Hangout

Kecanduan Teh Susu Bisa Mengancam Kesehatan Mental

Teh susu tengah booming. Anak-anak muda banyak menyukai minuman teh jenis ini yang memang bisa dengan mudah di temui di berbagai tempat. Keinginan untuk minum teh susu bisa jadi lebih dari sekadar kebutuhan akan gula. Kebiasaan ini bisa menimbulkan kecanduan yang dapat dihubungkan dengan kesehatan mental.

Teh susu merujuk pada istilah umum untuk teh bubble, teh buah, teh bunga yang dijual di toko bubble tea. Ternyata, kecanduan minuman manis adalah suatu hal dan dapat dikaitkan dengan depresi, kecemasan, dan pikiran untuk bunuh diri, menurut peneliti dari Universitas Tsinghua dan Universitas Pusat Keuangan dan Ekonomi di Tiongkok setelah mempelajari lebih dari 5.200 mahasiswa di Beijing.

“Konsumsi teh susu di kalangan remaja dapat mengakibatkan perilaku adiktif, yang pada gilirannya dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan keinginan bunuh diri,” tulis para peneliti dalam Journal of Affective Disorders, mengutip Channel News Asia (CNA).

Hubungan Teh Susu dan Keinginan Bunuh Diri

Kerusakan terjadi ketika para siswa menggunakan teh susu sebagai sarana untuk menenangkan diri dan melarikan diri dari kenyataan. “Teh susu dapat berfungsi sebagai strategi untuk menenangkan diri dalam menghadapi pemicu stres dan emosi sulit seperti kesepian,” tulis para peneliti, yang mencatat bahwa mengalami emosi negatif dapat mendorong individu untuk melakukan perilaku tertentu sebagai sarana pelarian.

Namun, siklus ini dapat memberikan kontribusi terhadap hasil yang bermasalah. “Ketika perilaku adiktif, seperti kecanduan teh susu, digunakan sebagai cara untuk mengatur emosi, hal tersebut secara tidak sengaja dapat memperkuat ketergantungan pada perilaku tersebut. Hal ini, pada gilirannya, dapat menghambat pengembangan strategi pengaturan emosi yang efektif, yang berpotensi berujung pada masalah kesehatan mental yang parah,” kata para peneliti.

“Mengingat fakta bahwa kesepian adalah prediktor kuat terhadap dampak kesehatan mental seseorang, termasuk depresi, keinginan bunuh diri, dan perilaku bunuh diri, kecanduan teh susu mungkin berfungsi sebagai strategi penghindaran bagi individu untuk menghilangkan perasaan negatif.”

Apakah Anda Kecanduan?

Jika Anda bertanya-tanya apakah Anda kecanduan teh susu, hampir separuh remaja Tiongkok yang disurvei meminum setidaknya satu cangkir teh susu setiap minggu, 2,6 persen meminum empat hingga enam cangkir setiap minggu, sementara 20,6 persen meminum dua hingga tiga cangkir teh susu mingguan. 

Menurut American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders tahun 2013, kriteria kecanduan teh susu meliputi mengkonsumsi teh susu dalam jumlah lebih banyak dan jangka waktu lebih lama dari yang diharapkan. Juga mengalami pikiran yang terus-menerus atau upaya berulang kali yang gagal untuk berhenti dan sering beralih ke konsumsi teh susu ketika merasa tertekan.

Ciri lain kecanduan teh susu adalah terus menerus menggunakan teh susu meski menyadari dampak buruknya. Berikutnya adalah mengembangkan toleransi, di mana peningkatan jumlah teh susu diperlukan untuk mencapai efek yang diinginkan serta mengalami gejala penarikan diri setelah menghentikan atau mengurangi konsumsi teh susu. 

Konsumsi tinggi minuman manis berkafein (SSB) seperti teh susu dapat menyebabkan gejala kecanduan termasuk keinginan, kehilangan kendali, toleransi, dan penarikan diri. “Orang tua telah melaporkan anak-anak mereka mengalami gejala penarikan diri seperti sakit kepala, suasana hati tertekan dan isolasi sosial ketika membatasi asupan SSB berkafein pada anak-anak mereka,” tulis para peneliti.

“Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa perasaan bersalah sering kali menyertai perilaku adiktif seperti kecanduan makanan, yang mungkin juga merupakan gejala tambahan bagi mereka yang kecanduan teh susu.” 

Lebih Manis dari Minuman Bersoda

CNA pernah membuat laporan tentang teh susu ini. Ternyata varietas yang paling manis mungkin mengandung lebih banyak gula dibandingkan beberapa minuman ringan, yang sering mendapat kecaman karena mengandung terlalu banyak gula.

Secangkir jus buah segar bisa mengandung gula sebanyak minuman ringan. Misalnya, secangkir teh susu boba gula merah berukuran 500 ml dapat mengandung sekitar 92 gram gula, sekitar tiga kali lebih banyak dari jumlah gula dalam kaleng Coca-Cola berukuran 320 ml. Hal ini merupakan salah satu temuan dalam eksperimen CNA dan dilakukan oleh mahasiswa yang terdaftar pada program diploma Ilmu Pangan dan Gizi Terapan di Politeknik Temasek.

CNA mengunjungi enam merek bubble tea populer dan mendapatkan beragam minuman. Hanya berbekal beberapa tetes minuman dan alat yang disebut refraktometer, yang mengukur jumlah gula terlarut dalam cairan, para siswa dapat mendeteksi tingkat kemanisan setiap minuman, tidak termasuk mutiara dan topping.

Eksperimen tersebut tidak membedakan antara gula alami dan gula tambahan. Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa bubble tea bisa berdampak buruk bagi kesehatan seseorang jika dikonsumsi terlalu sering. Para ahli memperingatkan bahwa kurangnya pengetahuan tentang berapa banyak gula yang dimasukkan ke dalam setiap cangkir bubble tea dapat menyesatkan orang dan berpikir bahwa bubble tea lebih sehat dibandingkan dengan minuman ringan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button