Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan tercatatnya peningkatan di beberapa negara tetangga terkait dengan kasus COVID-19, tentu terjadi karena mereka melakukan surveilan kasus serta pencatatan dan pelaporan dengan sistematis dan sangat baik.
Masih menurutnya, bukan hanya ketika pandemi berkecamuk tetapi juga pada keadaan biasa.
Surveilan memang merupakan tulang punggung pengendalian penyakit menular, termasuk COVID-19. Malaysia misalnya, masih tetap memberlakukan “Prevention and Control of Infectious Diseases Act 1988 [Act 342]”, di mana semua fasilitas pelayanan kesehatan di Malaysia, baik pemerintah maupun swasta, harus melaporkan secara real time semua kasus COVID-19 yang mereka temui.
“Suatu hal yang dapat mewujudkan deteksi dini dan juga respon segera (early detection and rapid response) untuk antisipasi potensi wabah atau kalau ada kemungkinan yang lebih besar lagi,” papar Tjandra Yoga Aditama kepada Inilah.com, Jakarta, Sabtu (24/05/2025).
COVID-19 memang masih ada di tengah masyarakat. Kasusnya masih ada di berbagai negara, termasuk Indonesia juga. Jadi karena terdapat kasus maka tentu saja ada kemungkinan variasi peningkatan kasus dari waktu ke waktu.
“Yang penting variasi epidemiologik ini dipantau ketat, bukan hanya perubahan jumlah kasus dan kematian tetapi juga pola genomiknya,” ujarnya.
Masih menurutnya, sejauh ini kasus-kasus yang ada di negara tetangga tetap disebabkan oleh bagian dari Omicron.
“Di Singapura maka subvarian lama masih mendominasi, antara lain JN.1 dengan dengan turunannya seperti LF.7 dan NB.1.8. Di Thailand, dilaporkan ada Omicron varian XEC. Varian XEC ini memang merupakan galur rekombinan baru yang pertama kali ditemukan di Jerman pada Juni 2024, yang merupakan hybrid dari dua subvariant, KS.1.1 (FLiRT) dan KP.3.3 (FLuQE). XEC ini mengandung beberapa mutasi yang memang membuatnya lebih mudah tertular dan kini di temukan di setidaknya 15 negara di Eropa, Amerika Utara dan Asia. Belum ada penjelasan tentang ada tidaknya XEC di negara kita,” katanya.
Soal vaksinasi maka memang anjuran umum adalah untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19 setahun sesudah vaksinasi terdahulu.
“Waktu saya di New York di berbagai Toko Farmasi CVS besar di New York selalu ada pojok untuk vaksinasi, termasuk juga COVID-19, walaupun tidak ada peningkatan kasus di Amerika sekarang ini,” paparnya.
Dia menekankan, ada yang harus dilakukan pemerintah. Pertama harus terus meningkatkan survailan epidemiologik dan genomik.
“Memantau ketat pola perubahan epidemiologik negara tetangga dan juga negara-negara lain di dunia, antara lain dengan kerjasama ASEAN dan juga dengan WHO. Pada saat ini tentu tidak diperlukan pembatasan kedatangan warga dari negara tetangga, dan belum perlu juga pembatasan kunjungan warga kita ke negara tetangga, walaupun tentu tetap perlu waspada,”ujarnya.