Pasar mobil bekas di Indonesia dan beberapa negara Asia lagi gonjang-ganjing. Harga mobil bekas Jepang yang dulu jadi primadona karena build quality dan daya tahan, sekarang mulai drop. Apa penyebabnya?
Dalam analisanya, pengamat bidang keuangan dan investasi Yossy Girsang menyebut bukan karena kualitas mobil Jepang menurun, tetapi karena mobil listrik (EV) dari China semakin gencar menyerbu pasar dengan harga yang ‘semakin jauh lebih murah’.
“Merek-merek seperti BYD, Wuling, Ora, dan MG makin serius menancapkan kukunya. Mereka ngasih fitur canggih, desain futuristik, dan harga yang jauh di bawah mobil hybrid Jepang, apalagi mobil konvensional bensin,” kata Yossy dalam postingannya di platform media sosial Instagram, yang dikutip di Jakarta, Sabtu (10/5/2025).
“Bayangin, orang bisa dapet mobil listrik baru dengan fitur semi-autonomous, layar gede, dan range 300 km ke atas dengan harga mirip-mirip mobil bekas Jepang tahun 2018-2020. Ya jelas banyak yang mikir dua kali buat beli mobil bekas kalau mobil barunya aja udah serasa ‘masa depan’,” lanjut dia.
Menurut Yossy, brand Jepang seperti Toyota, Honda, bahkan Mazda yang biasanya nilai jual bekasnya cenderung stabil mulai ikut anjlok di beberapa segmen. Apalagi di kategori city car dan SUV kelas menengah. Pasalnya, kata dia, orang-orang sekarang lebih tertarik untuk mencoba mobil listrik, apalagi kalau bisa dapat insentif pajak atau bebas ganjil-genap (di beberapa kota).
“Dealer mobil bekas mulai ngerasain dampaknya. Unit yang dulu cepat laku, sekarang butuh waktu lebih lama untuk terjual. Banyak showroom akhirnya turunin harga lebih agresif, atau banting setir mulai nyetok EV juga. Di marketplace mobil bekas, mobil-mobil seperti Toyota Vios, Honda HR-V, dan Nissan X-Trail udah turun harga lumayan drastis dalam 6-12 bulan terakhir,” ucap Yossy.
Menurut data yang dimiliki Yossy, Alphard 2.5 G 2020 di pasar bekas sekarang ditawarkan di kisaran Rp950 juta hingga Rp1,1 miliar, tergantung kondisi. Dan itu masih terkena kebijakan ganjil-genap (di beberapa kota). Sementara Denza D9, premium EV baru (merek di bawah BYD, didukung Mercedes-Benz) ditawarkan di kisaran Rp1,05 miliar (on the road). Sudah bebas ganjil-genap, pajak per tahunnya pun terbilang murah.
Apakah ini akhir dari era mobil Jepang?
“Belum tentu. Tapi yang jelas, dominasi mereka sekarang mulai digoyang. China datang bukan cuma bawa mobil murah, tapi juga bawa teknologi dan value yang makin susah disaingi. Jepang perlu cepat adaptasi baik dengan teknologi EV, harga yang lebih kompetitif, maupun inovasi dalam layanan,” ujar Yossy.