PDIP-Gerindra Vs Golkar-NasDem, Pengamat: Jangan Terpolarisasi Mereka Sahabat

Pakar komunikasi politik Emrus Sihombing mengingatkan rakyat untuk menghindari polarisasi perilaku para politikus seolah-olah  ada di kutup A dan B, karena hakikatynya mereka adalah sahabat. 

Demikian ditekankan Emrus Sihombing ketika menyikapi prediksi Pilpres 2024 bakal menjadi pertarungan politik PDIP-Gerindra melawan Golkar-NasDem. 

“Bisa saja PDIP dengan Golkar, Gerindra dengan NasDem atau Anies-Puan. Contoh saja pilkada kemarin PKS-PDIP di daerah mereka koalisi tetapi seolah-olah di pusat mereka berbeda. Jadi situasi ini sangat cair,” kata Emrus Sihombing kepada Inilah.com, Kamis (4/11/2021).

Politik di Indonesia anomali dan unik tidak bisa diprediksi. Dia mencontohkan saat momentum Pilpres 2019, Prabowo Subianto dan Joko Widodo berbeda pandangan politik. Setelah Jokowi menang Prabowo justru masuk bergabung di kabinet.

“Artinya Prabowo mendukung visi misi Jokowi. Jadi paslon-paslon yang disebut tadi itu juga tidak pasti. Formasi bisa saja berubah dan tetap tergantung dialog-dialog politik,” ucap Emrus.

Emrus menambahkan koalisi partai politik di Indonesia tidak dibangun atas dasar ideologi tetapi kerjasama partai. Pasalnya terbangun setelah menit-menit terakhir penentuan pasangan calon presiden dan wakil presiden.  

“Jadi kita di Indonesia ini kerjasama partai,  karena koalisinya last minute dan sangat pragmatis. Kalau ideologi itu kan harusnya sudah dibangun dalam proses lama. Jadi koalisi  ideologi itu bukan persoalan kalah menang di pemilu, tetapi bagaiamana bertarung gagasan dan ide,” tutup dia. 

Exit mobile version