News

Keji, Inilah 6 Kasus Pembunuhan Paling Sadis di Indonesia

Aksi pembunuhan di Indonesia memiliki banyak motif dan modus, mulai dari masalah kejiwaan, sakit hati, sampai balas dendam. Jika menelisik ke belakang, ada banyak kasus pembunuhan paling sadis di Indonesia, salah satunya adalah kasus Brigadir J.

Persidangan kasus pembunuhan Brigadir J pun terbilang tidak sebentar. Sebab, kasus ini memiliki alur yang rumit dan melibatkan pejabat tinggi kepolisian yang didakwa menjadi pelaku, yakni Irjen Ferdy Sambo

Berikut ini adalah beberapa kasus pembunuhan paling kejam yang pernah terjadi di Indonesia:

1. Ahmad Suradji

Pembantaian perempuan yang dilakukan oleh Ahmad Suradji menjadi salah satu kasus pembunuhan paling sadis di Indonesia. Dikatakan, pelaku berprofesi sebagai dukun di Kota Medan. Sumatra Utara.

Total korban aksi pembunuhan berantai Ahmad Suradji ini memakan 42 perempuan berusia 11 sampai 30 tahun. Aksinya ini berlangsung selama 11 tahun, dari tahun 1986 sampai 1997. 

Berdasarkan pengakuan Suradji, motif pembunuhan yang dia lakukan didasari atas wangsit dari mendiang ayah yang memerintahkannya untuk membunuh 70 perempuan agar menjadi sakti mandraguna.

Berdasarkan informasi dari Majalah Intisari edisi 2017, Ahmad Suradji lahir pada 10 Januari 1949 dengan nama lahir Sagimin. Dia adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Jogan dan Sartik. Sang ayah meninggal dunia saat Sagimin berusia 7 bulan.

Saat beranjak dewasa, Sagimin terlihat memiliki ketertarikan dengan ilmu hitam. Dia mempelajari semua ilmu perdukunan dari buku-buku peninggalan sang ayah. Saat Sagimin berusia 27 tahun, dia menikah dengan seorang wanita asal Pekanbaru. Setelah menikah, Sagimin mengubah namanya menjadi Ahmad Suradji.

Sedari kecil, Ahmad Suradji mengaku sering didatangi mendiang ayahnya lewat mimpi. Di dalam mimpinya, Suradji mengaku bahwa sang ayah mengajarinya ilmu kesaktian.

Entah benar atau tidak, namun warga di sekitarnya menilai Suradji sebagai orang sakti atau biasa kita sebut dengan “dukun”.

Aksi pembunuhannya mengincar wanita yang mencari bantuan dukun untuk mempercantik penampilannya. Awalnya, ritual yang dilakukan Suradji terlihat normal, hanya meminum air putih yang sudah diludahi Suradji.

Namun setelah beberapa ritual, Suradji meminta pasiennya untuk datang ke sebuah ladang tebu di tengah malam. Karena percaya dengan ritual yang dijalani Suradji, korban percaya dan menuruti permintaannya.

Sesampainya di ladang tebu, Suradji meminta korban untuk melepas semua pakaian dan melakukan tapa pendem (bertapa dengan mengubur diri). Momen inilah menjadi kesempatan Suradji untuk melaksanakan aksi kejinya. 

Ahmad Suradji tidak hanya membunuh para pasiennya dengan keji, dirinya juga mengambil sejumlah harta perhiasan yang dipakai para korban saat melakukan ritual.

Di awal investigasi, Ahmad Suradji hanya mengaku telah membunuh 16 wanita, sampai akhirnya dia mengaku sudah membunuh 42 wanita untuk mendapatkan ilmu sakti yang didapatkan dari wangsit sang ayah.

Setelah melewati investigasi panjang, akhirnya polisi menemukan bukti bahwa aksi pembunuhan sadis ini dibantu oleh istri pertamanya, Turmin. Suami-istri ini akhirnya menjalani hukuman mati.

2. Rio Martil

Rio Alex Bulo atau yang dikenal dengan Rio Martil, pelaku pembunuhan berantai yang mengincar pengusaha rental mobil.

Pria kelahiran Sleman, 2 Mei 1978 ini sebelumnya menjajakan surat-surat kendaraan palsu. Setelah dia menikah, dia beralih profesi menjadi pencuri mobil terhandal di Jakarta.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Rio mampu menggasak tiga mobil dalam tiga hari. Dari hasil curiannya, Rio dan istri hidup sangat makmur. Rio mengaku berjualan kepada sang istri.

