Tepat setahun menjelang laga pembuka Piala Dunia 2026, FIFA tampaknya masih belum siap membuka semua kartu. Dengan turnamen terbesar sepanjang sejarah yang akan digelar di 16 stadion lintas Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada, publik dibiarkan menggantung soal penjualan tiket, harga kursi umum, lokasi drawing grup, hingga detail keamanan.
Kekhawatiran tak muncul tanpa alasan. Dari total 104 laga yang dijadwalkan, 11 stadion berada di AS, termasuk seluruh fase gugur mulai perempat final hingga final. Catatan buram pengamanan pada final Copa America 2024 lalu — yang tertunda 82 menit akibat penonton menjebol pagar keamanan di Miami Gardens — jadi pengingat pahit bahwa kesiapan logistik FIFA masih dipertanyakan.
Mantan bek timnas AS yang kini analis Fox Sports, Alexi Lalas, menyebut peristiwa itu sebagai “wake-up call”: “Kesuksesan Piala Dunia nanti akan dinilai dari seberapa baik kita mencegah insiden serupa terjadi lagi.”
Belum lagi isu sensitif soal imigrasi. Wakil Presiden AS JD Vance sempat memberi pernyataan ambigu saat bicara soal kedatangan fans internasional: “Tentu saja semua orang diundang. Tapi setelah turnamen selesai, mereka harus pulang… Kalau tidak, silakan berurusan dengan Sekretaris Noem (Keamanan Dalam Negeri).”
Sementara itu, FIFA masih berkelit. Harga tiket reguler belum diumumkan, meski paket hospitality di situs resmi sudah tersedia. Untuk laga final di MetLife Stadium, New Jersey, banderolnya menyentuh angka menggiurkan: mulai dari USD 25.800 hingga USD 73.200 per orang (sekitar Rp 420 juta hingga Rp 1,2 miliar).
FIFA berdalih pengumuman tiket umum baru akan dilakukan pada kuartal ketiga tahun ini. Namun ketika ditanya soal penjualan tiket Piala Dunia Antarklub dan lokasi basecamp tim, Chief Tournament Officer Manolo Zubiria malah angkat kaki dari wawancara setelah hanya menjawab lima pertanyaan.
Publik Amerika yang makin gandrung sepak bola — dari Paremier League yang ditonton 510 ribu pemirsa per laga hingga MLS yang tembus 12,2 juta penonton musim lalu — layak mendapat transparansi lebih. Tapi di tengah iklim TV yang makin berantakan dan dominasi streaming, akses menonton sepak bola jadi PR besar. “Kalau sejak kecil nontonnya Premier League dan Serie A, ya sulit buat MLS bersaing,” kata Gerry Cardinale, investor RedBird Capital.
FIFA menjanjikan warisan jangka panjang dari Piala Dunia 2026: akses lapangan sepak bola di setiap sekolah, transportasi publik ke venue lokal, dan sekolah yang ramah olahraga. Tapi tanpa jawaban tegas soal logistik turnamen, warisan itu bisa terancam hanya jadi jargon.