Kanal

Proyek Kereta Cepat Whoosh, Hanya Mercusuar atau Jokowi yang Futuristik?


Pada awal pemerintahannya, Presiden Jokowi mengumandangkan kebijakan ekonomi maritim, memanfaatkan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan bekal menuju negara berpengaruh di mata dunia. Tetapi pada perjalanan rezimnya, justru bergeser memilih infrastruktur yang dibangun habis-habisan melalui pendanaan dari APBN maupun utang.

Bahkan di proyek infrastruktur, Jokowi melakukan napak tilas Sang Proklamator Bung Karno di tahun 1960 silam yang gencar membangun proyek mercusuar. Saat itu, demi menyongsong even Ganefo (Games of the New Emerging Forces) sebagai tandingan Olimpiade, Bung Karno menggunakan kesempatan tersebut untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia adalah negara yang besar.  

Dalam proyek Mercusuar itu, Soekarno menonjolkan enam proyek yang dipaksakan pembangunannya. Namun proyek ini mengorbankan perekonomian semakin buruk karena adanya pembengkakan biaya. Awal cerita ngotot membangun proyek mercusuar berawal dari ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games pertama tahun 1962.

Bahkan untuk mendukung penyelenggaran Asian Games, maka lahirlah bangunan-bangunan yang menjadi proyek mercusuar Soekarno. Tujuan Soekarno membentuk Proyek Mercusuar adalah agar Indonesia mendapat perhatian dari dunia internasional. Saat itu, kondisi Indonesia tidak memiliki tempat untuk menyelenggarakan acara olahraga terbesar benua Asia yang diikuti 17 negara. Mirisnya, meski kondisi Indonesia tengah tidak mendukung dan sedang dilanda krisis keuangan, Soekarno tetap bersikukuh.

Bagi Presiden Soekarno saat itu, momentum Asian Games 1962 adalah sebuah bukti untuk dunia luar, bahwa Indonesia adalah negara yang besar dan tidak rela dipandang sebelah mata oleh negara lain. Nyatanya, hanya dalam waktu empat tahun sejak pertunjukan Dewan Federasi Asian Games tanggal 25 Mei 1958, Presiden Soekarno merasa wajib untuk mewujudkan Jakarta agar dapat memberikan tampilan wajah Indonesia kepada dunia.

Enam Proyek Mercusuar yang terealisasikan pada masa kepresidenan Ir. Soekarno yaitu: Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Pada 1956, Soekarno sempat berkunjung ke Moskow, seperti mengutip laman resmi kemendikbud.go.id tentang rangkuman buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams.

Sewaktu di Uni Soviet, Bung Karno sempat melihat kemegahan Stadion Lenin. Bermula dari situ, Soekarno pun memiliki ide yang sama untuk membangun Stadion Senayan atau GBK dengan konsep kemegahan, kekokohan struktur, serta artistik dari Stadion Lenin. Rancangan Stadion GBK dikerjakan oleh LS Tyatenko, arsitek yang mengerjakan desain Stadion Lenin.  

Secara keseluruhan, pembangunan kompleks olahraga Senayan menelan biaya 12,5 juta dolar AS. Sumber pendanaannya dibantu dengan kredit yang diberikan pemerintah Uni Soviet.

Demikian juga untuk proyek mercusuar lainnya seperti Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, Monumen Nasional, Patung Selamat Datang dan Gedung MPR/DPR, mendapat banyak kritikan karena tidak sesuai dengan kondisi ekonomi saat itu.

Walaupun bagi generasi saat ini, wajib berterima kasih atas jasa Bung Karno telah meninggalkan bangunan yang bersejarah dan membanggakan. Hasil dari proyek mercusuar tersebut saat ini sangat besar manfaatnya.

Nah, bila dikaitkan dengan kebijakan pembangunan proyek infrastruktur era Pemerintahan Jokowi saat ini, sepertinya tidak berlebihan bila terkenang dengan manuver Bung Karno saat itu. Ini kalau dikaitkan dengan kegigihan mantan Wali Kota Surakarta yang ngotot membangun beberapa proyek meski menimbulkan kontroversi. Seperti membangun proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung maupun proyek Ibu Kota Negara atau IKN. Kritik tajam pun terus muncul hingga kini.