Aksi pencurian mobilnya akhirnya terkuak saat penadah barang curian mobil melaporkan Rio ke kepolisian. Saat itu, Rio berhasil mencuri mobil pribadi “bos”nya sendiri.

Sesuai menjalani hukuman penjara, Rio memutuskan untuk berpindah lokasi operasi, yakni di Kota Surabaya. Di kota ini, metode pencurian mobil yang dilakukan Rio sangat berbeda saat dirinya beroperasi di Jakarta, yakni mengincar pengusaha rental mobil dan membunuhnya dengan martil.

Berbekal senjata martil, Rio berhasil mencuri sebuah sedan mewah dan membunuh pengusaha rental mobil di Kota Surabaya. Setelah itu, dia berpindah lokasi ke Kota Semarang dan berhasil melarikan Isuzu Panther dan menggetok dua korban dengan senjata andalannya.

Aksinya terus berlanjut sampai akhirnya, di Kota Banjarmasin, Rio berhasil menggondol Sedan Timor milik Jeje, selaku pemilik rental mobil tersebut. Aksi pencurian ini menjadi akhir pencurian dan pembunuhan brutalnya.

Hotel Prodeo menjadi tempat tinggalnya setelah mendapat hukuman mati di tahun 2001. Pada tahun 2004, Rio dipindahkan ke penjara Nusakambangan dan bertemu dengan seorang koruptor, Iwan Zulkarnaen yang sama-sama berasal dari Sulawesi.

Rio dan Iwan memiliki hubungan pertemanan yang cukup akrab. Bahkan, Iwan sempat mengajari ngaji kepada Rio.

Sayang, Rio tidak bisa menahan emosi saat Iwan mulai mengejek dirinya hanya bertaji di luaran saja. Tidak senang dengan ucapan Iwan, hasrat “pembunuh” di dalam diri Rio mulai kembali dan langsung menghantam kepala guru ngajinya ke tembok sel, tepat di hari ulang tahun Iwan yang ke 27 tahun pada 2 Mei 2005.

Memiliki catatan kriminal yang besar dan perilaku sadis kepada teman tahanan, akhirnya tim eksekutor melayangkan tembakan ke dadanya pada 8 Agustus 2008 dini hari.

3. Baekuni

Baekuni atau biasa juga dipanggil Babe, pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah ini sempat menggegerkan masyarakat Indonesia dengan aksi pembunuhan sadis yang mengincar anak jalanan berusia 12 tahun di daerah Jakarta Timur.

Berdasarkan informasi yang dibeberkan Sarlito Wirawan, Psikolog Universitas Indonesia kepada wartawan, Baekuni adalah anak seorang petani dari Magelang.

Masa kecilnya tidak bahagia dan selalu diolok-olok oleh teman-teman sekolah, lantaran tidak pernah naik kelas. Karena tidak naik kelas, Baekuni mengakhiri pendidikannya di kelas 3 SD.

Setelah berhenti sekolah, Baekuni merantau ke Jakarta pada usia yang masih sangat muda, 12 tahun. Kerasnya kehidupan di Jakarta memaksa Baekuni hidup menggelandang dan mengais rezeki dari mengamen.

Hampir semua tindakan kekerasan dialami Baekuni, bahkan dia juga pernah menjadi korban sodomi.

Setelah itu, Baekuni bertemu dengan Cuk Saputra, saat itu dirinya diminta untuk memelihara kerbau di Kuningan, Jawa Barat.

Di kota ini, Baekuni bertemu dengan jodohnya. Sayang, selama menikah dengan istrinya, Baekuni tidak mampu melakukan hubungan sebagai suami istri. Setelah istrinya meninggal, Baekuni kembali ke Jakarta dan mencari peruntungan baru.

Dia memulai hidup baru sebagai pedagang rokok di Terminal Pulogadung. Selain menjadi pedagang, dia juga merawat anak-anak jalanan. Di sinilah, hasrat penyimpangan seksualnya keluar.

Saat keinginan seksualnya naik, dia akan memanggil salah satu anak-anak jalanan yang dia pelihara. Awalnya dia hanya meminta untuk memenuhi hasrat seksual menyimpangnya, sampai akhirnya dia mulai membunuh 7 dari anak-anak jalanan.

