Masjid Daur Ulang Ala Peacesantren Diklaim Bisa Kurangi Penebangan 8.000 Pohon

Proyek pembangunan masjid daur ulang yang digagas sebuah pondok pesantren modern di Garut, Jawa Barat bernama Peacesantren Welas Asih diklaim mampu memberikan dampak positif terhadap lingkungan secara signifikan.

Founder Peacesantren Welas Asih, Irfan Amalee bahkan menjamin ada ribuan pohon yang terselamatkan dari penebangan dalam pembangunan masjid yang masih dalam tahap penyesuaian lahan itu.

“Jadi sebuah pembangunan rumah ibadah atau dan lain halnya itu menggunakan banyak pohon ya. Itu saya kira kita banyak menebang pohon untuk sekadar mendirikan bangunan. Kami punya prinsip, jangan sampai kita berbuat kebaikan dengan membangun masjid tapi ada keburukan lain yang juga kita lakukan dan kita seolah menutup mata,” ujar Irfan.

Berangkat dari hal itu, Irfan bertekad mengurangi dampak lingkungan terhadap sebuah pembangunan yang digagasnya. Jika boleh ditaksir kata Irfan, ada sekitar 8 ribu pohon yang bisa terselamatkan berkat pembangunan proyek masjid daur ulang ini.

“Jadi kita sudah berkomitmen menggunakan material organik dan anorganik, dan saya kira itu juga tidak kalah kokoh, untuk kemudian ini bisa menyelematkan delapan ribu pohon. Jadi material-material dari kayu itu bisa tergantikan dengan menyelamatkan delapan ribu pohon,” ucapnya.

Selain pohon, kata Irfan, material pasir kata dia juga tidak akan digunakan. Mengingat, pasir biasanya berasal dari area pegunungan dan ada proses pengerukan gunung untuk menghasilkan sebuah pasir yang digunakan untuk sebuah proyek.

“Jadi minimalnya kita bisa mengurangi beban alam. Selain efek penggunaan material alam tadi. Kita juga mengurangi efek pencemaran sampah yang saat ini menjadi problem bagi kita,” tutur dia.

Seperti diketahui, konsep yang ingin dimunculkan dalam pembangunan masjid ini adalah meminimalisir kerusakan lingkungan atas produk-produk atau bahan yang digunakan untuk membuat satu bangunan.

“Ketika kita ngobrolin dengan para ahli lingkungan, kemudian ketemu juga dengan perusahaan sosial yang mengkonfersi sampah pelastik dan gabah menjadi bahan bangunan . Wah ini double dampaknya. Pertama dampaknya di pasir juga, dan kemudian menyelesaikan masalah yang buntu sekarang. Karena sampah ini tidak bisa diangkut ke TPA,” jelas dia.

Masjid ramah lingkungan ini akan dibangun dengan bahan sampah organik dan anorganik, seperti plastik dan gabah. Sampah tersebut akan di-upcycle oleh pihak ketiga untuk dikonversikan menjadi sebuah material bangunan yang kokoh. Saat ini, proses pembangunan diperkirakan akan segera dimulai.

“Sehingga ketika sudah dihitung ini, totalnya bisa menyerap sekitar 12 ton sampah pelastik. Jadi 12 ton sampah pelastik ini dikonversi. Kemudian ini dicampur dengan gabah. Jadi nanti 12 ton sampah disatukan dengan 24 ton gabah padi. Jadi materialnya ada organik dan anorganik jadi lebih kokoh,” tegas Irfan.

Pondok pesantren ini tengah menggalang dana melalui laman Kitabisa untuk pembangunan masjid tersebut. Hasil donasi akan digunakan untuk membangun masjid dan membantu para santri-santri agar lebih tekun dan semangat belajar agama. Donasi bisa diberikan melalui tautan berikut: https://kitabisa.com/campaign/jariyahpeacesantren/story.

Exit mobile version