Komandan Pasukan Al Quds dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Esmail Qaani muncul di depan publik mengikuti perayaan kemenangan menyusul pengumuman gencatan senjata antara Iran dan Israel. Padahal ia dikabarkan tewas akibat serangan udara Israel, yang menewaskan beberapa komandan tinggi IRGC, termasuk pemimpinnya, Hossein Salami.
Esmail Qaani terlihat dalam sebuah video yang dibagikan Kantor Berita Tasnim Iran Selasa (24/6/2025) mengenakan topi baseball hitam di antara kerumunan orang di Teheran. Dalam video lain yang diunggah Press TV yang didanai pemerintah, Qanni disambut hangat oleh khalayak yang bergembira di Teheran selama perayaan kemenangan atas rezim Zionis.
Qaani dikabarkan tewas dalam serangan Israel di awal perang. Dalam sebuah laporan oleh The New York Times mengungkapkan, dia tewas bersama para pemimpin militer lainnya. Militer Israel mengklaim, beberapa komandan Pasukan Quds telah dibunuh termasuk satu orang yang memiliki kontak dekat dengan Hamas di Gaza.
Juga dilaporkan satu orang yang mengatur transfer senjata di seluruh wilayah, serta seorang komandan operasi pesawat tak berawak. Selain itu, kepala IRGC, Hossein Salami, tewas dalam serangan pembukaan bersama dengan kepala dan wakil kepala departemen intelijen organisasi tersebut.
Penampakan Qaani di antara para peserta perayaan di Teheran itu terjadi saat rezim Iran mengklaim kemenangan melawan Israel selama perang 12 hari yang menewaskan 606 warga Iran, menurut kementerian kesehatan negara itu, serta 28 warga Israel.
Iran mengatakan akan mengadakan pemakaman kenegaraan untuk komandan militer dan ilmuwan yang tewas dalam perang pada hari Sabtu (28/6/2025), sementara pemakaman Salami ditetapkan pada hari Kamis (26/6/2025).
Menurut juru bicara parlemen Iran, Mohammad Bagher Ghalibaf, parlemen Iran memilih untuk menangguhkan kerja sama dengan pengawas nuklir PBB, Badan Tenaga Atom Internasional, hingga keamanan fasilitas nuklir terjamin.
Penghapusan fasilitas nuklir Iran menjadi alasan serangan Israel. Serangan Israel kemudian disempurnakan oleh Amerika Serikat terhadap fasilitas bawah tanah di Fordow, yang berada jauh di bawah gunung.
Sebuah penilaian intelijen yang bocor mengenai serangan itu, yang diterbitkan CNN, menimbulkan keraguan mengenai tingkat kerusakannya. Laporan tersebut mengungkapkan, serangan itu tidak menghancurkan komponen inti program nuklir, termasuk persediaan uranium yang diperkaya milik Iran, sehingga hanya tertunda beberapa bulan.
Namun, Donald Trump bersikeras bahwa serangan terhadap program nuklir Iran menyebabkan “kehancuran total” program tersebut. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga menegaskan bahwa Iran “jauh dari senjata nuklir” dalam komentarnya kepada Politico.
Di tengah gencatan senjata, baik AS maupun Iran telah mengindikasikan bahwa negosiasi antara keduanya dapat dimulai kembali. Presiden Iran Masoud Pezeshkian, mengutip IRNA, dilaporkan memberi tahu mitranya dari Uni Emirat Arab (UEA) bahwa Iran siap untuk menyelesaikan masalah. di meja perundingan.
Steve Witkoff, Utusan Trump untuk Timur Tengah, mengatakan kepada Fox News bahwa negara-negara tersebut sudah mengadakan pembicaraan yang menjanjikan secara langsung dan melalui pihak ketiga. “Kami berharap dapat mencapai perjanjian perdamaian jangka panjang yang dapat membangkitkan kembali Iran,” tambahnya.