, beberapa indikator kan kita melihat dari bagaimana capital inflow terjadi. Kita sih melihat kalau daya saing relatively kita, cukup well managed,” ujar Febrio dalam acara Economic Update 2025, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Ferio mengatakan, pemerintah berusaha untuk mengidentifikasi berbagai isu penting yang disampaikan pengusaha. Misalnya soal perizinan, supply chain, hingga ketersediaan infrastruktur.
“Tapi dalam hal pertumbuhan ekonomi yang di-support oleh investasi, itu memang strategi kita. Bahwa investasi akan menjadi driver dari pertumbuhan ekonomi kita ke depan,” kata dia.
“Kita melihat misalnya dari sisi sumbangsih dari jenis belanja, kalau kita lihat dari sisi agregat demandnya paling tinggi kan memang sektor konsumsi. Di sana sekitar 50 persen lebih, tapi investasi itu enggak kecil. Sekitar 30 persen dari PDB kita. Dan ini tapi kita tahu, multiplayer effect dari belanja investasi itu, sangat besar,” tambahnya.
Lebih lanjut, dia menekankan, pemerintah akan terus mendorong investasi untuk menciptakan peluang produksi barang dan jasa yang relatif baru di masa depan.
“Jadi investasi itu yang akan terus menjadi driver dan ini akan kita dorong dengan pendekatan yang relatif baru dengan adanya Danantara kita harapkan sinergi untuk menciptakan peluang-peluang investasi itu akan semakin besar kedepan,” tutur alumni SMA Taruna Nusantara (Tarnus) itu.
Sebagai informasi, IMD World Competitiveness Center (WCC) mencatat Indonesia mengalami kemerosotan tajam dalam peringkat daya saing global 2025. Diketahui, tahun ini Indonesia merosot 13 peringkat ke posisi 40 dari 69 negara.
Padahal, pada 2024 lalu, Indonesia menembus posisi 27 dalam daftar World Competitiveness Ranking (WCR), naik signifikan dari posisi 44 pada 2022. Namun, efek guncangan global, khususnya perang tarif terhadap Asia Tenggara, serta lemahnya struktur ekonomi domestik, menjadi faktor penyebab kejatuhan ini.
Adapun 5 besar peringkat daya saing pertama diduduki oleh Singapura, kemudian Swiss, Denmark, Irlandia dan Hong Kong.