Aksi pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan Baekuni terkuak pada Jumat, 8 Januari 2010, saat seorang saksi menemukan kardus berisi potongan tubuh korban mutilasi Baekuni.

Ironisnya, jenazah yang ditemukan itu ternyata bukan korban pertama Babe. Berdasarkan catatan Mahkamah Agung, Babe sudah menjalankan aksi serupa sejak 1993. Namun ada sumber lain yang menyebut bahwa bocah yang bernama ARS yang tewas di tahun 1998 adalah korban pertama Babe.

Berdasarkan informasi yang dihimpun menyebutkan, terdapat 14 bocah berusia 6 sampai 12 tahun dibunuh dan disetubuhi oleh Babe. Dari 14 bocah, empat di antaranya adalah korban pembunuhan dan mutilasi.

4. Siswanto (robot gedek)

Jauh sebelum kasus Babe (Baekuni), ada serial pembunuhan berantai yang mengincar anak laki-laki berusia 9 sampai 15 tahun, Siswanto.

Siswanto adalah seorang pria tuna wisma dan buta huruf. Dirinya dikenal sebagai seorang psikopat pedofil yang menghebohkan Indonesia pada 1996 silam.

Berdasarkan catatan polisi, Robot telah melakukan aksi bengisnya sejak 1994 sampai 1996 dengan total korban sebanyak 12 anak laki-laki. Empat korban ditemukan di Kemayoran, Jakarta Pusat, empat korban di Pondok Kopi, Jakarta Timur, sisanya masih belum ditemukan.

Modus operandi yang dilakukan Siswanto adalah dengan memutilasi para korbannya. Sebelum dimutilasi, Siswanto menyodomi anak-anak itu untuk memuaskan nafsunya. Aksinya ini cukup sadis, sebab Siswanto memotong dan menyayat seluruh tubuh korbannya menjadi serpihan daging. Bahkan, identitas korban sampai sulit dikenali.

Mengetahui dirinya menjadi buronan para polisi, Siswanto kabur ke Jawa Tengah. Hingga akhirnya pada 27 Juli 1996, polisi berhasil menangkapnya.

Selama interogasi, Siswanto mengungkap bahwa tindakan yang dia lakukan kepada 12 korban adalah tindakan di bawah alam sadarnya. Siswanto mengatakan, “Dalam bayangan saya, yang saya bunuh itu ayam”

Atas perbuatannya yang sadis, Robot Gedek dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan. Dia harus mendekam di LP Nusakambangan, Cilacap, sembari menunggu jadwal eksekusi nyawanya. Sayang, sebelum tanggal eksekusi ditetapkan, Siswanto meninggal dunia karena serangan jantung, pada 26 Maret 2007.

Memiliki motif dan modus operandi yang sama dengan Baekuni, beredar rumor bahwa Robot Gedek merupakan korban salah tangkap dan menjadi tumbal untuk menutupi pelaku yang asli.

Banyak teori konspirasi yang menyebut bahwa Siswanto tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pembunuhan yang sadis tersebut, selain Siswanto memiliki gangguan mental, Robot dikenal memiliki kepribadian yang sangat lugu.

Berdasarkan warta Tirto yang berjudul Kasus Robot Gedek: Konspirasi atau Memang Aksi Keji?, mengungkapkan tiga teori konspirasi adanya kesalahan di dalam kasus Robot Gedek.

Poin pertama, Babe atau Baekuni adalah satu-satunya saksi yang memberatkan Siswanto di dalam persidangan. Pada saat itu, Babe menggunakan nama Sunarto dan memberikan pernyataan kepada hakim bahwa dirinya melihat Siswanto melakukan aksi bengisnya di dekat Bandar Udara Kemayoran pada 01:00 WIB.

Teori kedua, Robot memang mengakui kesalahannya, namun keterangannya diragukan karena Siswanto memiliki masalah kejiwaan. Teori ketiga, salah satu korban pembunuhan Babe memiliki identitas yang sama dengan korban Robot.

Teori konspirasi tersebut ditolak oleh kuasa hukum Babe, Rangga Rikuser. Menurut Rangga, Babe dan Robot memang mengenal satu sama lain, namun hanya sebatas teman seprofesi di jalanan. Di lain sisi, Boy Rafli Amar, Kabid Humas Polda Metro Jaya bersikukuh apabila Babe dan Robot Gedek tidak memiliki keterkaitan sama sekali.

