News

Kisah Joram Van Klaveren Jadi Mualaf saat Menulis Buku Anti-Islam

kisah-joram-van-klaveren-jadi-mualaf-saat-menulis-buku-anti-islam

Kamis, 01 Des 2022 – 17:35 WIB

Mungkin anda suka

Joram van Klaveren, seorang mualaf dari Belanda (Foto: Gettyimages/ Ian Forsyth)

Joram van Klaveren, seorang mualaf dari Belanda (Foto: Gettyimages/ Ian Forsyth)

Joram Van Klaveren adalah seorang mantan politikus yang berasal dari Belanda. Ia mengaku memutuskan untuk menjadi mualaf saat sedang menulis buku anti-Islam.

Lahir dan besar dari keluarga Kristen-Protestan yang taat, membuat ia berperilaku seperti layaknya seorang Kristiani. Membaca Alkitab, mempunyai nama baptis, rutin beribadah ke gereja dan lain-lain.

“Saya percaya akan kebangkitan, penyaliban kristus, percaya juga pada penebusan itu,” ungkap Joram dalam sebuah wawancara mengutip channel Youtube Towards Eternity, Kamis (1/12/2022).

Namun muncul keraguan pada dirinya saat masih usia belasan tahun. Trinitas dalam kristen menurutnya beitu kompleks. Ia mulai bertanya-tanya tentang itu karena menurutnya hal tersebut sangat tidak logis. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan kuliah dan mengambil perbandingan agama.

Saya banyak bicara dengan banyak imam, pengkhotbah bahkan pastur. Dan jawaban yang saya dapatan sangat tidak memuaskan. Itu yang membuat saya dilema,” keluhnya.

Dalam perjalanan spritualnya, ia mengaku bahwa hal ini adalah sesuatu yang gila. Joram berpikir bahwa orang muslim, dan agama Islam itu merupakan suatu kebenaran. Citra Islam di matanya, kala itu, sangat buruk terutama setelah kejadian pembunuhan tragis sutradara Theo Van Gogh oleh seorang Muslim. Sampai akhirnya membangkitkan perasaan anti-Islam Joram.

Dari sana lah Joram berpikir untuk menjadi politikus untuk memberhentikan kejahatan yang merugikan negaranya. ”Saya berpikir, saya harus menjadi politisi untuk melakukan sesuatu dan  menghentikan kejahatan atau akan merugikan negara kita,” jelas Joram.

Berangkat dari keresahan itu, Joram akhirnya mulai terjun ke dunia politik. Alasan kuatnya ia ingin menjelaskan ke banyak orang mengapa Islam itu bahaya untuk dunia. Namun, ketika ia mulai menulis bukunya, keraguan itu muncul lagi.

Ketika saya menulis buku itu, seperti yang tadi saya bilang, pertanyaannya keraguan yang saya miliki tentang agama kristen muncul lagi. Dan tentunya tentang kebenaran,” kata Joram.

Mulanya, Joram menulis buku tersebut dengan perspektif Kristen. Dengan membahas perbandingan antara konsep Kristen dan konsep Islam tentang Tuhan. Ia melihat konsep Tuhan dalam Islam lebih logis daripada Trinitas Kristen.

“Saya membaca ulang alkitab untuk melihat, me-refresh diri saya, melihat mengapa konsep tauhid Islam tidak sama dengan konsep Kristen,” paparnya.

Momen Joram Masuk Islam

Upaya melemahkan Islam ini malah redup dan justru membawanya untuk terus mendalami ajaran Islam. Pada akhirnya ia mengakui keesaan Tuhan Islam adalah yang paling benar. Tidak hanya itu, Joram juga mempelajari kisah Nabi Muhammad SAW. Mulai dari sejarah dan perilakunya terhadap sesama manusia. Lagi dan lagi membuat Joram takjub dan mengaku bahwa Muhammad adalah seorang Nabi.

“Saya melihat karakternya, bagaimana ia memperlakukan orang lain, musuh, saya berpikir bahwa ia adalah Nabi sebenar-benarnya,” Sontaknya.

“Ini mengagetkan! Saya baru saja mengakui satu-satunya Tuhan dan sekarang saya mengatakan Nabi Muhammad SAW adalah seorang Nabi. Jika kamu mengakui kedua itu, maka ini sama dengan mengucapkan Syahadat,” tuturnya haru.

Lebih lanjut, Ia berpikir bahwa ini adalah sesuatu yang salah. Pada saat itu Joram langsung menutup buku dan menaruhnya ke rak yang paling tinggi. Alih-alih menaruh buku, ada buku yang jatuh dan ternyata itu Al-Qur’an.

“Saya menyimpan semua buku dan meletakkan buku-buku itu di rak yang tinggi. Tapi dari begitu banyak buku, salah satu buku yang jatuh dari rak adalah Alquran dan ketika saya mengambilnya, tangan saya berada di halaman tepat di surat 22 (Al Hajj) ayat 46 dan dikatakan bahwa bukan mata yang buta. Tapi hati. dan saya berpikir, itu benar-benar masalah saya,” ungkapnya.

Setelah momen itu, ia memutuskan untuk bersyahadat dan memberitahukan keputusannya kepada publik. Keputusan yang membuatnya mendapat ribuan ancaman kematian dan tanggapan negatif dari pemilihnya. Namun ia tetap pada pendiriannya dan mengajak orang-orang untuk lebih mengenal Islam.

“Jadi mata saya tidak buta, itu adalah hati saya. Saya tidak bisa menerima itu. Inilah jalannya, saya berpikir bahwa saya muslim dan harus memberi tahu orang lain” ucapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button