Mantan Kepala Sekretariat Direktorat Relawan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Jay Octa mengaku resah dengan putusan gugatan batas usia capres-cawapres yang akan dibacakan Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) pada Senin (16/10/2023) besok.
Keresahan Jay lantaran putusan itu terkait dengan penentuan langkah Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres). Jika MK memutuskan untuk menerima putusan itu, menurut Jay, hal tersebut menjadi bentuk kemunduran demokrasi.
“Kalau sampai MK membuka pintu bagi Gibran untuk melenggang menjadi cawapres, dunia hukum kita sudah jungkir balik. Hukum yang mengabdi pada penguasa dan merusak tatanan demokrasi,” kata Jay Octa, melalui keterangan resmi, Minggu (15/10/2023).
Kemunduran demokrasi, sambung Jay, akan makin bertambah apabila pada kenyataanya Presiden Joko Widodo ikut mendukung langkah putera tersebut menjadi bacawapres. Menurut Jay, jika hal tersebut terjadi, maka tudingan politik dinasti tidak bisa disangkal lagi.
“Apa yang disebut-sebut Jokowi akan membangun dinasti politik tak bisa disanggah lagi. Yang membuat rakyat marah karena cara yang ditempuh adalah cara culas, curang, dengan mempermainkan hukum,” kata Jay.
Jay menyayangkan, Jokowi yang hampir sepuluh tahun bekerja sepenuh hati untuk kemajuan Indonesia harus mengakhiri masa jabatannya dengan menyedihkan.
“Kita semua bangga dengan kinerja Jokowi selama ini. Namun sayangnya ia tidak bisa soft landing, karena tak kuat melawaan godaan kekuasan, untuk membagun dinasti politik dengan cara culas,” ujar dia.
Jay mengaku kecewa karena Jokowi belakangan berubah serratus delapan puluh derajat, terutama dalam hal demokratisasi.
“Kami kecewa karena dukungan yang selama ini kami berikan dikhianati. Demi melanggengkan kekuasaan dia menggunakan cara melebihi cara-cara Orde Baru. Ini merusak semangat perjuangan reformasi,” katanya.
Beri Komentar (menggunakan Facebook)