Kabar baik bahwa Indonesia berhasil berswasembada beras dan jagung, ternyata tak baik untuk Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Karena bea masuk untuk kedua komoditas itu, nol.
Kata Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Anggito Abimanyu, Kemenkeu mencatat penerimaan dari bea masuk merosot 1,9 persen pada April 2025. Terdampak tak adanya impor beras, jagung, serta gula.
Berdasarkan Kemenkeu, kata Wamenkeu Anggito, realisasi bea masuk hanya Rp15,4 triliun atau 29,2 persen dari target APBN.
Sedangkan total penerimaan bea dan cukai adalah Rp100 triliun, atau tumbuh 4,4 persen secara tahunan (year on year/yoy), yakni 33,1 persen dari target.
“Bahwa penurunan ini (bea masuk merosot 1,9 persen yoy) bukan signifikan karena kita tidak mengimpor beras, jagung, dan gula sehingga tidak ada aspek penerimaan bea masuknya,” jelas Wamenkeu, Anggito di Jakarta, Minggu (25/5/2025).
“Jadi, untuk hal yang positif. Untuk menjelaskan, memang tidak ada impor beras (atau) komoditas pangan (jagung dan gula), sehingga tidak ada bea masuk untuk tujuan yang positif,” imbuh Wamenkeu Anggito.
Dia menuturkan, penerimaan dari bea masuk justru akan positif jika pengaruh 3 komoditas itu dihilangkan. Terlebih, pembandingnya adalah data impor beras, jagung, dan gula pada 2024.
“Jika pengaruh impor komoditas pangan tersebut (beras, jagung, gula) tidak diperhitungkan, maka penerimaan bea masuknya naik 4,3 persen,” klaim Wamenkeu Anggito.
Di lain sisi, sumbangan lain penerimaan sektor ini datang dari bea keluar sebesar Rp11,3 triliun. Bea keluar tumbuh 95,9 persen secara year on year berkat kenaikan harga crude palm oil (CPO).
Sedangkan kontribusi cukai ke kas negara sejauh ini menyentuh Rp73,2 triliun. Walau merosot 1,4 persen secara tahunan (yoy), capaian ini sudah 30 persen dari target APBN.
Sebelumnya, Menko Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) menyebut, Indonesia berhasil swasembada pangan pada tahun ini. Pasalnya, Indonesia sudah tidak melakukan impor beras dan jagung tahun ini.
“Insha Allah, tahun ini beras kita sudah swasembada, tidak impor lagi. Jagung juga Insha Allah kita tahun ini tidak impor lagi,” ujar Menko Zulhas di Boyolali, Kamis (20/5/2025).
Menurutnya, program swasembada pangan yang diterapkan pemerintah dilakukan secara bertahap. Termasuk untuk kebutuhan karbohidrat dan protein.
“Karena memang program Pemerintah ini kita secara pelan-pelan kita harus Swasembada. Baik pangan karbohidrat. Karbohidrat itu ya beras, jagung, juga protein. Nah protein itu ada telur, ikan, ayam, susu, daging. Memang bertahap,” terangnya.
Di sisi lain, Indonesia dinilai sudah swasembada beras karena sudah tidak melakukan impor tahun ini. Hal sama berlaku untuk komoditas jagung yang sudah tak lagi impor.
Ia berharap persediaan bahan pangan di pasaran lebih banyak dan stabil khususnya mendekati Lebaran 2025. “Menjelang lebaran ini mudah-mudahan barangnya banyak, stabil,” ungkapnya.