Market

Ekspor Babak Belur, Tim Ekonomi Jokowi Ketar-ketir Surplus Neraca Dagang Berhenti Cepat


Masa depan perekonomian dunia terlihat semakin suram. Hal ini, tentu saja bakal memengaruhi ekonomi Indonesia. Hati-hati ekspor terjun bebas, surplus neraca perdagangan yang hampir 4 tahun berturut-turut terhenti.

Tak sedang menakuti, Sekretaris Kemenko Perekonomian, Susiwijono membeberkan analisa seseram itu. Bahwa selisih antara ekspor dan impor semakin tipis.

“Walaupun kita menikmati surplus neraca perdagangan 45 bulan berturut-turut, namun demikian surplusnya mulai menyempit. Kalau kita tidak menggenjot ekspor kita, dalam beberapa bulan ke depan neraca perdagangan kita akan defisit,” kata Susi, sapaan akrabnya, Jakarta, dikutip Sabtu (2/3/2024).

Kekhawatiran Susi sangat masuk akal. Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 mengalami surplus sebesar US$2,02 miliar. Surplus ini adalah ke-45 bulan berturut-turut.

Capaian surplus Januari 2024 juga lebih rendah ketimbang Desember 2023 sebesar US$3,29 miliar dan anjlok dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$3,88 miliar.

Tak mau surplus terus, kata Susi, pemerintah membentuk Satgas Peningkatan Ekspor Nasional dan menetapkan 12 negara sebagai prioritas tujuan ekspor. “Untuk menjaga neraca dagang Indonesia di tengah perlambatan ekonomi di negara maju,” kata Susi.

Sebanyak 12 negara yang dimaksud adalah Arab Saudi, Belanda, Brazil, Chile, China, Filipina, India, Kenya, Korea Selatan, Meksiko, Uni Emirat Arab (UEA) dan Vietnam.

“Selain itu, Satgas Peningkatan Ekspor Nasional juga memperluas akses pasar dengan mendorong penyelesaian perundingan perjanjian,” kata Susi.

Sampai saat ini, kata dia, telah dibentuk 6 Kelompok Kerja dalam satgas tersebut berdasarkan tugas dan kewenangannya masing-masing, di antaranya yakni Pokja 1 (Bidang Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Sumber Daya dan Industri Ekspor), Pokja 2 (Bidang Diplomasi, Promosi dan Pengembangan Pasar Ekspor), Pokja 3 (Bidang Simplifikasi, Sinkronisasi, dan Integrasi Proses Bisnis dan Layanan Ekspor), Pokja 4 (Bidang Pembiayaan Ekspor), Pokja 5 (Bidang Peningkatan Ekspor UMKM), serta Pokja 6 (Bidang Regulasi).

Produk ekspor prioritas yang ditetapkan mulai dari ikan dan olahan ikan, sarang burung walet, kelapa dan kelapa olahan, kopi dan rempah olahan, bahan nabati dan margarin, kakao, makanan olahan, bungkil dan pakan ternak, semen, produk kimia, karet dan produk dari karet, kulit dan produk dari kulit, pulp dan kertas, TPT dan alas kaki, logam mulia dan perhiasan, mesin-mesin, elektronik, otomotif, furnitur, serta mainan.

“Selama ini kita hanya menggantungkan ekspor komoditi, yang besar hanya CPO dan batu bara, kita coba diversifikasi produknya,” ucap Susi.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button