Layar Lebih Luas, Tanpa S Pen! Ini Alasan Mengejutkan Samsung di Galaxy Z Fold7

Ibnu Medium.jpeg

Jumat, 11 Juli 2025 – 07:20 WIB

Samsung Galaxy Z Fold7 (Foto: Bloomberg)

Samsung Galaxy Z Fold7 (Foto: Bloomberg)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Samsung resmi meluncurkan ponsel lipat Galaxy Z Flip7 dan Z Fold7 di Indonesia, Kamis (10/7/2025), dengan janji peningkatan fitur AI dan desain yang lebih ramping. Namun, keputusan perusahaan untuk menghapus dukungan S Pen pada Fold7 memunculkan pertanyaan: apakah ini bentuk inovasi, atau justru langkah mundur?

Galaxy Z Flip7 dijual mulai Rp17,9 juta dan membawa sejumlah peningkatan, termasuk layar penutup Infinity FlexWindow 4,1 inci, yang kini menjadi layar luar terbesar dalam sejarah seri Flip. 

Sementara layar utama berukuran 6,9 inci menggunakan panel Dynamic AMOLED 2X dengan refresh rate 120Hz dan tingkat kecerahan hingga 2.600 nits.

Samsung juga membekali Flip7 dengan baterai 4.300 mAh dan chipset Exynos 2500 yang diklaim 23 persen lebih efisien dibanding pendahulunya. Fitur AI seperti Object Perfect dan Gemini Live Camera kini bisa digunakan langsung dari layar depan.

Namun perhatian justru tertuju pada Galaxy Z Fold7 yang tidak lagi mendukung stylus S Pen, sebuah fitur khas yang sempat menjadi nilai jual utama sejak Fold3.

“Pengguna Fold yang memakai S Pen itu ternyata sangat kecil, di bawah tiga persen,” kata MX Product Marketing Senior Manager Samsung Electronics Indonesia, Ilham Indrawan, dikutip dari Antara

“Fokus utama mereka justru pada pengalaman layar besar dan performa,” tambahnya.

Pernyataan ini menyiratkan adanya perubahan strategi yang signifikan. Samsung kini tampak memilih efisiensi desain dengan mengorbankan fleksibilitas fitur, meski pasar foldable sendiri masih dalam tahap pertumbuhan dan edukasi.

Galaxy Z Fold7 hadir dengan layar utama lebih lebar 64,9 mm, ketebalan hanya 8,9 mm saat dilipat, dan bobot 215 gram, lebih ringan dibanding Fold6. Namun hilangnya S Pen membuat perangkat ini kehilangan diferensiasi utama dari seri S Ultra, yang justru tetap mempertahankan fitur pena digital.

Di tengah harga jual yang masih tinggi—Rp17.999.000 untuk varian Flip7 12/256GB dan Rp19.999.000 untuk 12/512GB—pertanyaan mendasarnya: apakah pasar siap menerima foldables yang justru kehilangan ciri khasnya?

Analis pasar menilai, strategi Samsung kali ini terkesan konservatif dan terlalu berhati-hati. Alih-alih mendobrak inovasi, perusahaan justru tampak menyederhanakan produk andalannya. 

Dengan tingkat adopsi foldable yang masih rendah secara global—hanya 1,5 persen menurut TrendForce (2024)—langkah ini berpotensi memperlambat penetrasi lebih luas di segmen premium.

Samsung memang memimpin pasar ponsel lipat, namun apakah keputusan untuk menanggalkan S Pen akan berdampak positif atau justru menciptakan celah bagi pesaing seperti Honor, Oppo, atau bahkan Apple yang dikabarkan tengah menyiapkan iFold untuk 2026?

Waktu akan membuktikan, apakah Flip7 dan Fold7 menjadi pemimpin inovasi baru, atau justru simbol stagnasi di era layar lipat.

Topik
Komentar