Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkapkan tidak memiliki informasi mengenai apakah Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), sebuah kelompok bantuan yang didukung AS, telah mengirimkan pasokan apa pun ke wilayah Palestina yang dilanda perang.
Kelompok kurang dikenal itu, yang telah menimbulkan kontroversi sejak muncul pada awal Mei, mengumumkan mereka telah mulai mendistribusikan truk-truk berisi makanan di Jalur Gaza. Namun, pejabat dari badan kemanusiaan PBB OCHA dan UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, mengatakan mereka tidak mengetahui apakah ada bantuan yang benar-benar telah didistribusikan.
PBB dan badan-badan bantuan internasional mengatakan bahwa mereka tidak akan bekerja sama dengan GHF, di tengah tuduhan bahwa lembaga itu bekerja sama dengan Israel tanpa melibatkan Palestina.
“Ini mengalihkan perhatian dari apa yang sebenarnya dibutuhkan, yaitu pembukaan kembali semua penyeberangan ke Gaza; lingkungan aman di Gaza; dan fasilitasi perizinan serta persetujuan akhir lebih cepat untuk semua pasokan darurat yang kami miliki di luar perbatasan untuk masuk,” tambah juru bicara OCHA Jens Laerke dalam jumpa pers di Jenewa, kemarin.
Juru bicara UNRWA Juliette Touma menambahkan, bantuan ke Gaza masih sangat, sangat jauh dari apa yang dibutuhkan. “Minimal 500 hingga 600 truk per hari yang membawa makanan, bantuan medis, bahan bakar, air, dan pasokan dasar lainnya,” katanya, berbicara melalui tautan video dari Amman.
Bantuan kemanusiaan telah mulai mengalir kembali ke Gaza dalam beberapa hari terakhir setelah Israel mencabut blokade selama 11 minggu. Touma mengatakan tidak ada pasokan UNRWA yang masuk sejak 2 Maret. Sementara Laerke mengatakan dia tidak memiliki informasi tentang berapa banyak truk PBB yang telah melewati perlintasan Kerem Shalom dalam 24 jam terakhir, sebagian karena Israel tidak mengizinkan mereka.
Pejabat PBB telah menyuarakan kekhawatiran bahwa GHF dapat digunakan untuk mempersenjatai bantuan dengan membatasi siapa saja yang berhak menerimanya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengonfirmasi bahwa mereka tidak akan bekerja sama dengan GHF.
Lembaga-lembaga itu telah memboikot yayasan tersebut, yang menurut mereka merusak prinsip bahwa bantuan kemanusiaan harus didistribusikan secara independen dari pihak-pihak yang berkonflik, berdasarkan kebutuhan. “Bantuan kemanusiaan tidak boleh dipolitisasi atau dimiliterisasi,” kata Christian Cardon, juru bicara utama Komite Palang Merah Internasional.
Pada hari Minggu, Direktur Eksekutif GHF Jake Wood mengundurkan diri, dengan mengatakan bahwa mustahil untuk melakukan pekerjaannya sesuai prinsip-prinsip kemanusiaan. Beberapa jam kemudian, Dewan GHF menuduh mereka yang mendapatkan keuntungan dari status quo menyerang kelompok tersebut. GHF menuding Hamas terancam oleh model operasi baru ini, dan akan melakukan segala daya untuk membuatnya gagal.
GHF Klaim Distribusikan Ribuan Bantuan
Sementara GHF mengklaim telah mendistribusikan sekitar 8.000 kotak makanan, setara dengan sekitar 462.000 makanan setelah blokade Israel selama hampir tiga bulan di daerah kantong itu.
Ratusan warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, sebagian berjalan kaki atau naik kereta keledai, Selasa (27/5/2025), berbondong-bondong menuju salah satu lokasi distribusi di kota selatan Rafah, yang berada di bawah kendali penuh tentara Israel, untuk menerima paket makanan. Beberapa penerima menunjukkan isi paket, yang meliputi beras, tepung, kacang kaleng, pasta, minyak zaitun, biskuit, dan gula.
Rekaman, yang tidak dapat segera diverifikasi oleh Reuters, menunjukkan barisan orang berjalan melalui koridor yang dipagari kabel dan menuju lapangan terbuka yang luas tempat bantuan ditumpuk. Kemudian, gambar yang dibagikan di media sosial menunjukkan sebagian besar pagar dirobohkan saat orang-orang berdesakan untuk masuk ke lokasi.
“Apa yang terjadi hari ini adalah bukti konklusif kegagalan pendudukan dalam mengelola krisis kemanusiaan yang sengaja diciptakan melalui kebijakan kelaparan, pengepungan, dan pemboman,” kata kantor media pemerintah yang dikelola Hamas dalam sebuah pernyataan.
Israel mengatakan GHF yang berpusat di Swiss merupakan inisiatif yang didukung AS dan pasukannya tidak akan terlibat di titik distribusi tempat makanan akan dibagikan. Namun dukungannya terhadap rencana tersebut, menyerupai skema Israel yang digulirkan sebelumnya, dan kedekatannya dengan AS telah membuat banyak orang mempertanyakan kenetralan yayasan tersebut.
Militer Israel mengatakan empat lokasi bantuan telah didirikan dalam beberapa minggu terakhir di seluruh wilayah kantong itu. Dua di antaranya di wilayah Rafah mulai beroperasi pada hari Selasa dan mendistribusikan paket makanan kepada ribuan keluarga di Jalur Gaza.
Kelompok kemanusiaan yang diberi pengarahan tentang rencana yayasan tersebut mengatakan siapa pun yang mengakses bantuan harus tunduk pada teknologi pengenalan wajah. Banyak warga Palestina ketakukan dengan metode ini karena akan digunakan Israel untuk melacak dan berpotensi menargetkan mereka.