Kala TPU Kober Pedati Jadi Ladang Cuan Jual Beli Hewan Kurban


Pagi-pagi di sekitar Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kober Pedati, Jatinegara, Jakarta Timur, kini bukan lagi soal kesunyian atau kokok ayam. Yang terdengar justru koor kambing yang mengembik riuh, bersahutan. Aroma embun pagi yang semestinya sejuk, kini berganti ‘parfum’ khas alami bahkan tercium sampai ke Jalan Jenderal Basuki Rahmat. 

Bagi warga setempat, fenomena ini sebenarnya bukan hal baru. Jauh sebelum Idul Adha tiba, sudah ada beberapa warga yang turun-temurun berbisnis jual-beli kambing untuk aqiqah atau kurban. Salah satunya adalah Amir Kambing, usaha yang dirintis Hj. Masriyah alias Iyah (56). Pelanggannya loyal, didominasi keturunan Arab, dan dagangannya selalu laris manis. 

Tapi, momen Idul Adha memang beda cerita. Stok kambing harus melimpah. Mau tak mau, Iyah dan para karyawannya harus putar otak mencari lahan. Pilihan pun jatuh pada tanah pemakaman yang sudah lama tak aktif di depan rumahnya. Jadilah, “kandang” dadakan bersemi di atas makam.

“Mau enggak mau ya kita buat lapak lagi, kandang terbuka lah di depan kandang tertutup yang kita punya,” ujar Iyah sambil mengecek kambing-kambingnya, Kamis (5/6/2025). Ia tak menampik, warga yang berlalu-lalang sedikit terganggu. “Emang sih, kadang warga ribet mau lewat ada kambing begini, cuma ya kayaknya sudah pada biasa,” imbuhnya, saat bertemu dengan Inilah.com, Kamis (5/6/2025).

TPU itu memang sudah sejak lama tak aktif. Entah mengapa, beberapa tahun belakangan ini tak ada lagi jenazah yang dimakamkan di sana. Bukan karena penuh, melainkan TPU itu memang bukan tempat yang layak lagi dijadikan kuburan umum. 

Belum lagi, sudah jarang ada warga yang berkunjung ke makam-makam yang ada di Kober Pedati itu. Kini, semua pemakaman dialihkan di TPU seberang, yang disebut Kober 2.

Iyah mengaku selalu meminta izin ke RT setempat untuk membangun kandang dadakannya itu. Selama ini, tak ada masalah dengan warga sekitar meski aromanya yang cukup mengganggu dan tidak tersedianya lapak untuk parkir pelanggannnya.

“Dari pak RT enggak masalah, toh ini kan cuma sementara pas Idul Adha aja. Nanti dibongkar, diberesin lagi. Ini aja kan kita bikin semen udah lama, sengaja biar nggak langsung ke tanah. Terus juga ini kita pakai kayu lagi biar ngeberesinnya juga nanti lebih enak,” tutur Iyah.

Kambing1 reyhaanah.jpg
Lokasi penjualan kambing kurban (Foto: Inilah.com/Reyhaanah)

Tetap Menjaga Ketertiban

Zainal (54), Ketua RT setempat, hanya bisa menggelengkan kepala sambil terkekeh. Selain Amir Kambing, ia mengakui banyak warga lain yang juga memanfaatkan lahan depan rumah, termasuk sisa-sisa area kuburan.

“Ini kan memang dulunya kuburan, banyak rumput dan semak-semak, cuma dulu karena gersang dan sudah enggak aktif ya akhirnya dimanfaatkan warga,” cerita Zainal. “Ada yang buat gazebo, tempat kambing, tempat garasi motor ala-ala, taman kecil-kecilan, ada juga yang depan rumahnya ada kuburan dirapikan karena masih makam keluarganya juga.”

Fenomena ini jadi bukti bahwa di Kober, inovasi tak kenal batas, bahkan di atas lahan pemakaman. Selama ini, warga cukup taat dengan “tata kelola” ala kadarnya, karena memang tak ada aturan atau larangan ketat dari pemerintah setempat.

“Karena tidak ada aturan yang ketat, jadi ya sudah ibaratnya kesepakatan saja,” kata Zainal, yang juga mengakui bahwa area kuburan makin rata dan tak terurus. “Makin ke sini makin rata gitu aja dan enggak ada yang ngurus atau jengukin, sempat banjir juga kan dulu.”

Meski begitu, Zainal selalu mengingatkan warganya untuk tetap meminta izin dan menjaga ketertiban. Ia tak segan menegur jika ada aktivitas yang kelewat batas dan mengganggu. “Warga di sini sih sudah biasa, sejauh ini enggak ada komplain atau apa, karena kita juga akhirnya bikin pengamanan yang ketat, ada portal dan lain-lain,” tambahnya. “Yang jelas terkenal baunya sampai ke jalan raya karena momen kurban begini.”

Di tengah himpitan biaya hidup yang mencekek leher dan lahan usaha yang harganya selangit, warga tak kehabisan akal untuk berbisnis. Sekecil apapun peluang akan mereka ambil, meski risikonya harus ‘berdampingan’ dengan kuburan. Yang penting, dapur tetap mengebul di momen Idul Adha!