Empati

Masjid Masa Depan

Pernahkah terpikirkan membangun masjid dari 12.000 kg sampah plastik? Mungkin ini ide yang aneh, bahkan gila, tapi di sebuah desa di Garut, Jawa Barat, seorang inovator sosial bernama Irfan Amalee sedang berusaha mewujudkannya.

Saat pertama kali mendengar ide itu, pikiran saya langsung membayangkan tumpukan botol plastik yang disusun menjadi masjid. Saya pernah melihat yang semacam itu. Di sebuah kedai kopi di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, mushala-nya dibangun dari tumpukan krat tempat botol berwarna merah dan oranye. Kafe itu dimiliki seorang arsitek kenamaan.

Namun, ternyata yang saya bayangkan keliru. Ide Irfan Amalee lebih maju dari tumpukan krat teh botol atau minuman berkarbonasi. Di kepala Kang Irfan, begitu saya menyebutnya, 12 ton sampah plastik itu didaur ulang dan diolah kembali menjadi plat atau lempeng yang akan menyusun bangunan masjid. Ia bekerja sama dengan sebuah perusahaan daur ulang plastik bernama Plana. Dengan teknologi terkini, sampah plastik itu akan diubah menjadi ‘plana bricks’, plat atau blok-blok yang akan menyusun bangunan masjid.

Bukan hanya sampah plastik, Kang Irfan juga mengolah gabah menjadi plat yang lain, diperuntukkan buat atap. Setelah dihitung, masjid yang akan dibangun di Samarang, Garut, itu, membutuhkan 24 ton gabah padi yang akan diolah juga menjadi lempeng-lempeng yang kokoh.

Saya jadi ingat perjalanan ke Seminyak, Bali. Ada sebuah kafe terkenal di sana, namanya Potato Head. Di sepanjang lorong memasuki kafe elit itu, pengunjung disajikan pemandangan pengelolaan limbah plastik menjadi berbagai material. Kafe itu dibangun dengan prinsip ramah lingkungan, bahkan hampir semua kebutuhannya mulai dari boks makanan sampai meja dan kursi, dibuat dengan prinsip daur ulang yang ramah lingkungan. Waktu itu saya berpikir, “Ini ide yang hebat!”

Hari ini, di seluruh dunia, pandangan terhadap sampah memang sudah berubah. Selama ini kita menyebut sesuatu sebagai ‘sampah’ karena kita berpikir sudah tidak ada gunanya. Sampah adalah residu, sisa-sisa, hal-hal tak berguna yang harus dibuang dan disingkirkan. Padahal, dengan pendekatan dan teknologi terkini, seharusnya tidak ada lagi yang menjadi sampah (zero-waste). Karena segala sesuatu bisa didaur ulang kembali. Waste is a new resource!

Di seluruh dunia, sampah adalah problem peradaban manusia yang gagal melihatnya sebagai sumber daya baru. Terutama sampah plastik yang menjadi masalah di darat bahkan di laut, menimbulkan banyak permasalahan termasuk banjir dan ancaman terhadap ekosistem. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup, di Indonesia saja, ada 64 juta ton sampah setiap tahunnya, lebih dari 175.000 ton per hari. Hampir 70% dari sampah-sampah itu ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan hampir 20%-nya dibuang ke sungai atau laut. Hanya sekitar 10% sampah yang berhasil di daur ulang.

Ide membangun masjid dari sampah plastik daur ulang mungkin terdengar gila, tapi sebenarnya ini adalah ide masa depan. Di dalamnya terdapat ijtihad serius untuk menyelamatkan lingkungan, mendidik generasi untuk tidak memandang segala sesuatu sebagai sekadar ‘sampah’ yang tidak ada gunanya lagi. Di tangan seorang ‘khalifah’ di muka bumi yang tercerahkan akal dan batinnya, sampah seharusnya bisa didaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat bahkan mulia nilainya.

Jangan bayangkan sampah yang ‘hina’ dan ‘jijik’, di tangan seorang yang berilmu, sampah plastik dan gabah, yang anorganik dan organik, bisa menjadi sumber daya baru yang luar biasa. Kang Irfan datang dengan ide gila ini. Ia kemudian dibantu banyak orang seperti arsitek kenamaan Julian Palapa, desainer produk pemenang Good Design Indonesia Oki Lutfi, social-entrepreneur pendiri Kitabisa.com Alfatih Timur dan lainnya.

Whatsapp Image 2023 03 16 At 13.38.52 (1) - inilah.com

Sejak pertama mendengar ide gila ini, saya pun tak mau ketinggalan jadi bagian dari gerbong masa depan. Masjid ini akan menjadi masjid pertama di Indonesia, bahkan mungkin dunia, yang dibangun dari 12 ton sampah plastik, 24 ton gabah padi, dan berbagai sumber daya ramah lingkungan lainnya. Kata Kang Irfan, “Membangun masjid ini bukan hanya mendirikan tempat ibadah dan mengajarkan sesuatu untuk generasi masa depan, tetapi sekaligus menyelamatkan 8.000 pohon!”

Memang, rata-rata setiap kali sebuah bangunan didirikan, termasuk masjid, ada ribuan pohon yang ditebang untuk menopangnya. Kita tidak bisa lagi terus menerus melakukan itu. Bumi ini harus diselamatkan.

Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak teman-teman terlibat mewujudkan ide gila ini. Kelak masjid ini bukan hanya akan menjadi tempat ibadah yang bisa menampung 350 jamaah di kawasan Pesantren Welas Asih (PWA) Garut, Jawa Barat, tetapi menjadi monumen ‘ijtihad peradaban’ generasi muda yang berpikir dan mencintai alam tempatnya berpijak.

Saat ini Irfan Amalee dan kami semua sedang menggalang dana untuk mewujudkan semua ini. Kita bisa mewujudkan sesuatu yang besar bersama-sama. Pada awalnya, mungkin ini terdengar gila. Tapi kelak ketika kita bisa mewujudkannya, banyak orang yang akan berkata, “Ini gila! Bagaimana mungkin saya tidak ikut dalam ide semacam ini?”

Mulailah terlibat, gerbong yang sedang membangun masjid masa depan itu masih terbuka: https://kitabisa.com/campaign/jariyahpeacesantren

FAHD PAHDEPIE – Storyteller. CEO Inilahcom

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button