Inersia

Kombes YBK Positif Metamfetamin dan Amfetamin, Apa Bahayanya Zat Ini?

Polisi menangkap Kombes (Pol) YBK terkait kasus narkoba di sebuah kamar hotel di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Jumat (6/1/2022). Dari hasil tes urine, Kombes YBK menunjukkan positif menggunakan amfetamin dan metamfetamin. Bagaimana efek dua zat ini bagi tubuh?

Polisi menyatakan hasil tes urine, Kombes YBK dan seorang teman wanita berinisial R menunjukkan positif menggunakan metamfetamin dan amfetamin. “Tes urinenya positif. Metafetamin sama amfe [amfetamin],” kata Dirnarkoba Polda Metro Jaya Kombes Mukti Juharsa kepada wartawan, Sabtu (7/1/2022).

Mukti mengatakan penangkapan terhadap Kombes YBK dan R dilakukan pada pukul 15.36 WIB di sebuah kamar hotel di Kelapa Gading, Jakarta Utara. “Iya betul diamankan (Kombes YBK). Sama seorang wanita,” ujarnya.

Saat penangkapan, kata dia, Kombes YBK tidak dalam posisi terkait kepentingan dinas. Kombes YBK dan R disebut telah berada di kamar hotel tersebut selama dua hari. “Ada laporan dari masyarakat. Dia di situ juga dari tanggal 5 (Januari) sudah dua hari,” kata Mukti.

Mukti menyebut barang bukti yang turut diamankan saat penangkapan itu yakni berupa dua klip sabu dengan berat masing-masing 0,5 dan 0,6 gram. “Barang buktinya 0,5 sama 0,6. Jadi ada dua barbuk,” ujarnya.

Penangkapan polisi terkait kasus narkoba bukan kali ini saja. Narkoba sudah merasuki banyak kalangan masyarakat dari mulai penegak hukum, para publik figur, artis, hingga pelajar atau mahasiswa. Padahal penggunaan barang-barang haram ini tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga masa depan bangsa.

Salah satu zat yang banyak digunakan adalah amfetamin dan metamfetamin. Kedua jenis psikotropika ini peredaran sangat luas dan terus menjadi incaran para penegak hukum mengingat efek penggunaannya yang berbahaya.

Apa itu amfetamin dan metamfetamin?

Amfetamin dan metamfetamin merupakan obat stimulan yang saat ini seringkali disalahgunakan. Obat ini banyak digunakan secara ilegal dengan tujuan untuk kesenangan. Namun, kedua obat ini dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya jika sudah overdosis.

Di Indonesia penggunaan amfetamin dan metamfetamin dilarang. Hal ini dikarenakan kedua obat tersebut dapat menyebabkan penggunanya menjadi ketagihan, hingga menimbulkan kerugian.

Merujuk Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, amfetamin maupun metamfetamin masuk jenis psikotropika golongan II. Meski dapat mengobati penyakit tertentu, tetapi kepemilikan obat ini diatur secara ketat oleh undang-undang.

Amfetamin sering digunakan untuk keperluan non-medis, seperti penurunan berat badan atau untuk tetap terjaga lebih lama. Amfetamin seperti Adderall, Ritalin, Dexedrine dan Vyvanse terutama diresepkan untuk pasien dengan gangguan hiperaktif (Attention Deficit Hyperactivity/ADHD) atau narkolepsi. Amfetamin mempunyai nama lain yakni ekstasi.

Amfetamin memengaruhi sistem penghargaan otak melalui pelepasan dopamin. Hanya saja, penggunaan amfetamin non-medis yang terus berlanjut, mempengaruhi jalur saraf atau koneksi di otak menjadi berubah, mengakibatkan kecanduan.

Obat ini dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya jika sudah overdosis. Karena itu siapapun yang mengkonsumsi obat tersebut secara ilegal, termasuk perbuatan yang melanggar hukum.

Tanda-tanda gangguan penggunaan amfetamin, mengutip Ashleytreatment, meliputi sifat lekas marah, pola tidur terganggu, penurunan berat badan, sakit kepala, mati rasa di lengan atau kaki, dan perilaku bermusuhan atau agresif. Juga dapat menyebabkan kelelahan, diare, sembelit, tics (gerakan di luar kesadaran) verbal atau otot, pusing, hilang ingatan hingga perilaku impulsif.

Jika sudah kecanduan obat ini akan sulit untuk sembuh. Kalau penggunaannya sudah overdosis, dapat menimbulkan efek samping yang lebih serius seperti pingsan, mati rasa, halusinasi, kesulitan bernafas, kejang dan bergerak tanpa kendali.

Sementara metamfetamin atau yang lebih dikenal dengan sabu merupakan turunan dari amfetamin. Metamfetamin adalah obat stimulan sistem saraf pusat dalam mengobati gangguan hiperaktif pada anak. Selain itu, biasanya obat ini juga digunakan mengobati narkolepsi atau gangguan tidur seperti mengantuk berlebihan di siang hari.

Dengan manfaat yang seperti itu, tak heran jika seringkali obat yang disalahgunakan untuk meningkatkan stamina. Namun, jika sudah menjadi pecandu, akan sulit menghilangkan kebiasaan tersebut.

Efek samping dari penggunaan metamfetamin secara ilegal cukup membahayakan. Bahkan, jika dibandingkan dengan amfetamin, efek metamfetamin lebih parah. Setelah penggunaan awal, individu dapat mengalami dorongan yang kuat, termasuk ledakan energi dan kepercayaan diri. Ketika zat habis, yang dikenal sebagai meth crash, individu mengalami kelesuan, insomnia, mengidam, kebingungan, dan kecemasan. Metamfetamin sangat adiktif, dengan banyak yang langsung kecanduan zat tersebut.

Penggunaan metamfetamin jangka panjang dikaitkan dengan efek kesehatan yang serius, termasuk kerusakan gigi, penuaan kulit dini, gagal hati, psikosis, masalah kognitif, dan serangan jantung.

Tanda-tanda penyalahgunaan atau kecanduan metamfetamin meliputi paranoia, sifat lekas marah, luka kulit, insomnia kronis, penurunan berat badan secara tiba-tiba, perilaku gugup atau cemas, perilaku berisiko tinggi, hiperaktif, kulit kendur hingga kerusakan gigi yang parah.

Metamfetamin memiliki efek mendalam pada otak orang yang menyalahgunakannya. Menurut Institut Nasional Penyalahgunaan Narkoba (NIDA), metamfetamin mengubah cara kerja otak. Selain mengurangi kemampuan alami otak untuk menggunakan dopamin, sabu mengganggu daya ingat dan kemampuan belajar.

Jadi, penggunaan sabu jangka panjang mengubah otak Anda, berpotensi mengganggu hubungan dan kinerja di tempat kerja, di sekolah, atau di rumah. Amfetamin sebenarnya dapat memiliki efek yang serupa, tetapi karena ini adalah obat yang lebih lemah yang tidak bertahan lama di tubuh seperti metamfetamin, efeknya lebih lemah dan bertahan lebih pendek.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button