News

Kerahkan F-16, Rudal dan Kapal Perang, RI Perkuat Posisi di Kawasan

TNI Angkatan Laut RI mengerahkan sejumlah pesawatnya termasuk pesawat tempur F-16, kapal perang hingga rudal dalam latihan yang dilakukan awal pekan ini. Indonesia ingin meneguhkan posisinya yang kuat dari sisi pertahanan, ekonomi dan politik di ASEAN di tengah tarik menarik konflik Amerika Serikat (AS) dan China.

Dua flight Pesawat Tempur F-16 TNI AU dari Skadron Udara 3 dan Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi Madiun, melaksanakan misi Operasi Udara Lawan Laut (OULL) dan Air Cover dalam rangka Manuver Lapangan (Manlap) Latihan Gabungan TNI “Dharma Yudha” 2023, di Mandala Operasi Pantai Banongan, Jawa Timur, Senin (31/7/2023).

Mengutip situs resmi TNI AU, flight pertama pesawat F-16 dengan callsign “Eagle”, yang dipimpin langsung Komandan Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi Mayor Pnb Anwar “Weasel” Sovie, melaksanakan misi Air Cover menggunakan dua Pesawat Tempur F-16 dengan tail number TS-1634 dan TS-1621.

Sementara flight kedua dengan callsign “Dragon Flight” di bawah flight leader Komandan Skadron Udara 3 Letkol Pnb Pandu “Hornet” Eka Prayoga, MMDS, melaksanakan misi Operasi Udara Lawan Laut (OULL) dengan menghancurkan kapal musuh. Dragon Flight menggunakan dua Pesawat Tempur F-16 dengan tail number TS-1601 dan TS-1602.

Pesawat tempur ini menyerang sebuah kapal perang tua yang dinonaktifkan dengan menembakkan empat rudal dari kapal perangnya dan menggunakan pesawat tempur F-16 sebagai bagian dari latihan. Serangan itu menggunakan rudal anti-kapal (AShM) buatan Prancis dan China untuk meningkatkan kesiapan militer.

F16 - inilah.com

Menurut pernyataan dari TNI, Lagtab melibatkan KRI Slamet Riyadi yang dipilih sebagai kapal target dan Exocet SSM Block 3 asal Prancis dan C-802 China serta C-705 sebagai AShM untuk penembakan. Dalam sebuah video terlihat rudal yang ditembakkan oleh empat kapal perang yaitu fregat KRI Yos Sudarso, KRI RE Martadinata, korvet KRI John Lie dan kapal rudal cepat KRI Tombak, tepat sasaran menyebabkan kerusakan dan kebakaran.

Dalam latihan itu KRI Tombak menembakkan C705, KRI Martadina, dan KRI John Lie menembakkan Exocet MM40, dan KRI Sudarso menembakkan C802. Sedangkan untuk kapal target, KRI Riyadi ditugaskan di TNI Angkatan Laut pada tahun 1987 dan sudah tidak beroperasi sejak Agustus 2019.

“Merupakan kebanggaan kita bersama untuk meningkatkan profesionalitas prajurit TNI baik darat, laut, maupun udara, dan besok akan dilanjutkan dengan operasi gabungan TNI,” kata Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dalam keterangannya.

Soal kemampuan rudal, SSM Exocet MM40 Block 3 memiliki kecepatan Mach 0,93, dengan daya jelajah 6,5-97 Nautical Miles (NM) dan ketinggian jelajah hingga 9 meter. Sementara rudal C-802 memiliki kecepatan Mach 0,9, dengan daya jelajah 5,4-64,7 NM dan ketinggian jelajah hingga 20 meter. Sedangkan rudal C-705 memiliki kecepatan Mach 0,8 Mach, dapat mencapai 6-70 NM, dan terbang hingga 20 meter dengan kecepatan jelajah.

Video menunjukkan empat rudal menghantam bagian yang berbeda di sepanjang kapal di sisi kanan (kanan), dengan ledakan yang signifikan, sebelum seluruh kapal dilalap api. Sementara laporan TNI tidak merinci peran F-16, namun Kompas TV mengklaim jet tersebut “menghantam (kapal target) dengan dua bom yang dijatuhkan oleh pesawat tempur F-16 Angkatan Udara Indonesia.”

Latihan berlanjut dengan pesawat-pesawat tempur TNI AU yakni dua T-50i Golden Eagle dan empat pesawat EMB-314 Super Tucano, yang melaksanakan misi Operasi Udara Lawan Darat (OULD). Serangan dari pesawat tempur ini sukses menghancurkan sasaran, darat dan permukaan. Dalam misi OULD itu, satu flight T-50i Golden Eagle dari Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi dan satu flight pesawat EMB-314 Super Tucano dari Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh melaksanakan Bantuan Tembakan Udara (BTU) dalam Operasi Darat Gabungan (Opsratgab).

