Potensi Kenaikan Harga Minyak Masih Terbuka Lebar Meski Iran-Israel Gencatan Senjata


Pengamat Hubungan Internasional Robi Sugara mengatakan potensi naiknya harga minyak masih terbuka, meski Iran dan Israel sudah umumkan gencatan senjata. Penghentian aksi lontarkan misil ini tak menyurutkan tensi kedua negara.

“Saya kira masih was-was meskipun kedua belah pihak sudah mulai agak deeskalasi, menurunkan komentar-komentarnya antara pimpinan negara, baik itu Iran ataupun Israel,” kata Robi saat dihubungi Inilah.com, Jakarta, Rabu (25/6/2025).

Ditambah, gencatan ini lahir bukan atas kemauan kedua belah pihak yang sedang bertikai melainkan dari pihak ketiga. Tentu para pelaku bisnis melihat ini bukan sebagai sinyal aman, ketegangan bisa pecah kapan saja. Melintasi Selat Hormuz bukan opsi yang tepat untuk saat ini. “Sehingga pelaku ekonomi masih was-was dalam kondisi ini, karena saya kira ini hanya juga sedikit saja (redamnya),” ujarnya.

Meski begitu, langkah kedua negara untuk menghentikan serangan mereka untuk sementara waktu, patut diapresaisi. Sebab, stabilitas perdagangan internasional yang semula dikhawatirkan akan terganggu total justru bisa diredam sejenak. “Iran yang menjadi kunci dalam menjaga stabilitas perdagangan internasional. Itu kan terbukti dia (Iran) tidak melakukan aksi-aksi berikutnya,” jelasnya.

Diketahui, meskipun Selat Hormuz masih terbuka dan lalu lintas kapal terus berlangsung secara komersial, namun sejumlah asosiasi pelayaran dan otoritas keamanan maritim global memperingatkan risiko eskalasi yang meningkat dari Iran dan kelompok sekutunya, termasuk Houthi di Yaman.

Data pelacakan AIS menunjukkan sekitar selusin kapal tengah berlayar di jalur pemisah lalu lintas Hormuz pada Senin pagi waktu setempat, sebagian besar menuju arah timur. Namun, gangguan sinyal GPS dan kapal yang berlayar tanpa sinyal AIS (“dark ships”) membuat situasi di perairan tersebut tidak sepenuhnya terpantau.

Kementerian Pelayaran Yunani telah meminta para pemilik kapal untuk pikir ulang soal keputusan berlayar melewati Selat Hormuz. Jika tetap melintas, mereka diminta meningkatkan level keamanan, menjaga jarak aman dari wilayah perairan Iran, dan mencatat detail kejadian secara menyeluruh.

Baltic and International Maritime Council (BIMCO)  juga memperingatkan risiko tinggi di Laut Merah dan Teluk Aden setelah Houthi menyatakan kembali niatnya menyerang kapal yang terafiliasi dengan Amerika Serikat dan Israel. Namun, kapal dagang lain pun tidak luput dari potensi risiko serangan salah sasaran.

Ancaman dari Houthi terhadap pelayaran di Laut Merah kini meningkat. Serangan terhadap kapal dagang di luar afiliasi Israel atau AS tidak bisa dikesampingkan,” ujar Kepala Keamanan BIMCO, Jakob Larsen, seperti dilansir oleh Maritime Executive.