Seruan Bono U2 di Tengah Gejolak Gaza: Lepaskan Israel dari Netanyahu


Dalam sebuah malam penghargaan yang seharusnya penuh tepuk tangan dan nostalgia musik, tiba-tiba terdengar suara yang mengguncang isu paling panas di Timur Tengah. Adalah Bono, vokalis legendaris band rock U2, yang membuka panggung Ivor Novello Awards dengan bukan hanya nyanyian, tapi juga pernyataan politik yang tak bisa diabaikan.

“Israel harus dibebaskan dari Benjamin Netanyahu dan kaum fundamentalis sayap kanan yang memelintir teks-teks suci mereka,” ujar Bono, dengan nada yang lebih mirip pidato diplomatik daripada sambutan musisi.

Kalimat itu langsung menyambar perhatian dunia. Tidak hanya karena ia menyebut nama Perdana Menteri Israel secara langsung, tapi juga karena ia menyandingkannya dengan kecaman terhadap Hamas. “Hamas: Bebaskan para sandera. Hentikan perang ini. Israel: Bebaskan dirimu dari Netanyahu dan kaum fanatik,” lanjut Bono. Tak lupa, ia juga menyuarakan perlindungan bagi para pekerja kemanusiaan: “Mereka adalah yang terbaik dari kita.”

Bono tak datang sendiri malam itu. Bersama para personel U2, ia menerima penghargaan kehormatan Academy Fellowship dari Ivor Novello Awards—salah satu penghargaan paling bergengsi di dunia musik Inggris.

Alih-alih membiarkan malam berjalan biasa, U2 memilih menutup dengan lagu Sunday Bloody Sunday, sebuah lagu protes yang sejak lama menjadi simbol perlawanan damai atas kekerasan negara. Lagu tersebut bercerita tentang pembantaian 13 demonstran tak bersenjata oleh pasukan Inggris di Derry, Irlandia Utara, tahun 1972. Kini, lagu itu kembali bergema di tengah peristiwa berdarah lainnya: serangan Israel ke Gaza.

Bukan Sekadar Musisi

Bono memang bukan orang asing dalam dunia aktivisme. Ia telah bertahun-tahun terlibat dalam kampanye global tentang kemiskinan, HIV/AIDS, dan keadilan sosial. Pada 2008, ia bahkan menerima Peace Summit Award dari para peraih Nobel Perdamaian. Namun, ini adalah kali pertama ia secara langsung menyebut nama Netanyahu sejak perang Gaza meletus pada Oktober 2023.

Pernyataannya muncul di saat posisi Netanyahu tengah mendapat tekanan internasional yang luar biasa. Sejumlah pemimpin dunia dari Eropa hingga Amerika mulai secara terbuka mengkritik strategi militer Israel yang dianggap brutal dan tidak proporsional, khususnya terhadap warga sipil Palestina.

Organisasi kemanusiaan dunia, termasuk PBB, telah memperingatkan bahwa Gaza kini menghadapi ancaman kelaparan massal setelah lebih dari sebelas minggu pemblokiran bantuan kemanusiaan.

Pernyataan Bono bukan tanpa dasar. Di bawah pemerintahan Netanyahu, Israel saat ini berada di bawah tekanan kelompok koalisi sayap kanan paling keras dalam sejarah politiknya. Menteri-menteri seperti Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich dikenal dengan pernyataan dan kebijakan kontroversial yang tak jarang membakar konflik dengan Palestina.

Ketika Musik Bicara Politik

Bukan pertama kalinya Bono menggunakan panggung untuk menyuarakan keadilan. Tapi kali ini terasa berbeda. Di tengah konflik berkepanjangan yang menewaskan ribuan jiwa—termasuk anak-anak dan perempuan—seruan Bono adalah satu dari sedikit suara berpengaruh dari dunia hiburan yang menolak bungkam.

“Damai menciptakan kemungkinan di tempat yang tampak mustahil,” ujarnya malam itu. Kalimat sederhana, tapi tajam. Sebuah harapan bahwa mungkin, suatu hari, Gaza tak hanya menjadi nama berita duka, dan Israel tak harus terus terperangkap dalam kepemimpinan yang menabur luka lebih dari harapan.

Jika di panggung musik saja bisa lahir suara bagi perdamaian, bagaimana dengan para pemimpin dunia? Saat Bono menyanyikan Sunday Bloody Sunday, dunia mendengarkan. Kini, tinggal apakah mereka mau bergerak.