Secara berturut-turut, dua pesawat T-50i Golden Eagle dengan tail number TT-5012, TT-5013 dengan call sign “Golden Flight”, serta empat pesawat EMB-314 Super Tucano tail number TT-3109, TT-3104, TT-3102, dan TT-3112 dengan call sign “Tucano Flight” berhasil hancurkan sasaran. Sementara itu selama pelaksanaan serangan, “Archer Flight” yang terdiri dari dua pesawat T-50i Golden Eagle dengan number TT-5014 dan TT-5001 melaksanakan misi Air Cover untuk memberikan perlindungan udara.

Kepala Staf TNI AU Laksamana Muhammad Ali menambahkan, selain kesiapan untuk operasi militer perang, latihan tersebut juga ditujukan untuk meningkatkan interoperabilitas antara pasukan TNI dan militer lainnya. Ini mengisyaratkan bahwa Indonesia bersedia untuk berpartisipasi dalam operasi bersama dengan China dan AS karena negara tersebut menjalankan kebijakan luar negerinya yang netral dan nonblok di tengah perang dingin baru.

Latihan di tengah ketegangan AS-China

Latihan di Laut Jawa itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China di Pasifik barat. Washington menopang aliansi regional melawan Beijing sebagai bagian dari persaingan strategisnya yang sedang berlangsung.

Indonesia berperan penting dalam skema ini karena statusnya sebagai salah satu pihak yang memperebutkan klaim batas laut di Laut Cina Selatan (LCS) dengan China dan kepentingan politiknya sebagai salah satu negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang paling berpengaruh.

Mengutip Eurasian Times, didekati oleh Washington dan Beijing, Jakarta sering harus melakukan tindakan penyeimbangan yang rumit untuk menjaga netralitasnya. Indonesia berulang kali menyatakan lebih memilih untuk tidak memihak dalam persaingan kekuatan besar.

Namun demikian, Indonesia secara konsisten memodernisasi militernya melalui impor, produksi pertahanan bersama, dan sejumlah besar pembangunan alutsista buatan dalam negeri. Ini menunjukkan Indonesia ingin peran militer dan strategis yang lebih besar dalam politik regional.

“Kekhawatiran pertahanan utama Indonesia adalah sengketa perbatasan laut dengan China, di mana hanya ada ketegangan militer yang tersembunyi karena Jakarta dan Beijing telah berhasil menjaga masalah ini terbatas pada dimensi politik. Namun demikian, negara kepulauan itu memiliki andil dalam insiden maritim dengan kapal-kapal China selama beberapa tahun terakhir. Saat ini sedang bekerja untuk menetapkan kode etik (COC) dengan China untuk Laut China Selatan,” ungkap Eurasian Times.

Laut China Selatan, khususnya, mewakili area di mana Beijing secara tegas menyatakan klaim teritorialnya ke berbagai pulau atau beting yang disengketakan, yang tumpang tindih dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan batas laut. Klaim China sangat luas hampir seluruh wilayah perairan itu sebagai miliknya.

Salah satu cara untuk menegaskan hak teritorialnya adalah dengan memperluas secara artifisial beberapa pulau yang ada, membangun yang baru, dan membangun kehadiran militer permanen dengan memiliki instalasi radar, angkatan laut, dan pangkalan udara. Filipina, Vietnam, dan Brunei adalah tiga negara lain yang klaimnya bertentangan dengan Beijing, dengan Manila juga memiliki beberapa bangunan buatan. Zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia yang mengelilingi Kepulauan Natuna sebagian tumpang tindih dengan wilayah di Laut China Selatan yang diklaim oleh Beijing.

Namun, Indonesia memiliki tempat yang signifikan dalam ekonomi dan politik Asia Tenggara dan ASEAN. Dengan posisinya itu, Indonesia dirayu oleh AS dan China. AS melibatkannya terutama dengan teknologi pertahanan melalui penjualan senjata sementara China dengan tingkat investasi dan perdagangan yang tinggi. “China telah mengucurkan US$5 miliar ke Indonesia dalam sembilan bulan pertama tahun 2022, dibandingkan dengan US$2 miliar oleh Amerika Serikat selama periode yang sama,” masih menurut Eurasian Times.

AS memandang Indonesia sangat penting jika terjadi bentrok dengan China di Pasifik barat. Namun, pejabat Indonesia telah menekankan secara langsung dan tidak langsung bahwa Indonesia akan tetap netral dalam kemungkinan konflik antara China dan AS. Tetapi TNI sudah menggarisbawahi keterlibatan ganda dan sikap nonbloknya melalui latihan angkatan laut multilateral yang melibatkan angkatan laut AS dan China pada awal Juni.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button