Houthi Yaman Bantu Iran, Selat Hormuz dan Laut Merah Terancam Diblokade


Saat perang antara Israel dan Iran berlanjut, pemberontak Houthi Yaman mengatakan mereka terus berkoordinasi dengan Teheran. Houthi, juga dikenal sebagai Ansar Allah, sejak 2023 telah melancarkan serangan kepada Israel serta terhadap kapal pengiriman barang di Laut Merah sebagai dukungan untuk warga Palestina di Gaza.

Kelompok Houthi juga merupakan sekutu dekat Iran. Kini mereka mengatakan bahwa serangan terbaru mereka adalah atas nama “rakyat Palestina dan Iran”. Menurut akun Telegram, Juru Bicara Houthi Yahya Saree, kelompok Yaman tersebut berkoordinasi dengan operasi yang dilakukan tentara Iran terhadap musuh kriminal Israel.

Pada hari Minggu (15/6/2025), dua hari setelah Israel pertama kali menyerang Iran pada dini hari tanggal 13 Juni, Houthi mengumumkan bahwa mereka telah menargetkan Israel. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Saree mengatakan kelompok itu menembakkan beberapa rudal balistik ke Jaffa, Israel.

Menurut Hussain Albukhaiti, komentator politik pro-Houthi, kelompok bersenjata Yaman itu mengatur waktu serangan mereka bersamaan dengan serangan Iran. “Kelompok Houthi meluncurkan rudal setelah Iran meluncurkan rudalnya,” kata Albukhaiti mengutip Al Jazeera. 

“Dengan cara ini para pemukim Zionis [Israel] terus bolak-balik ke tempat perlindungan sehingga mereka dapat merasakan ketakutan yang mereka sebabkan kepada rakyat Palestina di Gaza,” tambahnya.

Serangan Houthi pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengiriman rudal dan pesawat nirawak berkala mereka sebelumnya terhadap Israel. Israel sebagian besar berhasil mencegat serangan tersebut, tetapi beberapa berhasil lolos. Pada awal Mei rudal Houthi menembus lokasi dekat bandara Ben Gurion yang melukai enam orang dan menyebabkan penghentian penerbangan.

Namun serangan Houthi juga memiliki konsekuensi lain bagi pertahanan Israel, menurut pakar Yaman Nicholas Brumfield. “Ancaman serangan Houthi yang terus menerus dari selatan mengharuskan Israel untuk membagi pertahanan udaranya alih-alih memposisikan semuanya untuk lebih efektif [mempertahankan] serangan balik yang datang dari Iran,” katanya kepada Al Jazeera.

Houthi Menyerang Kapal Berbau Israel

Pada November 2023, Houthi mulai menyerang kapal-kapal yang mereka sebut terkait dengan Israel di Laut Merah. Serangan tersebut berhenti dalam beberapa bulan terakhir, setelah Houthi dan Amerika Serikat mencapai kesepakatan pada awal Mei, menyusul kampanye pengeboman AS yang dilaporkan telah menewaskan lebih dari 200 orang di Yaman.

Namun serangan masih dapat dilanjutkan, dan pihak Houthi tidak pernah setuju untuk berhenti menargetkan Israel, yang juga terus mengebom Yaman. “Houthi memiliki kesepakatan dengan AS untuk berhenti saling menyerang, tetapi Yaman tidak akan mematuhi perjanjian ini jika AS bergabung dengan Zionis dalam serangan mereka terhadap Iran,” kata Albukhaiti.

“Kita ingat bahwa Trump membatalkan kesepakatan nuklir antara Iran dan AS,” katanya, merujuk pada penarikan sepihak Presiden AS dari kesepakatan nuklir antara Iran dan beberapa negara Barat pada 2018. Albukhaiti menuduh Trump membatalkan kesepakatan tersebut karena tidak sesuai dengan kepentingan Israel.

“Yaman akan melakukan hal yang sama, dan akan membatalkan perjanjian dengan AS, karena hal itu tidak sesuai dengan kepentingan Iran, yang merupakan sekutu penting Yaman,” katanya.

Iran juga mengancam akan menutup Selat Hormuz, yang terletak di antara Iran dan Oman. Menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), sekitar 20 juta barel per hari (BPD), atau setara dengan sekitar 20 persen dari cairan minyak bumi global melewati Selat Hormuz.

Para analis mengatakan Houthi berpotensi melakukan hal serupa di Laut Merah. Ranjau laut adalah “ranjau berteknologi sangat rendah dan mudah dibuat, namun akan menimbulkan ketidakpastian yang besar bagi perusahaan pelayaran global,” kata Brumfield.

“Saya tidak berpikir Iran atau Yaman akan ragu menggunakan ranjau laut jika perlu untuk memblokir seluruh jalur pelayaran di wilayah kami,” tambah Albukhaiti.