5. Kasus Anak SMP Bunuh Balita

Kasus Pembunuhan Anak Smp Kepada Balita 5 Tahun - inilah.com
Photo: Twitter @victoriayovita

5 Maret 2020, masyarakat Indonesia digegerkan dengan berita pembunuhan sadis yang dilakukan oleh seorang anak remaja berinisial NF (15) kepada APA (5).

Aksi pembunuhan ini terjadi di rumah pelaku di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat. Pada saat itu, APA (korban) sedang berkunjung dan bermain di rumah pelaku. Korban memang cukup dekat dengan pelaku, karena APA berteman baik dengan adik NF.

Saat berada di rumah pelaku, APA diminta untuk mengambil sebuah mainan yang ada di dalam bak kamar mandi. Saat APA sedang mengambil mainan tersebut, NF langsung menenggelamkan APA di dalam kamar mandi.

Tidak hanya menenggelamkan bocah itu saja, NF juga mencolok bagian leher APA saat berada di dalam bak kamar mandi. Melihat APA lemas, NF segera mengeluarkan korban dari dalam bak.

Setelah menenggelamkan APA, NF segera menyumpal hidung korban dengan menggunakan tisu untuk menghentikan darah yang keluar dari hidung korban. Setelah itu, NF mengikat dan memasukkan korban di dalam ember yang ditutupi kain sprei agar orang-orang di rumahnya tidak curiga.

Ember tersebut sebenarnya ada di dalam kamar mandi, namun orang tua NF yang sejak siang hari sudah bolak-balik ke kamar mandi tidak menaruh curiga dengan ember tersebut.

Karena hari sudah sore, NF yang hendak ingin membuang korban memutuskan untuk memindahkan jasad korban ke dalam lemari.

Jumat pagi, pelaku mulai kebingungan mencari lokasi untuk membuang jasad korban. Pelaku yang sedang berangkat ke sekolah itu langsung mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian lain dan datang melapor ke Polsek Metro Taman Sari dan mengaku bahwa dirinya sudah membunuh orang.

Laporan NF sempat dianggap candaan. Sampai akhirnya Polisi Polsek Metro Taman Sari membawa NF ke Polsek Sawah Besar untuk mengecek kebenaran laporan NF ini.

Akhirnya, Polsek Sawah Besar menemukan jasad APA di dalam rumahnya dan menetapkan NF sebagai tersangka.

Berdasarkan laporan Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Heru Novianto, NF merasa puas atas pembunuhan sadis itu dan tidak terlihat menyesal sudah membunuh bocah yang sudah lama ia kenal.

Tidak hanya itu, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus juga mengatakan bahwa NF memiliki hobi menonton film horor. Film favoritnya adalah Chucky, film yang menceritakan aksi boneka pembunuh yang populer pada tahun 1988.

Selain Chucky, NF juga senang menonton film Slender Man yang mengisahkan seorang karakter fiksi yang suka menculik dan melukai orang, terutama anak-anak.

Selama penyelidikan di rumah pelaku, polisi juga menemukan banyak kertas yang berisi gambar-gambar dan kalimat-kalimat sadis yang dibuat oleh NF. Salah satu gambarnya ada sosok perempuan yang diikat di bagian tubuhnya dan mengenakan kalung hitam. Di dalam gambar tersebut, NF menulis sebuah kalimat ‘Keep Calm and Give Me Torture’.

Selain gambar tersebut, polisi juga menemukan secarik kertas yang berisi tulisan “Mau Siksa Baby?” dengan kalimat pilihan, “Dengan Senang Hati” dan “Tidak Tega”.

6. Kasus Pembunuhan Brigadir J

kasus pembunuhan paling sadis di Indonesia: Kasus Brigadir J - inilah.com
Irjen Ferdy Sambo (kiri) bersama istrinya Putri Candrawati (kanan) saat melakukan reka ulang kejadian. Photo: inilah.com

Terakhir, kasus pembunuhan paling sadis di Indonesia adalah kasus Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat yang terjadi pada Jumat, 8 Agustus 2022 silam.

Kasus pembunuhan ini menarik perhatian masyarakat Indonesia karena banyaknya kejanggalan yang aneh. Mulai dari modus pembunuhan, kesaksian para saksi mata, kronologi, dan masih banyak lainnya.

