Begitu melangkah ke dalam gerbong KRL, alih-alih disambut gerah atau pengap, yang terasa adalah embusan AC yang menusuk tulang. Saking dinginnya, bulu kuduk pun ikut berdiri! Itulah sensasi ‘merinding’ yang dirasakan banyak penumpang saat menjajal wajah baru Kereta Rel Listrik (KRL) yang diimpor dari China.
Geby (28) yang sehari-hari menaiki KRL sempat kaget dengan suasana yang berubah drastis dengan interior yang lebih modern, pencahayaan lembut, tempat duduk ergonomis, hingga suara pintu otomatis yang nyaris tanpa dengung.
“Kereta barunya keren banget, interiornya bagus terus keretanya dingin banget. Dalamnya juga keliatan bersih jadinya, semoga terus dipertahankan seperti ini ini,” ucap Geby seorang karyawan swasta yang biasa naik KRL Depok Baru-Tebet.
Bagi Geby, memasuki KRL baru seperti memasuki dunia yang berbeda. Dulu, meski masih pagi buta, keringat sudah bercucuran lantaran AC yang kurang dingin ditambah lagi desakan penumpang yang bikin sesak napas. Sekarang? “Suasana baru ini bikin saya lebih nyaman naik kereta,” katanya sambil tersenyum. Perjalanan harian yang tadinya terasa seperti uji ketahanan fisik, kini jadi lebih manusiawi.
Layani Rute Bogor dan Cikarang
PT KAI Commuter resmi mengoperasikan KRL baru buatan China, yang memiliki kapasitas angkut penumpang lebih besar dibandingkan armada sebelumnya. KRL baru ini bertipe CLI-125 dapat mengangkut hingga 3.400 penumpang dalam satu kali perjalanan. KRL ini melayani rute antara Bogor dan Cikarang.
“Mulai 1 Juni 2025 ini, KAI Commuter mulai mengoperasikan layanan pengganti dengan menggunakan tiga train set yang baru untuk lintas Bogor dan Cikarang. Pengoperasian sarana KRL baru ini menjawab harapan masyarakat untuk optimalisasi layanan Commuter Line Jabodetabek,” kata Asdo Artriviyanto Asdo, Direktur Utama KAI Commuter, dalam keterangan tertulisnya.
Sarana KRL baru ini telah menggunakan teknologi terbaru yaitu Train Control Monitoring System (TCMS), yaitu sistem pengoperasian kereta dengan sistem terpusat yang dapat meningkatkan keselamatan dan efisiensi operasional dalam kereta. Sedangkan pada sistem pintu otomatis, KRL baru ini mengadopsi teknologi Anti Trap yang berfungsi untuk keselamatan dan mencegah potensi penumpang terjepit pintu otomatis.
KRL seri CLI-125 memiliki dimensi panjang sekitar 20 meter dan lebar 3 meter untuk setiap gerbong, dan satu rangkaian memiliki 12 gerbong atau Stamformasi 12 (SF12). KRL baru ini memiliki desain eksterior bertemakan “Growing”, yaitu garis lengkung warna merah dan putih mengarah ke atas sebagai simbol untuk terus tumbuh dan meningkatkan layanan.
Asdo menambahkan, sarana KRL baru ini juga memiliki fasilitas interior berupa tempat duduk 42 bangku pada kereta kabin dan 54 tempat duduk pada kereta non-kabin. Sementara itu, kapasitas angkut pengguna sebanyak 250–300 orang setiap kereta dan dilengkapi 8 pintu per keretanya terdiri dari 4 pintu di setiap sisinya untuk memudahkan alur pengguna yang akan naik dan turun.

Sejak diluncurkan, kereta ini langsung mencuri perhatian Dinda. Sistem informasi digital di dalam kereta memudahkan penumpang mengetahui posisi dan stasiun berikutnya secara real time. Suara pengumuman terdengar lebih jernih dan tidak mengganggu. Meski bukan pengguna rutin KRL namun suasana KRL baru menurutnya memberikan sensasi seperti di luar negeri.
“Sempat mikir kayak ‘ini beneran kereta kita nih?’, soalnya pernah pertukaran pelajar ke Korea terus mirip-mirip interiornya modern banget,” ucap Perempuan 25 tahun yang bekerja sebagai designer tersebut. Sebuah pujian tinggi, mengingat Korea dikenal dengan transportasi publiknya yang super modern. Jadi, kini naik KRL di Jakarta serasa plesiran ke luar negeri?
Pengadaan KRL buatan China ini merupakan bagian dari strategi modernisasi armada PT KAI Commuter untuk menjawab tantangan lonjakan jumlah penumpang setiap tahun. Rangkaian ini diimpor dari CRRC (China Railway Rolling Stock Corporation), salah satu produsen kereta terbesar di dunia.
Hadirnya KRL baru ini membawa harapan segar bagi jutaan warga yang setiap hari menggantungkan nasib pada kereta api. Kenyamanan dan kemodernan yang ditawarkan menjadi bukti nyata bahwa transportasi publik Indonesia bisa naik kelas. Bukan hanya soal angkut-mengangkut penumpang, tapi juga tentang memberikan pengalaman perjalanan yang lebih manusiawi dan mungkin memberikan sedikit sensasi merinding karena AC-nya!