Market

Kereta Whoosh Lanjut Surabaya: Masih Percaya dengan Tiongkok


Belum kelihatan untung, Presiden Jokowi ingin melanjutkan pembangunan kereta Whoosh dari Jakarta-Bandung menuju Surabaya. Lagi-lagi kontraktornya Tiongkok (China) yang punya catatan buruk saat membangun kereta Whoosh.

Masalah yang sulit dilupakan dalam pengerjaan proyek kereta Whoosh, dulu namanya Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang digarap China ada dua. Yakni anggarannya bengkak Rp18 triliun dan operasionalnya molor.

Tak sedang bercanda, Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan rencana serius Presiden Jokowi ingin melanjutkan kereta Whoosh menuju Surabaya. Dalam waktu dekat, Indonesia dan China membentuk tim khusus untuk mewujudkan ambisi tersebut.

“Kereta api cepat Jakarta-Surabaya, kami sepakat segara tim dibentuk,” ucap Luhut dikutip dari akun Instagram pribadinya, @luhut.padjaitan, Selasa (23/4/2024).

Luhut optimistis kereta cepat Whoosh bakalan sukses jika dilanjutkan ke Surabaya. Penumpang meningkat di luar ekspektasi seperti halnya kereta Whoosh. “Ini bukti bahwa proyek kereta Whoosh layak dilanjutkan sampai Surabaya,” kata Luhut.

Dalam kesempatan lain, Luhut meminta Tiongkok serius membantu Indonesia menggarap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya. Proyek kereta cepat ini, merupakan bagian dari sinergi Indonesia dan China.

Sumber dananya dari mana? Lagi-lagi pemerintah Indonesia mengandalkan utang pemerintah China dalam hal ini uluran tangan Bank Pembangunan China (China Development Bank/CDB).

“Oleh karena itu, saya harap Pemerintah Tiongkok, China Development Bank (CDB), dan China Railway terus memberikan atensi prioritas dan dukungan finansial, serta pengalihan teknologi pengoperasian KCJB,” ucap Luhut.

Proyek ‘Buru-buru’

Pengamat Transportasi, Muslich Zainal Asikin menilai, proyek kereta Whoosh belum layak disebut sukses. Karena masih banyak masalah yang menggelayuti laju kereta Whoosh. Khususnya beban utang yang harus ditanggung PT Kereta Api Indonesia (Persero/KAI).

Pemerintah, kata dia, seharusnya tidak terburu-buru atau gegabah dalam memutuskan masalah ini. Karena anggarannya besar, bisa dialokasikan untuk kepentingan lain yang lebih mendesak.

“Tidak perlu digarap karena perencanaan yang benar juga belum dibuat. Perlu kajian yang sangat rasional, tidak sekadar keinginan penguasa yang emosional. Harus berdasar pendapat para engineer dan ahli agar ‘musibah Whoosh’ tidak berulang,” kata Muslich.

Kereta Whoosh begitu dibanggakan pemerintahan Jokowi sebagai kereta cepat pertama milik Indonesia, namun tidak demikian menurut Muslich. Dari tinjauan berbagai aspek, banyak masalah. Mulai dari perencanaan, finansial, serta minimnya respons publik. “Selain itu, kereta Whoosh tidak menyelesaikan masalah mobilitas Jakarta dan Bandung,” paparnya.

Dia pun menyoroti cost overrun atau pembengkakan biaya proyek kereta Whoosh senilai Rp18 triliun. Sedangkan total biaya kereta Whoosh mencapai Rp79 triliun, berasal dari duit CDB yang harus dikembalikan KAI selama 30 tahun. Dengan bunga komersial sebesar 3 persen. Sehingga KAI harus siapkan duit Rp226 miliar per bulan. Atau Rp2,7 triliun per tahun. Besar sekali. 

Mampukah KAI sediakan dana sebesar itu? Agak susah. Laba bersih KAI dalam setahun saja, tak jauh-jauh dari Rp2 triliunan. Pada 2022 misalnya, KAI mampu mengoleksi laba bersih Rp2,04 triliun. Masih jauh dari cicilan utang yang harus disetor ke CDB.

“Kerugiannya sangat banyak. Akan menimbulkan beban fiskal dan beban perekonomian Indonesia, dikaitkan dengan beban utang negara, defisit anggaran pasti membesar. Kondisi ekonomi Indonesia semakin tidak baik-baik saja,” pungkas Muslich.

Biaya Kereta Whoosh Lanjut Surabaya

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira pernah mengitung berapa biaya pembangunan kereta Whoosh lanjut ke Surabaya. Hasilnya, luar biasa besar.

Dengan asumsi nilai proyek kereta Whoosh atau Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), sebesar US$7,5 miliar, setara Rp112,5 triliun dengan kurs Rp15.000/US$.

Di mana, panjang lintasan kereta Whoosh mencapai 142,3 kilometer (km). Maka biaya pembangunan KJCB per kilometer sebesar Rp790,5 miliar.

Sedangkan jarak Bandung-Surabaya yang diwakili Stasiun Tegalluar-Stasiun Gubeng, diasumsikan 690 km, maka total biaya lanjutan kereta Whoosh ke Surabaya mencapai Rp545 triliun. “Atau 4,8 kali biaya pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung,” kata Bhima.

Cukup gede angkanya. Cukup untuk membiayai program makan siang dan susu gratis yang digagas Prabowo Subianto sebesar Rp400 triliun. Lebih malah.

Untuk membangun rumah sakit (RS) yang menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani biayanya Rp150 miliar per unit, bisa ratusan jumlahnya. Atau membangun gedung sekolahan yang biayanya Rp2,19 miliar per unit, bisa puluhan ribu sekolah.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button