Market

Eks Menkeu Ingatkan Jokowi Hati-hati IMF ‘Mainkan’ Kenaikan Harga BBM

Mumpung Presiden Jokowi belum memutuskan kenaikan harga BBM subsidi, eks Menteri Keuangan (Menkeu) Fuad Bawazier berikan saran. Hati-hati, bisa jadi ada kekuatan asing (IMF) lewat menteri, ingin menggoyang pemerintah.

Kepada Inilah.com, Jakarta, Jumat (3/9/2022), dia membeberkan, dugaan IMF ingin menggoyang perekonomian Indonesia diawali dengan desakan agar bank sentral (Bank Indonesia) mengerek suku bunga acuan.

“Ini baru dugaan ya, diawali dengan adanya seorang menteri yang ujug-ujug bicara soal kenaikan suku bunga acuan. Kejadiannya itu beberapa bulan yang lalu. Padahal itu kan kewenangan BI. Saat itu, saya berikan komentar jangan naik. Karena inflasi kita kan terjaga. Buat apa suku bunga naik,” tutur Fuad.

Namun, rapat dewan gubernur (RDG) BI menahan suku bunga acuan di level 3,5 persen pada 22-23 Juni 2022. Pada akhir Juli, RDG BI kembali memutuskan untuk menahan suku bunga di level 3,5 persen. Barulah pada 23 Agustus 2022, RDG BI mengerek naik suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 3,75 persen. “Ini tidak sesuai ekspektasi karena hanya naik rendah. Mereka inginkan naiknya tinggi,” ungkapnya.

Gagal menciptakan suku bunga tinggi, lanjut Fuad, IMF mencoba strategi lain. Ya itu tadi, mendorong pemerintahan Jokowi mengerek naik harga BBM subsidi hingga 30 persen. “Kalau itu dilakukan, Indonesia akan masuk perangkap inflasi tinggi. Kalau ekonom bilang, inflasi bisa 8 persen, saya kira bisa di atasnya,” ungkapnya.

Untuk itu, Fuad menyarankan agar Presiden Jokowi ekstra hati-hati. Jangan sampai Indonesia bernasib sama dengan sejumlah negara yang mengalami inflasi tinggi. Negara maju sekelas Amerika Serikat saja, inflasinya menjulang hingga di atas 10 persen, tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Sama halnya dengan Inggris yang inflasinya 10,1 persen. “Kalau itu terjadi, kasihan rakyat, khususnya yang tidak dapat bantalan sosial. Jumlahnya juga besar,” ungkapnya.

Pola ini, kata Fuad tak beda ketika krisis moneter yang terjadi di era Soeharto, yakni 1997-1998. Kala itu, Fuad menolak keras penaikan suku bunga serta kenaikan harga IMF yang disarankan IMF. Namun karena kalah suara, saran Fuad masuk keranjang sampah. Bisa jadi Fuad yang benar. Pilihan Soeharto justru melahirkan krisis moneter yang harus ditebus dengan lengser dari kekuasaan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button