Musik tak Hanya Hiburan, tapi Latihan Empati dan Kontrol Emosi Sejak Dini


Musik bukan sekadar hiburan bagi anak-anak. Lebih dari itu, aktivitas bermain musik terbukti mampu menstimulasi emosi, meningkatkan empati, dan membantu anak mengembangkan kemampuan komunikasi serta koordinasi sejak usia dini.

Hal ini disampaikan oleh Dr. Lisa Pangemanan, anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatrik Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam seminar daring yang digelar Selasa (24/6/2025).

“Bermain musik bisa menstimulasi emosi, jadi bukan hanya pada pendengarnya, tetapi juga bagi yang memainkan. Bisa meningkatkan komunikasi, koordinasi, kerjasama, dan empati,” kata dr. Lisa.

Menurutnya, proses belajar bermain musik yang kompleks secara tidak langsung mengajarkan anak memahami kesulitan orang lain. Ini menjadi dasar munculnya empati.

“Kalau kita sendiri sudah melalui proses bagaimana kita belajar, mulai dari dulu bisa sampai dengan bisa, dan kita melihat bahwa orang lain mengalami kesulitan, kita bisa berempati, kita bisa mengerti kesulitan yang dia hadapi,” jelasnya.

Ia menambahkan, musik juga melatih anak untuk tidak mudah menghakimi atau memberi kritik berlebihan terhadap penampilan orang lain, karena mereka memahami betapa sulitnya menguasai kemampuan bermusik. Ini menjadi pengalaman sensorik dan motorik yang lengkap atau yang disebutnya multisensori motor experience yang berdampak besar terhadap perkembangan otak.

“Kalau pun ada penampilan yang kurang, kita tidak langsung memberikan kritik yang bagaimana. Seperti kalau kita melihat konser musik yang dikerjakan oleh anak-anak, mereka tidak semuanya memberikan satu penampilan yang ekselensi, yang sempurna. Tetapi kita belajar untuk mengapresiasi itu, dan antar mereka sendiri, mereka belajar berempati,” lanjut dr. Lisa.

Dalam penjelasannya, ia juga menyinggung respon anak terhadap suara sudah dimulai sejak dalam kandungan, tepatnya tiga bulan terakhir kehamilan. Irama pertama yang dikenali bayi adalah detak jantung ibunya. Karena itu, paparan musik sejak dini berperan penting dalam perkembangan memori dan plastisitas otak.

“Musik bisa meningkatkan kemampuan untuk mengingat informasi. Kita pasti pernah mendengar mengenai Mozart efek,” ujarnya.

Walau efek Mozart masih diperdebatkan di kalangan ilmiah, dr. Lisa menegaskan perkembangan anak sejatinya telah berlangsung sejak dalam kandungan, dengan percepatan paling pesat dalam dua tahun pertama kehidupan.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa pengaruh musik terhadap perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh sebab itu, pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala tetap menjadi hal yang penting untuk dilakukan demi hasil yang optimal.

“Secara normatif biasanya musik yang membawa dampak menenangkan. Ada frekuensi tertentu, ada beberapa beat per minute yang membuat rasa nyaman dan juga tenang untuk anak,” tutupnya.