Kronologi berdasarkan versi Tim Kuasa Hukum Ferdy Sambo mengatakan, kasus ini berawal saat Brigadir J menghadap Sambo.

Saat Yosua menghadap, Sambo bertanya kepada Yosua “kamu kenapa tega kurang ajar ke ibu?”, kemudian Yosua menjawab “kurang ajar apa komandan?”

Terdakwa Sambo langsung menjawab “Kamu kurang ajar sama ibu”, lalu dijawab oleh Yosua dengan nada menantang, “Ada apa komandan?”

Terdakwa yang kesal dengan jawaban Brigadir J langsung memberi perintah kepada Richard Eliezer, “Hajar Chad!”. Lalu, Richard melesatkan beberapa kali tembakan ke arah Yosua dengan senjata api Glock 17.

Melihat Yosua yang jatuh tertelungkup, membuat terdakwa kaget dan panik dengan aksi penembakan yang dilakukan Bharada E. Secara spontan, terdakwa mengambil senjata jenis HS yang ada di belakang punggung Yosua untuk membuat kesan adanya kejadian tembak menembak.

Di lain sisi, kronologi kasus pembunuhan menurut dakwaan Jaksa sangat berbeda dengan versi terdakwa Sambo.

Dalam versinya, Putri Candrawati mengadu kepada Sambo bahwa dirinya dilecehkan oleh Brigadir J. Kesal dengan perilaku bawahannya, Sambo langsung memanggil Rizky Rizal untuk menembak Brigadir J. Namun permintaannya ditolak.

Kemudian Sambo memanggil Bharada E untuk menembak Brigadir J. Permintaan tersebut disanggupi oleh Bharada E.

Setelah itu, Sambo memberi 1 kotak peluru 9mm kepada Bharada E dan menambah amunisi ke senjata Glock 17 dengan nomor seri MPY 851 miliknya. Rencana pembunuhan disiapkan oleh Ferdy Sambo dan akan dilakukan di rumah dinas Duren Tiga No.46.

Ferdy Sambo dan rombongan pergi ke rumah dinas dikawal Damianus Laba Korban dan Farhan Sabillah. Sesampainya disana, Sambo menemui Ma’ruf Kuat dan mencari Yosua dan Ricky dengan nada tinggi.

Setelah itu, Ricky dan Yosua menghadap ke Ferdy Sambo di ruang tengah rumah dinas. Setelah bertemu Yosua, Sambo langsung memegang bagian leher Yosua dan memerintahkan Yosua untuk jongkok di depannya.

Yosua yang tidak mengetahui apa-apa, bertanya “Ada apa ini?”. Naas, Ferdy Sambo langsung memerintahkan Bharada E untuk mengarahkan senjata Glock 17 ke tubuh Yosua sampai tubuhnya terkapar tidak berdaya.

Saat itu, Yosua masih hidup dan menahan kesakitan akibat tembakan pertama. Untuk memastikan Yosua benar-benar tidak bernyawa lagi, Sambo melontarkan tembakan sebanyak 1 kali tepat di bagian belakang kepala Brigadir J.

Untuk menutupi jejak pembunuhannya, Sambo menembakkan peluru ke arah dinding beberapa kali untuk membuat kesan seolah-olah ada terjadi penembakan dirumah itu.

Dari kasus ini, Sambo dijerat Pasal 340 Subsider Pasal 338 Juncto Pasal 55 dan Pasal 56 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dengan ancaman pidana maksimal hukuman mati, penjara seumur hidup, atau penjara selama 20 tahun.

Selain menjadi dalang pembunuhan, Sambo juga menjadi tersangka obstruction of justice atau aksi menghalangi penyidikan kasus kematian Brigadir J. Dalam kasus ini, Sambo dijerat Pasal 49 juncto Pasal 33 dan/atau Pasal 48 Ayat (1) juncto Pasal 32 ayat (1) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 

Ancaman hukuman ini bisa 8 sampai 10 tahun penjara. Selain itu, Sambo juga dijerat Pasal 221 Ayat (1) dan 233 KUHP juncto Pasal 55 KUHP dan/atau Pasal 56 KUHP dengan ancaman pidana penjara 9 bulan hingga 4 tahun kurungan.

Selain Sambo, empat terdakwa lainnya, yaitu Ricky Rizal, Richard Eliezer, Putri Candrawati, dan Kuat Ma’ruf juga dijerat Pasal 340 Subsider Pasal 338 juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button