Militer Yaman Kembali Gempur Bandara Ben Gurion Israel dengan Rudal Hipersonik


Operasi Yaman terhadap Israel terus berlanjut. Unit Roket Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) kembali melakukan operasi militer tingkat atas yang menargetkan Bandara Lydd, yang disebut oleh entitas pendudukan Israel sebagai Bandara Ben Gurion, di Kota Yafa menggunakan rudal balistik hipersonik.

Juru Bicara YAF Brigadir Jenderal Yahya Saree, Jumat (23/5/2025) mengungkapkan, operasi tersebut berhasil mencapai tujuannya, menyebabkan jutaan pemukim Israel melarikan diri ke tempat perlindungan dan menyebabkan penghentian operasi bandara. Operasi tersebut dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina yang tertindas dan para pejuang perlawanan serta sebagai penolakan terhadap genosida yang dilakukan Israel. 

“Tetap berdiam diri dalam menghadapi pembantaian yang terjadi setiap hari di Gaza akan membawa aib dan rasa malu bagi umat ini dan akan membuatnya semakin rentan terhadap musuh-musuhnya daripada sebelumnya, kecuali jika umat ini bangkit untuk memenuhi tanggung jawab agama, moral, dan kemanusiaannya terhadap rakyat Palestina yang tertindas,” tegas Saree.

Ia menggarisbawahi bahwa operasi YAF akan terus berlanjut dan meningkat hingga agresi Israel terhadap Gaza dihentikan dan blokade yang dikenakan terhadap wilayah kantong Palestina tersebut dicabut.

Sebelumnya, militer pendudukan Israel mengumumkan bahwa pertahanan udaranya berhasil menangkal rudal balistik yang diluncurkan dari Yaman setelah sirene serangan udara berbunyi di Tel Aviv dan di sebagian besar wilayah Palestina yang diduduki. 

Media Israel melaporkan bahwa lalu lintas udara ke dan dari  Bandara Ben Gurion dihentikan karena sirene serangan udara dan deteksi rudal dari Yaman. Militer Israel kemudian mengumumkan bahwa mereka telah mencegat rudal tersebut.

Mohammed al-Farrah, anggota senior biro politik Ansar Allah, mengonfirmasi sehari sebelumnya bahwa kejutan militer terbaru Yaman menargetkan Pelabuhan Haifa, pusat ekonomi strategis di wilayah Palestina yang diduduki.

Mengutip Al Mayadeen, al-Farrah memperingatkan akan lebih banyak kejutan.  Ia mengungkapkan bahwa YAF sedang berupaya menghentikan Bandara Haifa dan Ben Gurion sama seperti yang mereka lakukan terhadap Pelabuhan Eilat, yang sebagian besar masih belum beroperasi.

Al-Farrah menekankan bahwa Perlawanan Yaman dengan hati-hati menghitung dampak keamanan dan politik dari peluncuran rudalnya terhadap Israel. “Ada hasil konkret dari operasi kami dalam hal kelelahan militer dan ketakutan yang meluas di kalangan pemukim.”

Ia mengatakan bahwa operasi rudal Yaman telah merusak ekonomi Israel, khususnya di sektor pariwisata dan investasi. “Tidak seorang pun berpikir untuk berinvestasi atau berlibur di Israel lagi setelah operasi kami,” imbuhnya.

Mengacu pada Pelabuhan Eilat, al-Farrah mencatat bahwa serangan Yaman telah menyebabkan melonjaknya biaya transportasi dan asuransi di Laut Merah, selain PHK yang meluas. Ia menuduh beberapa rezim Arab memperkuat posisi pendudukan Israel dengan mengorbankan rakyat Palestina. “Banyak pemerintah Arab yang mengabadikan kelemahan untuk menguntungkan Israel,” katanya. “Beberapa menusuk Palestina dari belakang.”

Al-Farrah juga menanggapi laporan tentang potensi gencatan senjata dengan Amerika Serikat, dengan menyatakan bahwa perjanjian tersebut tidak berasal dari Ansar Allah, tetapi dari pihak Amerika, yang meminta perundingan untuk gencatan senjata. Ia menegaskan bahwa pasukan AS menderita kerugian besar dalam agresi mereka terhadap Yaman, termasuk jatuhnya tujuh pesawat tanpa awak dan dua pesawat tempur, tanpa mencapai satu pun tujuan mereka.

Mengenai Laut Merah, al-Farrah menegaskan kembali bahwa perairan tersebut tetap terbuka untuk semua kapal kecuali yang berafiliasi dengan Israel atau terlibat dalam agresi terhadap Yaman.