Hangout

Lonjakan ISPA Hantui Warga, 2 Pakar Kesehatan Ungkap Cara Lindungi Diri dari Polusi

Dalam menghadapi peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan kualitas udara yang menurun di DKI Jakarta, dua pakar kesehatan memberikan saran penting. Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dan Prof. drh. Wiku Bakti Bawono Adisasmito, M.Sc., PhD dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menekankan pentingnya memakai masker dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Dr. Erlina mengingatkan bahwa durasi paparan polusi udara berpengaruh pada dampak yang dirasakan oleh tubuh. “Kalau terpaksa harus keluar rumah walau monitoring menunjukkan merah atau ungu, sebentar saja karena durasi paparan memengaruhi dampak yang terjadi,” ujarnya dalam webinar media “Sadari, Siaga, Solusi Terhadap Mutasi Virus Pada Masa Endemi COVID-19”, Rabu (30/8/2023).

Erlina juga menyarankan agar masyarakat selalu memantau kualitas udara sebelum memutuskan untuk keluar rumah. “Orang-orang perlu membiasakan diri selalu memantau kualitas udara,” tambahnya.

Untuk melindungi diri dari dampak polusi yang bisa mempengaruhi berbagai organ tubuh termasuk paru-paru dan jantung, Erlina menyarankan masyarakat untuk tetap menerapkan PHBS dan memakai masker. “Apalagi kalau kita tahu dari data yang cukup tinggi PM 2.5 yang ukurannya sangat kecil, mungkin dianjurkan pakai masker respirator atau N95,” kata Erlina.

Menurut Erlina, penggunaan masker tidak hanya melindungi dari polusi udara tetapi juga dari COVID-19 yang kini sudah menjadi endemi. “Alhamdulillah COVID-19 terkendali, tetapi tetaplah PHBS. Sekarang orang senang pakai masker, kelihatan lebih muda,” ujarnya.

Dalam webinar yang sama, Prof. Wiku menambahkan bahwa masker yang selama ini digunakan untuk menyaring virus SARS-CoV-2 juga efektif untuk menyaring polutan. “Pakai masker saja dan kalau di rumah pastikan debu dan lainnya tidak boleh ada supaya kita selalu terjaga sehat,” tuturnya.

Wiku juga membedakan dampak dari COVID-19 dan polusi udara. Menurutnya, efek dari COVID-19 bisa lebih cepat dirasakan, sedangkan dampak dari polusi udara memerlukan waktu lebih lama karena polutan perlu masuk ke sirkulasi darah dalam jumlah banyak.

Pentingnya memakai masker dan menerapkan PHBS menjadi poin utama yang disampaikan oleh kedua pakar kesehatan ini. Dengan demikian, masyarakat diharapkan bisa melindungi diri dari dampak negatif polusi udara dan COVID-19 yang kini sudah menjadi endemi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button