Market

Ingatkan Janji Manis Jokowi, Rupiah Sudah Tembus Rp16.000/US$


Jelang Presiden Jokowi pensiun pada Oktober nanti, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS (US$), malah nyungsep ke level Rp16.000/US$. Semakin jauh dari sesumbar ekonomi Jokowi bisa mematok kurs Rp10 ribu/US$.

Berdasarkan pergerakan mata uang di pasar keuangan pada Jumat (12/4/2024), kurs rupiah terus melemah hingga Rp16.120/US$. Angka ini merupakan yang paling rendah sejak April 2020.

Masalahnya, ketika kurs rupiah sudah menembus angka psikologis Rp16.000/US$, biasanya sulit turun. Apalagi, suasana perekonomian global, saat ini, sedang tidak baik-baik saja.

Sebelum Lebaran yang jatuh pada 10 April 2024, rupiah melemah terhadap dolar AS. Terkoreksi Rp204,8, atau setara 1,29 persen. Sejak awal tahun atau year to date (ytd), rupiah sudah terdepresiasi 4,73 persen, atau setara Rp727,8.

Sementara di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), data Jumat (5/4/2024), rupiah bertengger di level Rp15.873/US$. Belum ada data terbaru mengingat sepekan terakhir terhitung tanggal merah.

Pada 1 April 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah Rp15.909. Selanjutnya pada 2 April 2024, mata uang Garuda semakin terkulai Rp15.934. Keesokan harinya sedikit berotot menjadi Rp15.923/US$.

Pada 4 April 2024, rupiah kembali menguat menjadi Rp15.907. Pada 5 April 2024, menguat signifikan menjadi Rp15.873/US$.                   

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyebut sejumlah faktor memengaruhi pasar keuangan saat ini.

Pertama, kata Ibrahim, antisipasi terhadap data utama nonfarm payrolls telah mendorong kehati-hatian terhadap suku bunga AS, karena data tersebut dapat memengaruhi kebijakan moneter.

Selain itu, kekhawatiran akan konflik di Timur Tengah, terutama antara Iran dan Israel, membuat investor cenderung mempertahankan sikap hati-hati dan kurang bersedia mengambil risiko.

“Volume perdagangan regional juga melemah karena libur pasar Tiongkok,” kata Ibrahim.

Komentar hawkish dari pejabat bank sentral AS (The Fed), seperti diungkapkan Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari, menurut Ibrahim justru menambah dukungan terhadap nilai tukar dolar AS.

Di mana, Kashkari menyatakan bahwa inflasi yang tinggi dapat mengakibatkan bank sentral AS tidak menurunkan suku bunga pada tahun ini. Alasannya dapat memengaruhi nilai mata uang.

“Komentarnya, yang muncul setelah serangkaian sinyal serupa dari pejabat Fed lainnya, memicu kerugian besar di Wall Street dan membuat sebagian besar pedagang waspada terhadap aset-aset yang didorong oleh risiko,” ujarnya.                                

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button