Petani tembakau di Temanggung, Jawa Tengah yang jumlahnya sekitar 65 ribu jiwa, harus gigit jari. Hasil panennya tak dibeli PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Dengan alasan, penjualan babak belur.
Direktur Kebijakan Publik Celios (Center of Economic and Law Studies), Media Wahyudi Askar menyebut, alasan yang disampaikan GGRM, masuk akal.
“Kemungkinan besar itu karena penurunan penjualan. Karena tekanan probabilitas dari Gudang Garam karena memang beberapa tahun terakhir ada penurunan penjualan. Sehingga laba bersih Gudang Garam tergerus. Meski masih ada profit, tapi trennya turun,” kata Media kepada Inilah.com, Jakarta, Selasa (17/6/2025).
Dia mengatakan, penurunan omzet yang dihadapi salah satu industri rokok terbesar di Indonesia itu, sejatinya, sudah terlihat sejak 2024. Memasuki 2025, perekonomian Indonesia mengalam gejolak yang luar biasa. Utamanya soal pelemahan daya beli.
“Salah satu penyebab penurunannya omzet adalah daya beli masyarakat. Itu praktis terasa sejak 2024, berlanjut hingga 2025. Ini kelihatannya bagian dari strategi perusahaan. Tahun ini, tekanan ekonomi masyarakat, begitu dahsyatnya. Sehingga Gudang Garam harus melakukan penyesuaian,” kata dia.
Selain itu, dia mengatakan faktor lainnya adalah tren perubahan perilaku masyarakat yang beralih ke harga rokok yang lebih murah. Tak hanya itu faktor ekonomi juga membuat masyarakat bahkan berhenti untuk mengkonsumsi rokok.
“Sebagai masyarakat juga bahkan mengurangi konsumsi atau bahkan berhenti merokok karena tekanan ekonomi,” ucapnya.
“Ini belum termasuk perilaku pergeseran konsumen ke produk alternatif kayak vape di kalangan anak muda urban ya sehingga memang Gudang Garam mengalami tekanan biaya dan juga distorsi dari segi permintaan dan persaingan pasar,” tambah dia.
Bupati Temanggung, Agus Setyawan bersama perwakilan anggota DPRD dan Komite Pertembakauan Temanggung, berkunjung ke pabrik Gudang Garam di Kediri, Jawa Timur. Oleh-olehnya, ya itu tadi, berita tak sedap bahwa GGRM tak lagi membeli tembakau dari petani Temanggung.
Agus menambahkan, selain faktor anjloknya omzet, GGRM menyebut penurunan harga saham GGRM di lantai bursa, ikut memukul perseroan. Padahal, saham GGRM sempat dibanderol Rp90.000/lembar, kemudian terjun bebas ke level Rp9.600/lembar.
“Jadi memang tidak lagi kondusif untuk membeli bahan baku khususnya dari Temanggung,” kata Agus, dikutip dari Antara, Minggu (15/6/2025).