Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD) dahulu sering dikaitkan dengan veteran perang, korban kejahatan atau kekerasan seksual. Kini kondisi kesehatan ini menjadi sorotan setelah muncul pernyataan bahwa perseteruan Donald Trump dan Elon Musk terkait dengan PTSD dan stres.
Errol Musk, ayah dari Elon Musk, mengatakan bahwa perseteruan publik antara Elon Musk dan Presiden AS Donald Trump terjadi karena stres berkepanjangan dan kemungkinan PTSD yang mereka alami selama lima bulan terakhir. Menurutnya, Musk membuat kesalahan dengan menentang Trump.
Konflik ini dipicu ketidaksepakatan terkait undang-undang baru pemerintahan Trump, yang menurut Musk hanya akan memperburuk defisit federal dan berpotensi menciptakan krisis utang bagi negara. Musk meluapkan kemarahannya di media sosial. Perseteruan mencapai puncaknya ketika Elon Musk menyinggung keterlibatan Trump dalam dokumen FBI terkait Jeffrey Epstein, meskipun ia kemudian menghapus pernyataannya.
Errol Musk berpendapat bahwa baik Elon maupun Trump mengalami tekanan besar dalam beberapa bulan terakhir dan bahwa kelelahan serta stres menjadi faktor utama dalam konflik tersebut
Gangguan stres PTSD dapat, mengutip Times of India, bisa terjadi pada siapa saja yang telah menyaksikan atau mengalami pengalaman traumatis. Dari korban bencana alam dan tindak kekerasan hingga mereka yang mengalami stres emosional kronis, PTSD dapat secara drastis mengganggu kehidupan sehari-hari dan kualitas hidup jika tidak diobati.
Apa itu PTSD?
PTSD merupakan singkatan dari Post-Traumatic Stress Disorder, yaitu kondisi kesehatan mental yang dapat terjadi setelah terpapar atau menyaksikan peristiwa traumatis. Kondisi ini diakui dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) dan dapat terjadi pada individu dari segala usia, termasuk anak-anak.
PTSD berbeda dengan tekanan emosional sementara yang dialami sebagian besar individu setelah trauma. Meskipun banyak yang pulih dengan sendirinya, penderita PTSD tetap terpengaruh oleh gejala jangka panjang dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun sehingga mengganggu fungsi normal mereka.
PTSD dapat disebabkan oleh berbagai peristiwa traumatis. Sementara beberapa individu mengalami gangguan ini setelah mengalami satu kejadian, yang lain mengalaminya setelah terpapar situasi yang membuat stres berulang kali.
Gangguan ini umumnya dipicu oleh:
- Paparan pertempuran (tentara, penyintas perang, veteran)
- Kecelakaan parah (kecelakaan mobil, kecelakaan industri)
- Bencana alam (kebakaran hutan, banjir, gempa bumi)
- Kekerasan atau penyerangan fisik atau seksual
- Kehilangan kerabat dekat secara tiba-tiba
- Krisis medis atau penyakit kronis
- Penyiksaan atau pengabaian anak
- Menyaksikan kejadian traumatis (misalnya penembakan massal, kejahatan kekerasan)
Perlu dicatat bahwa tidak semua orang yang terpapar trauma akan mengalami PTSD. Genetika, kimia otak, metode penanganan, dan sistem pendukung semuanya dapat berperan dalam risiko seseorang.
Apa saja Gejala PTSD?
Gejala PTSD biasanya muncul sekitar tiga bulan setelah kejadian traumatis, tetapi di waktu lain mungkin muncul kemudian. Untuk dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis PTSD, gejala harus bertahan selama lebih dari satu bulan dan menyebabkan tekanan atau gangguan besar dalam fungsi sosial atau pekerjaan.
