Market

Ketimbang Krisis Pekerja di AS, Ekonom Indef Ingatkan Ancaman Capital Outflow

Krisis pekerja di Amerika Serikat (AS) praktis tidak berdampak apa-apa terhadap Indonesia. Yang bikin ngeri justru rencana bank sentral AS mengerek suku bunga, alias tappering off.

Dikatakan ekonom muda Institute for Development on Economics and Finance (Indef), Eisha Maghfiruha Rachbini, dinamika di labor market US, enggak berhubungan langsung dengan Indonesia. Pengunduran diri pekerja atau resign yang besar di AS, sebenarnya adalah dinamika supply and demand di pasar tenaga kerja AS,” terang Eisha, Jakarta, Kamis (18/11/2021).

Justru yang bikin ketar-ketir menteri sektor ekonomi, kata Eisha, rencana The Fed, bank sentral Amerika Serikat menggenjot suku buka atau dikenal dengan istilah tappering off. “Tappering ditempuh karena inflasi di AS sedang tinggi-tingginya,” beber Eisha.

Nah, ihwal melonjaknya inflasi di negeri Paman Sam itu, ada kaitannya dengan perkembangan di pasar tenaga keja. Di mana, terjadi penurunan produksi karena pandemi COVID-19 di Amerika. Alhasil, banyak perusahaan mengurangi kegiatan produksinya.

Kemudian, kata dia, saat pemulihan ekonomi berjalan di AS, termasuk cepat karena vaksin sudah banyak, new normal sudah berjalan, demand terhadap barang kembali naik.

Namun, ada masa transisi, di mana perusahaan tidak bisa meningkatkan kapasitas produksi, atau belum balik ke kondisi sebelum COVID-19, juga karena faktor pekerja yang belum banyak masuk ke pasar tenaga kerja.

Sehingga supply barang sedikit, harga barang2 jd naik karea demand-nya tinggi, namun supply sedikit. Jika masa transisi ini berkepanjangan, harga terus naik. “Mau tidak mau, The Fed akan meningkatkan suku bunga. Dampaknya bisa ke negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Menjadi capital outflow, karena ada realokasi dana di pasar keuangan menuju pasar keuangan AS,” pungkasnya.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button