Market

Inilah Rapor Merah Ekonomi Jokowi dari LPEM FEB UI

LPEM FEB-UI meluncurkan White Paper yang membeberkan perkembangan ekonomi 20 tahun terakhir. Termasuk rapor ekonomi Jokowi yang masih ada merahnya.

Kepala LPEM FEB UI Chaikal Nuryakin di Kampus UI Depok, Senin (30/10/2023), mengatakan penyusunan 14 artikel ini untuk menanggapi berbagai permasalahan perekonomian yang terjadi di Tanah Air dan proyeksi di masa datang.

LPEM FEB UI meluncurkan white paper yang bertema ‘Dari LPEM Bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat Indonesia 2024-2029; Langkah Prioritas untuk Pemerintahan Masa Depan’.

Chaikal menyampaikan, kondisi pertumbuhan perekonomian Indonesia dalam dua dekade terakhir, tidak pernah jauh dari 5 persen.

Pertumbuhan kredit per tahun juga tidak pernah lebih dari 15 persen. Partisipasi kerja perempuan mentok di angka 54 persen.

Selain itu, rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tidak pernah melampaui 11 persen. Bahkan hanya 9,9 persen dalam satu dekade terakhir.

Adapun kontribusi industri terus menurun dan hanya sekitar 18 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal itu disertai kemiskinan ekstrem yang persisten di tingkat 1,7 persen.

“Jadi isu-isu pembangunan saat ini dan ke depan harus dipetakan. Tentu saja kami juga menawarkan reformulasi kebijakan yang optimal untuk jangka pendek dan pencapaian jangka panjang,” katanya.

Dia pun mengingatkan, pada 14 Februari 2024 masyarakat Indonesia akan mengadakan hajatan demokrasi terbesar pemilihan umum kepala daerah, dan presiden. Oleh karena itu, peluncuran white paper ini mengundang perwakilan tim pemenangan tiga pasangan capres dan cawapres.

Harapannya memberikan gambaran untuk pemerintahan mendatang dalam menyederhanakan pembuatan kebijakan. Sehingga mendorong Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi.

Lima tahun ke depan adalah lima tahun pertama dalam 20 tahun pencapaian visi Indonesia Emas 2045. Sebagai negara kepulauan besar yang unik dengan keragaman agama, suku-budaya, dan norma sosial, membawa 278 juta penduduk Indonesia melalui koridor sempit untuk menjadi negara maju adalah tidak mudah.

Transisi demografi, transisi digital, transisi energi, dan fragmentasi global menambah kompleksitas dalam perencanaan pembangunan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button