Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, secara jujur mengakui bahwa rencana menghidupkan kembali Piala Indonesia masih jauh dari kata mudah. Meski terbuka terhadap usulan sejumlah pihak, Etho—sapaan akrabnya—menilai realisasi turnamen tersebut terkendala oleh kompleksitas geografis dan padatnya kalender sepak bola nasional.
Dalam keterangan kepada media di The Langham, Jakarta, Senin (7/7/2025), Erick menjelaskan bahwa Indonesia memiliki tantangan unik dibanding negara-negara Asia Tenggara lain.
“Coba di Asia Tenggara, liga mana yang punya 18 klub? Kayaknya enggak ada. Singapura cuma enam, Thailand 16. Kita 18. Dan geografis kita dari ujung ke ujung itu delapan jam naik pesawat, bukan mobil. Ini negara kepulauan. Jadi, sudah klubnya banyak, jaraknya juga jauh,” ujar Erick.
Kendala lain, menurut Erick, terletak pada padatnya agenda kompetisi yang dihadapi klub-klub Indonesia. Selain jadwal Liga 1 yang sudah ketat, klub-klub top seperti juara dan runner-up Liga 1 juga tampil di level Asia—AFC Champions League II, AFC Challenge League, hingga ASEAN Club Championship.
“Jadwal kita bukan main. Klub main Jumat sampai Minggu, lalu tengah pekan ada AFC. Sekarang AFC ada tiga tingkat. Belum lagi AFF Club Championship di tengah,” katanya.
Erick mengungkapkan, dirinya pun menerima keluhan langsung dari klub-klub soal sulitnya pengaturan jadwal yang melibatkan pertandingan lokal dan internasional.
“Klub-klub bilang, ‘Pak, gimana cara ngaturnya?’ Habis main Minggu, Senin sudah berangkat ke luar negeri. Sampai di sana Selasa atau Rabu, malamnya langsung main. Kapan latihan? Kamis pulang, Jumat sudah harus siap lagi,” jelasnya.
Meski demikian, Erick tidak menutup pintu bagi kemungkinan digelarnya kembali Piala Indonesia. Ia menyambut baik diskusi yang dimulai oleh PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan klub-klub, namun mengingatkan bahwa keputusan akhir tetap harus rasional dan realistis.
“Piala Indonesia silakan, kalau memang bisa masuk ke dalam kalender. Tapi seperti yang saya bilang, saya tidak takut dihujat karena saya percaya proses,” tegasnya.
Erick menutup dengan ajakan untuk duduk bersama mencari solusi yang logis.
“Ini pola pikir yang harus kita dudukkan bersama. Tidak ada salah dan benar. Saya mendukung Piala Indonesia, tapi kalendernya kapan?” pungkasnya.