Tetapi tulisan ini memfokuskan pada kontroversi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung yang saat ini sudah beroperasi dengan nama Whoosh. Berbeda dengan Bung Karno yang saat ini lebih condong ke Uni Soviet, Jokowi banyak disebut lebih condong ke China. Indikasi ini karena lebih memilih proposal yang disodorkan China padahal awal kajian proyek, menggandeng Jepang.

Dalam hal ini, pengamat politik dari Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mengakui ada kemiripan karakter antara Bung Karno dan Jokowi tentang proyek mercusuar. Presiden Jokowi baginya sebagai tokoh yang futuristik, imajinatif dan ingin bagaimana terlihat Indonesia nampak dari luar itu negara maju, negara yang leading di Asia Tenggara, negara di Asia yang cukup diperhitungkan.

“Ini kan show post gini-gini ini, kan selain memang ekonomi kerakyatan itu tetap dia bangun, tetapi konteks simbol-simbol itu mirip dengan Soekarno membangun GBK dan itu di zaman itu, tidak ada negara sekuat (Indonesia) di Asia yang mampu membangun stadium sebesar itu,” telisiknya kepada inilah.com, Rabu (20/12/2023).

 

post-cover

 

Anggaran proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung akhirnya terbongkar ke publik karena mengalami pembengkakan biaya atau cost overrun sebesar Rp 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 18,02 triliun. Dengan demikian, biaya total proyek yang berlangsung sejak 2016 itu, tercatat mencapai 7,27 miliar dollar AS atau setara Rp 108,14 triliun.

Nilai setelah pembengkakan ini, bahkan melampaui investasi dalam proposal Jepang melalui JICA yang memberikan tawaran anggaran proyek KCJB sebesar 6,2 miliar dollar AS dengan bunga 0,1 persen.

Menteri BUMN periode 2014-2019, Rini Soemarno menyebut pemerintah Indonesia mantap memilih China. “Karena negara itu menawarkan pembangunan proyek tanpa APBN dan jaminan pemerintah,” jelas Rini pada 2 Oktober 2015, mencoba menjawab banyak kritikan dengan keputusan Presiden Jokowi.

Sebaliknya, lanjut Rini, Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) meminta Pemerintah Indonesia untuk menjamin proyek tersebut. Sebab, menurut Jepang, secara realistis pengerjaan kereta cepat sangat sulit apabila menggunakan skema murni business to business (b to b).

Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Muradi pun mendukung kebijakan Presiden Jokowi untuk membangun simbol-simbol negara maju, salah satunya kereta cepat. Kereta cepat itu, salah satu simbol dari negara maju, makanya Indonesia jadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang punya kereta cepat.

“Saya kira menarik proyek ini dijadikan tonggak. Jadi memang dilakukan ini bukan untuk semata-mata untuk Pak Jokowi. Tapi ambisinya untuk kita semua. Hanya memang kita perlu ada upaya untuk melanjutkan tidak kemudian menginterupsi atau menggantikan,” katanya kepada inilah.com secara terpisah.

Tepat tujuh tahun lalu, pada 21 Januari 2016, Presiden Jokowi melakukan peletakan batu pertama proyek kereta cepat di Walini, Bandung. Kenapa di Walini tidak di dalam kota Bandung? Karena salah satu konsorsium BUMN yang membentuk perusahaan patungan dengan investor China, PT Kereta Cepat Indonesia China atau PT KCIC ada PTPN VIII, pemilik perkebunan teh Walini.

Dalam konsorsium BUMN, pemerintah mengerahkan deretan perusahaan negara untuk terlibat dalam proyek prestisius ini. Mereka adalah PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai lead consortium, kemudian PT Wijaya Karya (Persero) Tb, PT Jasa Marga (Persero) Tbk., dan PT Perkebunan Nusantara VIII. Mereka membentuk perusahaan patungan juga, yang bernama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

PT PSBI memegang saham mayoritas pada PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yakni 60 persen, sedangkan BUMN China memegang 40 persen sisanya.

