Ototekno

PHK Besar Meta, Akibat Mentalitas Kawanan di Sektor Teknologi

Perusahaan induk Facebook, Meta, akan mengurangi 25 persen tenaga kerjanya. Keistimewaan teknologi sudah tinggal kenangan. Perusahaan teknologi sebelumnya jor-joran merekrut karyawan dan menjadi tanda bahwa mereka sedang tumbuh sehat. Tapi ternyata langkah itu salah.

PHK baru-baru ini banyak dilakukan perusahaan teknologi besar dari Meta hingga Shopee. Padahal selama ledakan era pandemi di sektor teknologi, jumlah karyawan menjadi salah satu barometer kesuksesan di sektor teknologi.

Kuartal demi kuartal, di samping metrik tradisional seperti pertumbuhan pendapatan dan margin operasi, perusahaan di seluruh Lembah Silikon melaporkan kepada analis dan investor bahwa ribuan pekerja telah mereka tambahkan dengan pembengkakan biaya gaji yang luar biasa.

Beth Kowitt dan Parmy Olson dalam Bloomberg Opinion, mengungkapkan pengikut utama dari pendekatan perekrutan yang meriah ini adalah perusahaan induk Facebook Meta, yang selama tiga tahun terakhir mengembangkan basis karyawannya dengan kecepatan yang memusingkan.

“Antara akhir 2019 dan jumlah karyawan puncaknya pada 2022, ukuran kepegawaian perusahaan hampir tumbuh dua kali lipat menjadi sekitar 87.000 karyawan,” kata keduanya.

Perekrutan guna mempertahankan proyek ambisiusnya yang dalam beberapa kasus tampaknya bernasib buruk, seperti taruhan besarnya pada metaverse. Tapi aksi rekruitmen jor-joran itu juga menyebabkan perusahaan mengambil sikap agresif dalam perang bakat karena meraup pekerja teknologi yang terampil daripada membiarkan mereka bermigrasi ke pesaing.

Baru-baru ini, seorang mantan karyawan Meta yang diberhentikan pada putaran pertama PHK, mengatakan dalam sebuah video yang diposting di platform pesaingnya, TikTok bahwa “Sepertinya Meta mempekerjakan kami sehingga perusahaan lain tidak dapat memiliki kami dan kemudian mereka hanya menimbun kami seperti kartu Pokemon.”

Kepala Eksekutif Meta Mark Zuckerberg Selasa (14/3/2023) mengatakan bahwa perusahaan akan memangkas 10.000 karyawan tambahan di atas pemotongan 11.000 yang diumumkan pada November 2022. Secara keseluruhan, itu hampir 25 persen pengurangan tenaga kerjanya dari posisi puncak jumlah karyawan perusahaan enam bulan lalu.

Kegagalan kebijakan personalia

Ledakan perekrutan teknologi yang intens kini telah berubah menjadi kegagalan perekrutan sehingga berbuah PHK massal. Apa yang muncul di permukaan adalah aksi pemangkasan jumlah pekerja secara massal seperti ini terkesan seperti masalah yang biasa dilakukan perusahaan. Seperti efisiensi atau mengontrol biaya, dan membuat investor di Wall Street berbahagia.

Tapi aksi PHK massal juga mencerminkan pergeseran yang lebih dalam dari pola pikir tentang metrik pertumbuhan di sektor teknologi yang selama ini memiliki aturan sendiri.

Masih mengutip Bloomberg, selama pandemi, CEO teknologi mempercepat pembangunan kerajaan mereka dengan menambah jumlah karyawan makin besar dan terus bertambah. Fenomena ini malah diartikan bahwa kondisi kesehatan perusahaan secara keseluruhan sangat baik. Menjadi sebuah tanda bahwa perusahaan memiliki dana besar, pengaruh, dan ambisi besar.

“Artinya, perusahaan teknologi malah beralih ke cara yang lebih tradisional untuk mengukur kesuksesan – sebagian karena itulah yang dituntut Wall Street saat ekonomi dan kinerja mereka memburuk,” ungkapnya.

Dalam kasus ini, Apple terlihat unik dengan menghindari pesta perekrutan yang dipicu pandemi sehingga pada akhirnya mendorong inefisiensi dan terpaksa melakukan PHK besar-besaran.

Terinspirasi Elon Musk

Salah satu sumber inspirasi untuk menurunkan ‘berat badan’ perusahan-perusahaan teknologi tidak lain datang dari Elon Musk, yang telah ‘menghancurkan’ staf Twitter sejak mengakuisisi platform media sosial tersebut tahun lalu. Ia telah mengubah dari 7.500 karyawan menjadi sekitar 2.000, dengan dilaporkan tambahan 10 persen karyawan dipotong lagi bulan lalu.

Musk entah bagaimana caranya ternyata masih mampu menjaga platform media sosial miliknya tetap berjalan meskipun banyak yang tidak setuju dan membantah anggapan ini. Akibatnya, kru secara structural mengalami demoralisasi.

Perusahaan di Silicon Valley cenderung bekerja dalam mentalitas kawanan. Mereka menyewa bersama sebagai satu paket, dan mereka menembak bersama sebagai satu paket. Itulah salah satu alasan mengapa begitu banyak pemotongan awal di seluruh sektor turun dalam kisaran 6 persen hingga 10 persen dari jumlah karyawan keseluruhan perusahaan.

Dengan Meta sekarang mencapai pengurangan staf hampir 25 persen, ada kemungkinan yang sangat nyata bahwa orang lain di dunia teknologi akan mengikutinya. Tetapi jika ada waktu untuk melepaskan diri dari mentalitas pemikiran kelompok teknologi, inilah saatnya.

Melakukan PHK dengan mudahnya bukan pertanda baik bagi industri yang mengandalkan bakat untuk mendorong keunggulan kompetitif. Sementara talenta teknologi yang diminati kemungkinan akan dengan cepat diserap kembali ke pekerjaan yang menguntungkan. Padahal para pekerja trampil ini sudah banyak mendapat pelatihan, berhasil melewati tantangan yang tentu saja perusahaan sudah mengeluarkan biaya tidak sedikit untuk program karyawan itu.

PHK mengakhiri hubungan majikan-karyawan, tetapi itu tidak berarti perusahaan dapat melakukannya dengan sembarangan. Bisa jadi, perusahaan yang menerapkan lebih ketat dan menahan diri pada keputusan untuk melakukan PHK massal, akan menjadi perusahaan yang menuai keuntungan besar dalam jangka panjang.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button