Market

Proyek Food Estate, Jokowi Sebut Perlu Tujuh Kali Panen Baru Terasa

Semua proyek Food Estate atau lumbung pangan dibuka di area hutan, sehingga perlu waktu yang lama untuk menghasilkan yang maksimal. Kalau saat ini belum berhasil berarti masih perlu beberapa tahap untuk berhasil sempurna.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan program yang bertujuan untuk ketahanan pangan itu memang tidak mudah. Pada masa awal tanam, presiden menyebut kemungkinan gagal akan sangat besar.

Bahkan pada masa tanam kedua, hanya 25 persen saja yang bisa dipanen. Baru pada masa tanam keenam dan ketujuh, menurut dia, manfaat program tersebut baru terasa.

“Jadi tidak semudah yang kita bayangkan. Kita bangun yang ketiga kali itu baru bisa agak lebih baik, belum baik, agak lebih baik,” ujar Jokowi di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (18/8/2023). Pernyataan ini menanggapi kritik soal program Food Estate atau lumbung pangan yang dinilai gagal panen.

Presiden mencontohkan program Food Estate di Kalimantan Tengah yang sudah berjalan dengan ditanami jagung sejak tahun 2022 lalu. Tetapi, sampai sekarang baru bisa menghasilkan separuhnya. Hal serupa, kata dia, juga terjadi di Food Estate lainnya.

“Di lapangan itu tidak seperti semudah yang kita bayangkan. Jadi semuanya akan diperbaiki dan semuanya harus dievaluasi, dikoreksi, harus diulang. Kalau kita ga berani, baru gagal pertama sudah mundur, sampai kapanpun lupakan,” kata Jokowi.

Program Food Estate atau lumbung pangan diluncurkan pemerintah sejak tahun 2020 ramai diperbincangkan publik. Terutama setelah Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto, menyatakan terdapat kepentingan pribadi dalam implementasi program Food Estate. Hasto menyinggung soal PT Agro Industri Nasional (Agrinas) sebagai pelaksana program Food Estate.

Bukan hanya PDIP yang meresa heran, publik pun bertanya-tanya kenapa Jokowi menyerahkan program ini kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, bukan kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Proyek Food Estate periode 2021-2022 menganggarkan Rp 1,5 triliun yang berada di Sumatera Utara, Kalimantan, NTT, dan Papua. Jenis tanaman yang dipilih seperti padi, singkong dan jagung.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button