 

Anggaran Bengkak

Saat proyek KCJB sudah dalam proses uji coba di akhir tahun 2022, terkuak jika anggaran mengalami pembengkakan dari perhitungan awal. Sontak, informasi ini menghebohkan publik dengan catatan per November 2022 lalu, proyek KCJB mengalami pembengkakan biaya alias cost overrun mencapai US$ 1,449 miliar. Data tersebut berdasarkan laporan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) per 15 September 2022.

Nilai ini sedikit berbeda dengan hasil perhitungan China dimana nilainya lebih rendah yaitu US$980 juta. Nantinya, pembengkakan biaya ini akan ditanggung Konsorsium Indonesia, Konsorsium China, serta pinjaman dari China Development Bank (CDB).

Untuk itulah, Pangi mengingatkan dengan proyek-proyek prestisius pemerintah yang menjadi ambisi presiden Jokowi ini harus dikalkulasi ulang. Jangan sampai demi memperlihatkan Indonesia menjadi negara terlihat kuat, lebih maju, negara yang super power, tetapi harus diimbangi dengan kemampuan APBN supaya tidak jebol.

“Jangan sampai pada saat yang sama misalnya BPJS kita itu adalah hak rakyat, bagaimana rakyat bisa berobat gratis, tapi kemudian negara berbisnis terlalu pelit dan berhitung dengan rakyat,” lanjut Pangi.

Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga pun mencoba menjelaskan sabab-musababnya. Menurut Arya, salah satu faktor yang membuat anggaran mega proyek ini bengkak adalah harga lahan yang mengikuti mekanisme pasar. Dia pun berdalih jika itu berbeda dengan China, dimana harga lahannya dapat dikendalikan oleh pemerintah. “Kalau di China itu mana ada kenaikan harga tanah,” ujarnya di Kementerian BUMN Jakarta, Jumat (3/2/2023) lalu.

Selain harga lahan, rantai pasok (supply chain) baja dan besi besi yang terganggu selama masa pandemi Covid-19 juga mendorong terjadinya pembengkakan biaya. Supply chain baja dan besi yang sempat terganggu karena Covid-19. Kondisi itu membuat harga baja melonjak naik yang selanjutnya mempengaruhi penganggaran mega proyek di sektor transportasi massal tersebut. 

Komponen berikutnya adalah menara Base Transceiver Station (BTS) milik PT Telkomsel Indonesia Tbk. Apalagi untuk proses pemindahan menara BTS memiliki konsekuensi atas kompensasi bisnis Telkomsel. Itu pun komponen BTS itu sebelumnya tidak masuk dalam rincian anggaran proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. 

“Ini juga jangan diputarbalikkan juga seakan-akan cost overrun ini ada korupsinya. Ingat loh, apapun yang terjadi pada saat Covid-19, itu kan tetap pembangunan harus dijalankan, tetapi tidak bisa maksimal karena situasi Covid sudah pasti ada cost-nya,” ungkap Menteri BUMN, Erick Thohir yang terus dicecer media tentang isu ini saat ditemui di gedung DPR RI, Selasa (13/2/2023) lalu.  

“Nah, ini yang harus menjadi pemerintah berpikir untuk mewujudkan Indonesia yang berkeadilan, Indonesia yang betul-betul fair, tidak hanya terkesan memperhatikan kelas atas atau fasilitas kelas atas atau seperti tol, seperti IKN, kereta cepat, ini kan hanya dinikmati oleh orang-orang kelas menengah atas,” tegas Pangi.

Meski anggaran membengkak dan membebani konsorsium BUMN, proyek tersebut tetap berjalan. Dan akhirnya tiba lah pada hari Senin, 2 Oktober 2023 yang cukup bersejarah bagi Jokowi, proyek tersebut diresmikannya. Kereta dengan kecepatan 350 kilometer per jam yang diberi nama WHOOSH tersebut merupakan kereta cepat pertama di Indonesia dan juga Asia Tenggara.

“Pengalaman itu mahal, namun sangat berharga dan kita tidak perlu takut karena jika kita konsisten, kesalahan itu akan makin sedikit. Biaya kesalahan juga akan makin menurun dan pada akhirnya biaya produksi, biaya proyek, lama-kelamaan juga akan makin rendah,” ucap Presiden sambil menekan tombol tanda peresmian proyek tersebut seakan menjawab kritikan publik.

