Grand Slam ketiga tahun ini, Wimbledon, yang dimulai 29 Juni sampai 13 Juli di lapangan rumput All England Lawn Tennis and Croquet Club, Church Road, London, akan menjadi panggung para petenis papan atas bertarung memperebutkan salah satu gelar prestisius di dunia tenis.
Untuk pertama kalinya, Wimbledon memperkenalkan automated line judges pada tahun ini. Setelah 147 tahun para hakim garis memantau masuk atau keluarnya bola, kali ini peran mereka akan digantikan teknologi.
Teknologi itu sejatinya bukan barang baru. Australian Open telah lebih dulu mengadopsinya pada 2021, menyusul US Open pada 2022. Dengan demikian, satu-satunya turnamen Grand Slam yang belum menggunakan automated line judges hanya Roland Garros atau French Open.
Automated line judges akan digunakan pada semua pertandingan kualifikasi dan pertandingan utama. Keberadaan teknologi itu akan menggantikan para hakim garis yang meneriakkan “out” saat bola keluar dan “fault” pada situasi serve.
Di satu sisi, keberadaan automated line judges akan menggantikan para hakim garis dengan jaket biru navy, kaus garis-garis, dan celana panjang putih yang sudah begitu lama menjadi salah satu ciri khas Wimbledon, sebagaimana peraturan pakaian serba putih yang begitu lekat dengan turnamen ini.
Di sisi lain, tenis pun harus beradaptasi dengan kemajuan zaman. Sebagaimana penerapan VAR (Video Assistant Referee) di sepak bola.
Sempat muncul kecemasan mengenai masa depan wasit utama. Sebab sebagian besar wasit Inggris memulai kariernya di bidang perwasitan dengan menjadi hakim garis, sehingga pada masa yang akan datang, mereka kemungkinan besar akan memulai kariernya dengan menjadi wasit pada turnamen-turnamen dengan skala yang lebih kecil.
Selain penerapan teknologi automated line judges, Wimbledon tahun ini juga menggeser jadwal pertandingan final tunggal putra dan tunggal putri untuk dimulai pada pukul 16.00 setempat, atau menjadi lebih malam. Hal ini dilakukan untuk dapat lebih banyak menarik minat para penonton dari AS.