Isu Grab Beli Gojek Mencuat, Raymond Chin Analisa Risiko dan Dampak bagi 10 Juta Mitra Ojol


Isu rencana akuisisi Gojek oleh Grab kembali mencuat dan memicu diskusi luas di ruang publik. Dalam video terbarunya, pengusaha dan Youtuber Raymond Chin memberikan analisis mendalam tentang kemungkinan merger dua raksasa digital tersebut, serta risiko yang mengintai bagi sekitar 10 juta mitra ojek online (ojol) dan merchant yang bergantung pada kedua platform.

Meski merger ini belum dikonfirmasi secara resmi dan masih berstatus spekulasi, Raymond menilai isu ini terlalu penting untuk diabaikan. Ia mengingatkan bahwa struktur ekonomi digital seperti Gojek dan Grab tidak hanya menyangkut persaingan bisnis, tapi juga berkaitan erat dengan kesejahteraan jutaan masyarakat Indonesia.

“Kalau merger ini terjadi, ini bukan sekadar dua perusahaan besar bergabung, tapi menyangkut kehidupan jutaan mitra dan keluarganya. Ini menyangkut wajah ekonomi digital Indonesia,” ujar Raymond dikutip inilah.com, Selasa (20/5).

Kontrol Pasar dan Risiko Monopoli

Data Ipotnews yang dikutip Raymond menunjukkan bahwa jika Grab dan Gojek digabung, entitas baru tersebut akan menguasai lebih dari 85% pasar ride-hailing di Asia Tenggara, termasuk 91% pasar di Indonesia. Dominasi ini dinilai berisiko menimbulkan praktik monopoli yang merugikan konsumen dan mengurangi ruang gerak pelaku usaha lain.

“Sejarah mencatat, kalau pasar dikuasai terlalu besar oleh satu entitas, konsumenlah yang akan paling dirugikan,” ujarnya.

Raymond juga menyoroti aspek simbolik dan sosial dari merger ini, yang menurutnya jauh lebih kompleks dibanding akuisisi Tokopedia oleh TikTok. Layanan transportasi dan pengantaran makanan, kata dia, merupakan bagian dari aktivitas ekonomi harian masyarakat yang tidak bisa diserahkan begitu saja kepada logika pasar semata.

Dampak terhadap Mitra Ojol dan UMKM

Salah satu kekhawatiran utama yang disampaikan Raymond adalah potensi dampak langsung terhadap mitra pengemudi dan pelaku UMKM. Jika merger dilakukan tanpa perencanaan matang, gelombang efisiensi atau restrukturisasi bisa memicu pengurangan tenaga kerja, perubahan skema kemitraan, hingga pemutusan hubungan kerja.

“Bukan tidak mungkin akan terjadi PHK, perubahan skema kemitraan, atau restrukturisasi yang berdampak langsung ke masyarakat,” tegasnya.

Raymond juga menyebut bahwa gabungan Grab dan Gojek akan memiliki basis mitra ojol yang sangat besar, sekitar 10 juta orang, jika termasuk keluarga dan pihak yang bergantung secara ekonomi pada ekosistem layanan mereka.

Pentingnya Peran Pemerintah

Raymond mendesak pemerintah untuk tidak tinggal diam menghadapi isu ini. Menurutnya, negara perlu hadir untuk memastikan bahwa arah pertumbuhan ekonomi digital tetap sejalan dengan kepentingan nasional dan tidak mengorbankan kedaulatan data, lapangan kerja, serta kesempatan tumbuhnya inovasi lokal.

“Ini bukan soal menolak asing, tapi soal memastikan Indonesia punya posisi kuat di sistem ekonomi digital yang kian strategis. Di mana pemerintah?” katanya.

Raymond menutup analisanya dengan ajakan kepada masyarakat untuk ikut memantau dan menyuarakan aspirasi terkait isu merger Grab-Gojek ini. Ia berharap agar jika akuisisi benar-benar terjadi, prosesnya dapat berlangsung secara transparan dan mengutamakan kepentingan masyarakat luas.