 

Miliki Pasar Sendiri

Keberadaan Kereta Cepat Whoosh yang menghubungkan Jakarta-Bandung tetap mengundang polemik. Sebab di jalur tersebut terdapat moda transportasi yang cukup terjangkau masyarakat. Selama ini jalur ini terdapat Kereta Api Argo Parahyangan, usaha travel dan ruas tol Cipularang yang jangkauannya cukup dekat dengan masyarakat.

Tidak seperti Whoosh, bila turun di Stasiun Halim masih minim armada feeder. Demikian juga kalau turun di stasiun Tegalluar atau stasiun Padalarang, masih jauh untuk sampai ke pusat Kota Bandung.

“Orang akan punya pilihan, punya market masing-masing. Orang akan secara bertahap menikmati, artinya memang berdasarkan pada kebutuhan. Tidak mungkin misalnya kita bangun kereta cepat di semua jalan di Sumatera, kenapa? Karena penduduknya belum banyak, yang paling cepat, ya jalan tol dulu,” kata Muradi mencoba menjelaskan.

Saat PT KCIC merayakan hari jadi kedelapan, dua pekan setelah peresmian Whoosh, sekalian mengumumkan paket diskon tiket untuk menarik minat masyarakat meski tiket gratis sudah habis. PT KCIC menyampaikan penetapan diskon harga tiket Kereta Cepat Whoosh sebesar 50 persen. Tarif promo tiket kereta cepat menjadi Rp 150.000 dari sebelumnya Rp 300.000.

Tarif promo tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung sebesar Rp 150.000 itu berlaku untuk satu kali perjalanan. Tarif yang telah mendapat diskon tersebut termasuk gratis Kereta Api (KA) Feeder. Paket ini berlaku selama 18 Oktober 2023 hingga 30 November 2023.

Hasilnya, sejak awal beroperasi pada 17 Oktober 2023 hingga 22 November 2023, Kereta Cepat WHOOSH telah melayani penumpang sebanyak 491.000 orang.  

Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi memaparkan, rata-rata penumpang tertinggi mencapai 21.000 per hari pada saat weekend dan 18.000 per hari pada saat weekday. Adapun untuk, okupansinya rata-rata mencapai 80 hingga 99 persen pada setiap rangkaian yang dioperasikan.

“Ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan dan minat masyarakat sangat positif untuk menjadikan kereta cepat Whoosh, jadi transportasi pilihan,” kata Dwiyana membanggakan hasil kerja kerasnya pada akhir November lalu.

Namun belum ada data penumpang yang tetap memilih Whoosh sebagai andalan saat bepergian setelah periode promosi berakhir pada 1 Desember 2023. Sebab PT KCIC mengenakan dua skema harga tiket setelah menaikkan tarifnya.

Meski tetap berdalih, tiket promo kereta cepat Whoosh sebesar Rp150.000 pada hingga 30 November 2023 berakhir, manajemen mengenalkan skema promo tiket kereta cepat Whoosh menjadi dua waktu, yakni seharga Rp200.000 untuk Senin-Kamis dan Rp250.000 untuk Jumat-Minggu.

Namun seorang penumpang yang biasa memesan tiket melalui aplikasi menjelaskan, biasanya untuk tiket di akhir pekan bila pesannya di akhir pemesanan, sudah habis. Tetapi dia heran, pada akhir November untuk pemesanan Desember masih banyak tersedia.

“Saya heran kok masih banyak, ternyata karena sudah disesuaikan dengan tiket baru (harga naik),” jelasnya yang enggan disebut namanya.

 

post-cover

 

Saat ini, proyek impian Presiden Joko Widodo sudah terwujud dengan meluncurnya Kereta Cepat Whoosh setiap hari antara Jakarta-Bandung dan sebaliknya. Namun kecemasan publik terhadap beban utang akibat proyek tersebut masih terpatri di masyarakat. Saat mencoba naik Whoosh secara gratis, bisik-bisik di antara para penumpang juga sering terlontar. “Wajar canggih, Whoosh keren, modalnya saja dari utang triliunan.”