Gejala PTSD biasanya diklasifikasikan menjadi empat kelompok:
1. Ingatan yang mengganggu
- Kenangan akan pengalaman traumatis
- Mimpi buruk atau mimpi yang menyedihkan
- Pikiran atau gambaran mental yang mengganggu
- Respons fisik atau emosional terhadap pengingat
2. Penghindaran
- Menghindari tempat, orang, atau aktivitas yang memicu ingatan trauma
- Menghindari pikiran, perasaan, atau percakapan tentang peristiwa traumatis
3. Perubahan dalam pikiran dan suasana hati
- Pikiran negatif yang berulang tentang dunia atau diri sendiri
- Keputusasaan atau mati rasa
- Ketidakmampuan mengingat detail penting dari trauma
- Merasa terasing atau terpisah dari orang lain
- Kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya menyenangkan
4. Perubahan reaksi fisik dan emosional
- Hiperwaspada (mudah terkejut atau merasa “gelisah”)
- Mudah tersinggung atau meledak-ledak karena amarah
- Tindakan yang merusak diri sendiri (misalnya, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, mengemudi secara membahayakan)
- Ketidakmampuan untuk tidur atau berkonsentrasi
Siapa yang Berisiko Terkena PSTD?
Meskipun PTSD dapat terjadi pada siapa saja, beberapa individu memiliki risiko lebih tinggi:
- Veteran militer dan responden darurat
- Korban pelecehan, kekerasan, atau kecelakaan parah
- Individu dengan riwayat penyakit mental
- Individu dengan koneksi dukungan sosial yang lebih sedikit
- Individu yang mengalami lebih dari satu trauma dalam jangka waktu tertentu
- Penelitian juga menunjukkan bahwa wanita lebih mungkin mengalami PTSD daripada pria, mungkin karena tingkat kejadian kekerasan interpersonal yang lebih tinggi.
PTSD biasanya didiagnosis oleh profesional kesehatan mental, termasuk psikiater, psikolog, atau pekerja sosial klinis, berdasarkan kriteria dari DSM-5. Proses diagnosis meliputi:
- Penilaian psikologis menyeluruh
- Pembahasan mengenai riwayat gejala dan paparan trauma
- Menyingkirkan kondisi lain seperti depresi atau kecemasan
- Evaluasi dampak pada kehidupan sehari-hari
Pengobatan untuk PTSD
Pengobatan PTSD kontemporer bertujuan untuk memungkinkan orang mengelola gejala, membangun kembali kepercayaan, dan mengambil kembali kendali atas hidup mereka. Pengobatan tersebut meliputi:
1. Psikoterapi (Terapi Bicara)
Terapi Perilaku Kognitif (CBT) adalah jenis psikoterapi yang paling efektif untuk PTSD. Terapi ini meliputi:
- Terapi Pemrosesan Kognitif (CPT): Membantu dalam membingkai ulang keyakinan negatif terkait trauma.
- Terapi Pemaparan Berkepanjangan: Memfasilitasi pemaparan bertahap terhadap ingatan atau pengingat trauma dengan aman.
- Desensitisasi dan Pemrosesan Ulang Gerakan Mata (EMDR): Mengintegrasikan gerakan mata terpandu dan pemrosesan trauma.
2. Obat-obatan
- Obat-obatan dapat membantu mengobati kecemasan, depresi, dan gangguan tidur.
3. Dukungan dan Intervensi Gaya Hidup
- Terapi kelompok dan kelompok pendukung
- Pengurangan stres berbasis kesadaran (MBSR)
- Olahraga dan kebiasaan tidur teratur
- Menjauhi penyalahgunaan alkohol dan zat terlarang
Bisakah PTSD dicegah? Tidak ada metode yang pasti untuk mencegah PTSD, tetapi pengobatan dini dapat menurunkan risiko dan tingkat keparahan secara drastis:
- Pertolongan pertama psikologis (PFA) pada trauma
- Sesi konseling dan pembekalan pada pekerjaan berisiko tinggi
- Dukungan jaringan sosial yang kuat