Suatu hari di awal perkuliahan semester dua, saya mengikuti mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diampu oleh Bapak Asep Anggi Dikarsa, M.Pd. Beliau menugaskan saya dan teman-teman sekelas untuk menyusun artikel berjudul “Implementasi Wawasan Nusantara dalam Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Generasi Z di Lingkungan Kampus IPI Garut”. Mendapat tugas ini, muncul perasaan senang sekaligus sedih. Saya senang karena mayoritas teman menganggap tugas tersebut sulit, sehingga saya merasa tertantang untuk menyelesaikannya.
Namun, dalam prosesnya, rasa malas yang kuat menghambat saya sehingga tugas tak kunjung selesai. Bagi saya, hanya ada dua kemungkinan: mampu atau tidak. Akhirnya saya menyadari bahwa tugas itu memang sulit jika kita menuruti kemalasan. Artinya, hal pertama yang harus diperbaiki adalah kemalasan yang bersemayam dalam diri saya sebagai mahasiswa—sebagai manusia. Kendati rasa malas itu nyata, bukan berarti saya tidak mampu menyelesaikannya. Bagi saya, yang harus diselesaikan terlebih dahulu adalah masalah kemalasan ini. Maka, persiapan yang saya lakukan adalah proses penempaan diri dengan mencari, membaca, dan berdiskusi sebanyak mungkin.
Saya memilih mengerjakan secara mendalam karena ada risiko jika gagal. Risiko pertama tentu tidak mendapat nilai, dimarahi dosen, hingga tidak lulus mata kuliah ini. Lebih jauh, saya mungkin harus mengontrak ulang mata kuliah PKn tahun depan. Kesadaran akan risiko inilah yang mendorong saya segera bergerak menyelesaikan tugas. Dalam prosesnya, banyak kesulitan saya hadapi. Ternyata menyusun artikel tidak semudah bayangan saya yang terbiasa copy-paste. Menyusun artikel membutuhkan keterampilan menulis baik, pemikiran logis, pemahaman terhadap struktur artikel, penguasaan bahasa, serta penguasaan topik yang ditugaskan. Sungguh banyak hal baru saya temukan, sehingga akhirnya saya menyadari betapa pentingnya belajar, membaca, dan semangat mencari tahu.
Akhirnya, tugas penyusunan artikel selesai saya kerjakan. Memang, saya belum sepenuhnya yakin hasilnya sempurna, sesuai, atau benar. Tetapi setidaknya saya telah mengerjakan dan menyelesaikannya semaksimal mungkin. Melalui tugas PKn ini, banyak hal baik menyertai. Pertama, tumbuhnya kesadaran akan pentingnya menulis, khususnya menulis artikel. Kedua, kebiasaan membaca yang sangat membantu baik dalam mengerjakan tugas maupun kehidupan. Tanpa membaca, sulit menemukan data objektif dan referensi tentang topik yang disusun. Tanpa kemampuan menulis, saya takkan mampu menuangkan temuan dan pemikiran. Berkat mengerjakan tugas dengan serius, saya menjadi mahasiswa yang setidaknya bisa membantu teman yang kesulitan menyusun artikel.
Intinya, tugas dari dosen tidak hanya untuk nilai. Lebih utama, ia adalah proses membangun kebiasaan, kesadaran, dan pemantik semangat mencari tahu. Kedewasaan mahasiswa juga diuji melalui tugas-tugas itu. Oleh karena itu, saya menyarankan kepada teman-teman mahasiswa agar menyelesaikan tugas dengan serius. Kendati bisa dibantu kecerdasan buatan, kebiasaan plagiarisme harus dihentikan. Setidaknya, mahasiswa kembali terbiasa berpikir dan melalui proses pengerjaan yang lazim. Saya berharap dosen-dosen terus menyadarkan dan mengajarkan mahasiswa untuk berpikir, membaca, dan menulis tanpa copy-paste atau plagiat.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada dosen PKn, yakni Pak Asep Anggi Dikarsa, M.Pd., dosen-dosen lain, serta teman-teman yang terus menyemangati saya di dalam maupun luar kelas. Mari kita tumbuhkan kembali semangat belajar melalui aktivitas membaca dan menulis secara sadar tanpa plagiasi.