Diserang Isu Korupsi, Pendukung PM Boris Johson Mundur Teratur

Ada kabar tak sedap menghampiri Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson. Dia dituding korupsi. Lebih tak mengenakkan lagi, dia dituding memperjual-belikan kursi majelis tinggi di parlemen Inggris. Wow.

Tuduhan serius ini dipublikasikan sebuah surat kabar investigasi Inggris, bahwa sejumlah pendonor utama Partai Konservatif, atau partainya PM Johnson ditawari kursi majelis tinggi di parlemen.  

Dalam sepekan lalu, pemerintahan Johnson sibuk menangkal isu korupsi itu. Dia terpaksa membatalkan rencana yang akan digulirkan melalui parlemen, untuk melindungi salah satu anggota parlemennya yang telah melanggar aturan lobi.

The Sunday Times melaporkan, satu dari 16 bendahara Partai Konservatif dalam dua dekade ini, telah menyumbangkan lebih dari 3 juta pound. Atau setara Rp57,9 miliar kepada partai, selanjutnya dia ditawari kursi di majelis tinggi parlemen Inggris.

Peran bendahara Partai Konservatif telah menjadi pekerjaan yang paling mulia di Inggris, kata surat kabar itu, dibandingkan dengan peran para pemimpin lembaga negara dan organisasi amal. Bahkan mengalahkan mantan perdana menteri. “Partai Konservatif Boris Johnson korup, cerdik, busuk dan suka menerima suap,” kata wakil pemimpin Partai Buruh oposisi Angela Rayner dalam twitternya.

Perselisihan tersebut semakin melebar. Di mana, etika PM Johnson sebagai pemimpin dipertanyakan. Dia harus menghadapi tuduhan lainnya, termasuk rencana donatur partai yang diam-diam menyumbang dana untuk renovasi kediaman mewah PM Johnson di Downing Street.

Atas bergulirnya tuduhan ini, dukungan terhadap PM Johnson jatuh ke level terendah. Berdasarkan jajak pendapat Opinium untuk surat kabar Observer, keunggulan Partai Konservatif atas Partai Buruh turun menjadi satu poin persentase.

Exit mobile version