Apalagi di akhir Oktober lalu, Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89  Tahun 2023 terkait penjaminan utang kereta cepat tersebut. Penjaminannya melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII), sebuah lembaga berbadan hukum di bawah naungan Kemenkeu.

Apalagi bila dirunut ke belakang sebelum Menkeu mengeluarkan PMK ini, Presiden Jokowi juga sudah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No.93/2021. Perpres itu tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat Antara Jakarta dan Bandung.

Hasilnya, pemerintah menggelontorkan penyertaan modal negara (PMN) untuk PT KAI sebesar Rp7,5 triliun, yaitu 2021 sebesar Rp4,3 triliun dandi tahun 2022 sebesar Rp3,2 triliun. Dana PMN yang mengalir ke PT KAI itu sepenuhnya untuk kereta cepat.

Tetapi kebijakan ini, bagi Prof. Muradi bukan hal yang terlarang. Menurutnya, bangsa Indonesia sudah pernah mengalaminya saat krisis moneter tahun 1998. Bagi generasi sekarang tidak pernah mengetahui pemerintah mengeluarkan dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia atau BLBI hingga Rp144 triliun.

Bahkan sampai saat ini Satgas BLBI belum bisa mengembalikan dana tersebut. “Tapi kalau membayar utang untuk membangun infrastruktur, bukan sesuatu yang tidak boleh, tapi itu jadi bagian penting dari menstimulus kita supaya lebih cepat (mengejar) Indonesia emas 2045,” ucap Muradi.

Kebijakan Presiden Jokowi dalam dua periode kepemimpinannya, bersikeras meninggalkan banyak proyek infrastruktur meskipun dengan anggaran jumbo. Menurut pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah seperti halnya proyek kereta cepat Whoosh sengaja dibangun Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu sebagai legacy.

Dengan mempertaruhkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang besar, Jokowi ingin memberi tahu kalau dirinya meninggalkan banyak warisan, seperti jalan tol, jembatan, bandara, dan juga Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Apa yang dilakukan Pak Jokowi positif dengan menunjukkan kemampuannya dan akan jadi negatif kalau pemimpin berikutnya enggak bisa melanjutkan,” katanya kepada inilah.com secara terpisah.

Alhasil, jadilah Kereta Cepat Whoosh sebagai salah satu fasilitas publik yang menjanjikan. Walaupun banyak pihak yang khawatir proyek raksasa ini akan mangkrak. Namun faktanya selesai dibangun sesuai rencana. “Setelah beroperasi ternyata proyek ini menjadi satu fasilitas perjalanan cepat yang menjanjikan. Menurut saya, proyek ini akan menjadi zona zero jika pemilik lahan yakni orang Bandung tidak membaca peluang bisnis, industri lalu kesempatan kerja dari proyek mahal ini,” ujar pengamat kebijakan publik, Lisman Manurung kepada inilah.com secara terpisah.

Akan tidak bijaksana, bila Kereta Cepat Whoosh yang sudah jadi tetapi hanya diolok-olok. Tanpa memunculkan kreativitas untuk memanfaatkan dari peluang yang dimiliki dengan adanya Whoosh.

Sebab, Whoosh sangat ideal bagi orang asing untuk beribadah wisata ke obyek wisata Jabar. Kombinasikan dengan datang via Bandara Halim, naik Whoose, pulang dari Bandung via bandara Kertajati Majalengka. Artinya, pinggirkan tentang aspek investasinya, karena investasi untuk infrastruktur perekonomian tidak bisa dianalisis dengan metode umum cost & benefit analysis biasa.

Proyek ini, kata Lisman, dikelola sebagai proyek korporasi. Di sisi lain, proyek ini bisa merupakan ikon untuk semua PNS. Pemprov Jabar harus berperan aktif agar setiap PNS dari luar Jabar, berhak dapat potongan tiket sebesar 20 persen.

“Bikin Perda nya, lihat bahwa setiap 1.000 orang berkunjung 1 hari satu malam di Jabar akan berkontribusi mempekerjakan minimal 30 hari kerja per orang. Sehingga proyek ini berpotensi menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemprov Jabar,” jelasnya. (wahid/diana/syahidan/vonita)
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button